28/09/14

Kembali Pulang


Perjalanan pulang paling melelahkan adalah perjalanan pulang menuju diri sendiri

Pic yang aku dapat ketika berselancar dan berkat pic ini pula pikiranku yang mulai terbuka bertambah yakin bahwa memang sangat susah untuk mengenali dan kembali kepada dirisendiri. Sebuah tantangan baru untuk menaklukkan diri sendiri yang saat ini masih berada di persimpangan, tak mengerti arah dan tak punya pegangan. Seseorang yang lagi bimbang dengan dirinya sendiri dan kini secara perlahan mulai menampakkan perjuangannya untuk bangkit. Aku mencari kemudian didalam perjalanan itu ku mendapat kekuatan dari dongeng-dongeng mereka dalam barisan aksara. Seringnya mampir untuk sekedar membaca tulisan-tulisan teman yang indah cukup membantuku, disana aku menemukan banyak pengetahuan baru, belajar dari aspirasi mereka yang membuka kembali cakrawala pikiranku.

Perubahan

" Ga mau aku ingin jadi orang jahat saja, sudah bosan baik sama orang"
" Eeh, mba ga boleh begitu, kita mesti baik kepada semua orang"
" Enggak aah mba. Yang lain juga jahat, sekarang jadi orang jahat saja "
" Ini orang, enggak boleh begitu. Meskipun orang lain jahat tapi mba kudu tetap baik sama mereka "
" ........ "

Sepenggal percakapan yang aku ingat di suatu sore beberapa minggu yang lalu. Sadar bila berbuat jahat itu tidak baik namun karena satu kekecewaan ditambah aku yang belum bisa menerima kenyataan dengan suatu ujian dari Tuhan yang datang yang menurutku berat sehingga membuatku kehilangan arah dan berontak kepada diri sendiri. Meskipun sudah tau dan sekali lagi mendapat 'wejangan' dari suatu obrolan yang tanpa sengaja itu namun akan tetap sama, tidak mau lagi baik-baik kepada siapa pun. Jadi memutuskan menjadi orang jahat masih berlanjut.

Jujur ternyata berbuat jahat itu capek. Tiap hari harus beradu argumen dengan hatinurani, harus memberikan alasan dengan apa yang aku perbuat kepada otak malah terkadang masalah sudah selesai namun masih saja kepikiran. Bukan perkara mudah untuk berontak kepada diri sendiri dan imbasnya kalut, dilema, galau dan beberapa teman sejawatnya bukannya berangsur membaik malah semakin terpuruk, jauh terperangkap ke dalam black hole, permasalahan yang seharusnya mudah malah dirasa semakin kusut dan bercampur menjadi satu sampai kepala rasanya ingin pecah. Capek, selam ini aku benar-benar menutup mata dengan keadaan di luarsana, memenjarakan pikiranku di dalam ruang pengap dan gelap. Aku benar-benar sendiri tanpa siapapun, bahkan oleh seseorang yang mengerti keadaanku saat itu bukan sebuah pelukan ataupun kata penyemangat yang aku dapat malah penolakan dan yang paling menyakitkan kalimat yang terlontar seakan menganggapku picik.

Namun setelah menyendiri itu juga tidak seketika, ada beberapa kejadian baik yang aku alami, rasakan, maupun yang aku lihat langsung perlahan mengubahku. Berbicara dengan diri sendiri ketika malam tiba, berlama-lama berada di bawah shower, itu semua membuat pikiranku terbuka. Aku mencoba mengkoreksi apa yang selama ini salah dan dari renungan itu aku sadari ternyata banyak yang salah. Aku yang tak bisa menerima kenyataan yang terjadi, melupakan iklas yang tertutup egoku, dan mulai tak terarah sampai tak mengenal dengan diriku sendiri.

Perlahan aku bangkit kembali pada jalur yang sudah seharusnya. Aku harus bisa sendiri, ini hidupku dan hanya diriku sendirilah yang bisa menolong, orang lain hanya sekedar membantu itu juga kalau ada. Mengandalkan dirisendiri lebih baik agar lebih menghargai proses sebelum mendapatkan hasil akhir. 

Harap dari Sapamu Datang


05/09
Kantor, waktu masih beres-beres merapikan file terdengat telepon genggamku berbunyi, suatu hal yang jarang terjadi mengingat teleponku sudah berbulan-bhulan hanya menjadi pajangan di meja. Ada 3 pesan masuk secara beruntun, ini terlihat dari suara deringnya. Ketika mendengar itu tiba-tiba saja pikiranku beranggapan jangan-jangan itu pesan masuk dari dia melalui yahoo masangger seperti yang biasa ia lakukan sebelum-sebelumnya. Namun begitu aku tak segera bergegas membukanya. Meskipun hanya berpikir bahwa pesan itu darinya sudah membuat hati ini bahagia dan sepertinya ada sedikit senyum yang menggelitik di sudut bibirku, namun begitu aku memilih untuk menyelesaikan file-file yang masih menumpuk di meja yang meminta untuk segera dirapikan. Walau menunda namun tanpa disadari itu membuat jemari ini bekerja lebih cepat untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang tinggal sedikit.

Aku lupa dengan bunyi teleponku, namun setelah beres dan kembali ke tempat duduk melihat telepon di meja ingat juga bila ada pesan masuk. Masih berharap itu pesan darimu, aku buka sambil sedikit ada rasa tegang dan dag dig dug tapi seketika itu juga harapan itu hancur berkeping-keping hingga tak tersisa, itu bukan pesan darinya melainkan iklan dari operator dan pesan penipuan berkedok angsuran. Kecewa, namun aku tak pernah menyerah untuk menunggu pesan darimu.

10/09
Hari rabu, siang itu aku hanya istirahat saja di kamar mengingat demam yang dari semalam belum juga turun. Entah sudah berapa lama aku tertidur, menggeliat sedikit sadar aku mendengar ada pesan masuk di telepon genggamku. "paling juga iklan dari operator seperti hari-hari sebelumnya" pikirku ketika mendengarnya, membiarkan dan mencoba kembali tidur namun kesadaranku keburu pulih 100% sehingga mata sudah tak mau terpejam lagi. Aku raih telepon genggam yang tergeletak di atas tempat tidur dan membukanya, disana ada 1 panggilan tak terjawab dan 2 pesan yang masuk. Nomor yang sama dan belum ada di list teleponku sehingga tidak ada nama tertulis disana. "Nomor siapa ini..." Kembali lagi otakku berpikir bahwa itu nomormu, nomor barumu. Segera saja aku balas pesan yang masuk "sorry siapa ni...?" Tak berapa lama balasan aku terima "teman lama ..." , hanya sedikit orang yang tau nomorku dan beberapa orang yang menganggapku teman, siapa dia.

Karena masih dihinggapi rasa penasaran aku balas pesan itu masih dengan sedikit harapan yang tersisa tentangmu, beberapa kali saling kirim pesan akhirnya tau juga jika pemilik nomor adalah teman yang sudah lama ga ada kabarnya. Kembali lagi pudar harapan kamu kembali hadir menyapaku. Mungkin belum saatnya atau bisa jadi kamu tak mau lagi menyapaku.

21/09/14

persetan dengan semuanya

Andai menenggak racun di perbolehkan, mungkin aku akan memilih cara singkat itu. Aku bosan dengan semua kepura-puraan, aku lelah dengan segala yang sudah terjadi. Jalan yang tak pernah aku lihat ujungnya semua yang terlihat dekat kini semakin aku mendekat perlahan mulai terlihat jauh dan seperti halusinasi, sudah mencoba bertahan dengan luka, kesendirian dan dengan kepura-puraan tapi ku tak mampu. Aku benci diriku sendiri yang tak pernah bisa aku pahami. Mengapaaaaaa....?????! Manusia itu menyeramkan, terlebih diriku ini menyeramkan dan menyedihkan.

Tolong dorong aku ke dalam jurang sekalian biar tak merasakan sakit. Andai tak memikirkan orang-orang di sekelilingku mungkin aku akan memilih pergi, pergi ke tempat dimana kaki akan berhenti melangkah, dimana tak ada seorangpun yang mengenalku. Masihkah ada guna hidup ini bila yang lain saja sudah menyangsikan termasuk diriku sendiri.

Ampuni aku TUHAN bukan inginku mempertanyakan segala rencanaMu untukku namun bisakah Engkau berikan aku pegangan, jangan biarkan hati ini menjadi batu. Apakah selamanya aku akan seperti ini? Apakah ada ending bahagia seperti di senetron dan yang lainnya.
Terlampau besarkah kesalahanku, hingga terjadi seperti ini. Tolong bantu aku, pertemukan aku dengan mereka yang terluka oleh ulahku, biarkan aku bisa meminta maaf menebus semua salahku meskipun aku tak yakin akan di maafkan.

Aku bosan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama, mengapa mereka tak bosan menanyakan hal yang sama, muak dan membosankan. Apakah aku harus menceritakan semuanya baru kalian akan menutup mulut rapat-rapat lalu setelah tau apakah kalian akan berubah mengasihaniku, memasang muka iba, begitukah..., aaaaah LUPAKAN omongkosong itu bisa dipastikan ujung kalimat akan berakhir dengan kata SABAR. Klise...

Sungguh aku lelah, aku tak tau apa lagi yang bisa aku perjuangkan, apa lagi harapan-harapan baru yang bisa aku pupuk bila semuanya sudah hambar tak berbentuk tak ada daya untuk apa pun.


Aku... Aku hanyalah robot hidup sekarang.(21/9)

15/09/14

perjuangan untuk cinta sejati

"Jika menurutmu dia adalah yang terbaik buatmu berjuang dan pertahankanlah, dapatkan hatinya"

Sebagian orang merayakan malam minggu dengan pergi ke rumah pacar, atau pergi mencari hiburan menghabiskan malam di luar sana namun lain halnya denganku yang tak menyukai keramaian dan menganggap malam minggu sama seperti hari-hari lainnya. Malas juga keluar yang hanya mendapat macet dan asap kendaraan yang seakan tak ada habisnya menyembur dari cerobong. Kali ini hanya menghabiskan waktu di ruangan sempit dengan layar 14 inci yang menayangkan film twilight.

Film yang sudah beberapa kali tayang di televisi dan aku juga sudah beberapa kali aku tonton juga membaca novelnya, namun kali ini rasanya berbeda, sepertinya aku sudah terhanyut pada alur cerita yang dimainkan Bella. Film 3 seri ini ditayangkan hari sabtu dan minggu. Pastinya sebagian teman-teman sudah mengetahui bagaimana ceritanya. Twilight seri yang pertama tidak begitu terasa hanya saja sedikit terhanyut dengan tokoh utama perempuan (Bella) yang jatuh hati pada Edward meskipun Bella tau jika Edward adalah manusia penghisap darah namun cinta Bella tak sedikitpun berkurang malah semakin besar.

"Tuhan pun tau jikalau aku mencintai dirimu tak musnah oleh waktu. Hingga maut datang menjemputku, ku tetap menunggu kamu dilain waktu...immortal love (cinta mati 4)"

Pada hari minggu aku masih menyaksikan film yang sama dengan seri berbeda, namun kali ini diselingi dengan earphone di telinga, kebiasaan yang sering aku lakukan dari dulu. Sebuah kebetulan, ketika mp3 yang aku dengar memutar lagu mahadewa-immortal love (cinta mati 4) bersamaan dengan adegan dimana Edward yang tiba-tiba menghilang dan ketika Bella tarancam Edward datang untuk melinduginya, bagaimana Bella meyakinkan kekasihnya bahwa ia ingin menjadi bagian dari 'mereka' manusia berdarah dingin lalu ketika Bella meyakinkan bahwa Edward adalah segalanya baginya.

Maafkanlah aku, kucoba lupakan
Semua yang pernah kita lewati
Bukan karena aku tak mencintaimu
Karena aku tak pantas bagimu
Pergilah kau cinta sejatiku
(Sammy-tak bisa mencintaimu)

Belum habis film diputar namun di sudut mata sudah mulai basah, dan pecahlah sudah pertahananku. Aku ga terima terima dengan sikap Edward yang memilih pergi dengan alasan untuk kebaikan Bella sedangkan keduanya dalam kesendirian itu sama-sama tersakiti. Edward yang hingga ingin memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sedangkan Bella yang dilema dengan usianya, mencoba membuktikan kesungguhan cintanya berusaha move on tapi tak bisa, tak bisa sedikitpun pandangan, hati dan pikirannya lepas dari sosok Edward.

Apakah semua ini adil untuk keduanya?. Kalau demi kebaikan Bella mengapa Edward diam-diam masih melindungi Bella disaat-saat genting, tak pernah membiarkan Bella menyelesaikan move on hingga tuntas. Mengapa Edward muga merasa tersiksa berada jauh dari Bella.... Ini sebenarnya baik untuk siapa...?????????  (07/9)

14/09/14

Harapku

Membayangkanmu telah berdua dan sedang memeluk erat perempuanmu dengan begitu mesra tiba-tiba saja emosi menyeruak, dada ini berdetak dengan kencangnya, sedikit sesak dan menyakitkan. Apa yang harus aku lakukan...

Siapa aku untukmu, kita oh tidak aku dan kamu tidak ada apa-apa, tidak ada ikatan emosional yang terjadi diantara kita, ya sepertinya begitu jadi apa hak ku mengambil secuil kehidupanmu untukku. Mimpi.

Apakah selama ini cinta yang hadir hanya ada padaku tak secuilkah panah asmara yang di arahkan kepadamu tak menggores tubuhmu. Apakah aku hanya ge-er dengan kata sayang yang pernah terucap dari mulutmu sendiri padahal itu hanya sekedar gurauan disela-sela obrolan. Mungkin...

Lalu jika sudah begini apa yang bisa aku perbuat..., merelakanmu aku tak bisa apalagi untuk melupakanmu, sementara itu mendapatkanmu juga sepertinya sudah hilang cara dan usahaku tak ada yang bisa menarik perhatianmu untuk melirikku. Apakah sebenarnya tak ada cinta untukku sejak awal sedangkan cinta ini sudah melekat erat dalam diriku.

Tolong katakan padaku bagaimana aku semestinya bersikap. Dalam diam rinduku semakin bertumbuh, cintaku tak pernah pupus apalagi rapuh tak lepas harapku berharap kau datang disini, bersamaku menapak bersama saling mengaitkan genggaman penuh cinta kembali memulai mewujudkan mimpi-mimpi kita yang tertunda.

10/09/14

Masih Soal Cinta


"Terluka juga ga apa-apa asal kau disisiku"
Sebuah kalimat yang aku dengar ketika menonton drama korea. Apakah benar seperti itu...


Mungkin bila bicara tentang keegoisan hal seperti itu tak masalah serlama bisa mendapatkan seseorang yang dia kasihi, namun apa sebenarnya arti cinta, apakah benar-benar memahami secara benar. Bukankah cinta itu pengorbanan, lalu apa yang di korbankan bila keduanya saling terluka yang satu tak mendapatkan cinta sedangkan yang satunya merasa terkekang, apakah seperti itu cinta.


Aku tak paham betul arti cinta yang sesungguhnya namun yang aku pegang dan aku yakini cinta itu indah, cinta itu wujud dari pengorbanan, cinta itu tak memaksa dan cinta tak mengenal kata egois, apa guna hanya mendapatkan raga bila hati dimiliki orang lain, sakit pastinya.


Dan oleh sebab itu aku tak pernah menyalahkan orang yang mencintaku atau pun aku yang tak mendapat balasan cinta dari orang lain. Cinta itu milik siapa saja, namun untuk mendapat balasan yang sama dari besarnya cinta yang telah kita berikan itu tak mungkin. Karena cinta tak bisa di takar seberapa besarnya, cinta yang dimiliki satu orang dengan orang yang lain itu berbeda-beda.


Kesimpulannya aku mencintai diam-diam, menambatkan cinta pada seseorang namun bila seseorang itu tak merespon ataupun responnya tak sama seperti apa yang aku harapkan itu sepenuhnya bukan salah dia, karena ini juga termasuk pilihan jadi apa pun hasilnya aku terima konsekuwensi dari apa yang sudah aku putuskan. Aku tak memintamu untuk membalas bila memang hatimu tak ada rasa, biarlah aku tetap menjadi pengagum rahasiamu saja. Meskipun hingga sekarang masih berharap akan ada balasan yang sama bahkan lebih bedar dari yang aku berikan. Apakah itu mungkin....?!



Cinta tak pernah salah, mungkin waktu dan tempatnya saja yang kurang pas

Mahkota Merah

"Mba rambutmu sekarang kok merah..." Sebuah pertanyaan dari teman yang dari obrolan BBM.
Wiiiih, bukannya dari dulu memang rambutku merah ya mba,
"Tapi sekarang kelihatan merah banget mba dibanding dulu"
Ya memang sudah keturunan, dari kecil juga rambutku merah.



Mungkin kena panas kali ya jadinya merah, hmmmm... Sepertinya bukan begitu kalau merah panas kena sinar matahari mengapa merahnya lebih parah terlihat di bagian atas padahal tertutup help ataupun topi sedangkan di bagian bawah merahnya enggak terlalu merona. Kalaupun rusak kena obat-obat kimia bukannya yang lebih rentan rusak di bagian ujung ya lha ini ujung baik-baik saja enggak ada tanda-tanda kerusakan mulai bercabang ataupun mudah patah.




Memang dibanding dulu kali ini rambutku merahnya terlihat lebih parah, sempat kaget juga pas lihat hasil dari foto selfi yang aku ambil beberapa waktu lalu. Ya aku seh menikmati saja dengan rambut merah ini, malah terlihat keren dibanding warna hitam (terang saja rambutnya ga pernah bisa hitam legam) tidak perlu mewarnai juga :D




Ya memang ini merah keturunan, karena kata ibu dulu waktu kecil ramputku keriting merah seperti rambut jagung , tau kan rambut-rambut di buah jagung. Benar-benar merah kaya besi karatan deh pokoknya namun perlahan-lahan jadi hitam sendiri namun itu juga tidak sepenuhnya hitam karena merahnya enggak bisa hilang. Enggak kepanasan saja merah apalagi kalau kepanasan...




Keturunan dari pihak bapak. Entah siapa yang menurunkan karena aku lihat rambut simbah seingatku juga hitam mengkilat tapi setidaknya ada satu dari garis keturunan simbah yang rambutnya merah. Bahkan keponakan-keponakanku Jones dan Nael juga merah sudah mulai terlihat padahal saat bayi rambutnya hitam.


Ikan-ikan Kecil

Apa yang kau pikirkan ikan-ikan kecil...



Dari kamar aku perhatikan tingkah polah ikan yang berenang kesana kemari diaquarium yang tak begitu luas. Ikan, apa yang kau pikirkan saat ini? Apakah kau bahagia ada di sana?




Bertahun-tahun berada di tempat yang sama apakah tak membuatmu bosan atau memamng kau menikmati atau berusaha menikmati...

Ikan yang di pelihara dari kecil kini sudah tumbuh dewasa bahkan sisik yang menutupi badan satu persatu mulai lepas hingga memudarkan keindahan dan memperlihatkan kulit yang tadinya mengkilap.



Tak ada yang berubah hanya pergantian air yang rutin dilakukan sementara pernak pernik hiasan yang ada masih sama dari awal ikan itu ada hanya sesekali di kurangi dan di tambah namun pada intinya masih sama. Mungkin ikan yang tak lagi muda itu tau bagaimana menyesuaikan diri dengan kehilangan dan beradaptasi dengan penghuni baru hingga terjalin satu keakraban yang membuat kebersamaan itu menjadi indah. Mungkin ikan itu sadar bahwa kehilangan, melupakan dan bertemu orang baru adalah satu siklus yang tak bisa lepas dari kehidupan.




Lihatlah mereka bercengkrama antara satu dan yang lainnya, yang besar dan yang kecil dengan jenis yang berbeda. Mereka berbagi tempat, berbagi makanan dan berbagi udara tak ada kesenjangan yang terlihat.




Mata itu begitu tajam melihatku, mata yang tak pernah berkedip dan selalu waspada dengan segala hal yang mendekatinya. Seperti tak mudah percaya namun juga tak ada prasangka, hanya bersikap siaga.




Bebaskan dirimu, jangan diperumit yang sebenarnya mudah, ayo lah nikmati apa yang ada di depanmu. Tak semua yang kau inginkan bisa kau dapatkan, anggap itu satu pengorbanan dan pembelajaran dalam pendewasaan berpikir. Ingatkah kebahagian tak selamanya bahagia dan kesedihan tak selamanya kekal.

Tak Berdaya

Di kantor (08/09) minggu ini mendapat giliran masuk jam 10 siang. Ketika sampai di kantor membuka BBM ada pesan masuk dari mba Tami yang menanyakan aku masuk jam berapa sekaligus memberikan kabar jika anak mas Agung masuk rumah sakit, karena memang jumat kemaren mba Tami memutuskan masuk pagi berhubung sore mesti menjemput anaknya pulang les, hari jumat itu ia pulang sebelum rapat penentuan shift untuk seminggu ini digelar sehingga mba Tami ga tau siapa yang masuk jam setelah dia.

Tak lama setelah aku datang mba tami dan beberapa teman di bagian lain berangkat ke rumah sakit, jangan tanya ya kenapa aku ga ikut cukuplah aku jaga kandang saja :D

Sore hari kepalaku sedikit pusing dan kakiku yang masih bengkak mulai nyut-nyutan. Karena ga ingin ada yang tau diam-diam aku olesi counterpain di bagian mata kaki kanan banyak banget dengan harapan biar agak mendingan tapi ga ada hasil malah sakitnya menjalar hingga ke betis dan merambat ke kaki kiri. Jalan sedikit sempoyongan seh kalau di perhatikan juga terpincang-pincangnya kelihatan banget (kali ini aku menyadari sendiri karena sempat nabrak tembok pas di tikungan, malah dua kali pula). "Aaah besok ga usah masuk aja, mau pijat. Pokoknya kali ini harus pijat" ide mulai muncul, ini setelah aku lihat telapak kaki bagian kanan dan pinggir-pinggirnya sudah mulai semakin membiru serem juga lihatnya. Berarti pijatan yang aku lakukan belum sepenuhnya sempurna, namanya juga baru belajar ngeles dikit :D Awalnya seh tadi pagi mau bolos tapi ga enak makanya nekat berangkat.

Pulang kerja aku langsung mencari ibu yang berada di kamar yang masih asik menonton acara televisi kesukaannya. "Ibu aku ga kuat, kakiku sudah biru-biru semua besok pijitin ya terserah siapa yang mau mijat, mbah Bejo juga gapapa wes" dengan muka pasrah sambil memperlihatkan telapak kakiku yang membiru. "Besok kan masih masuk, mau pijat jam berapa...?" Tanpa ibu "libur..." Ibu bertanya dan di jawab sendiri jadi aku tinggal meng "iya" kan saja sambil berlalu ke kamar.

***


Pagi menjelang siang ibu memanggil mbah Bejo untuk mengurut kakiku yang terkilir, habisnya enggak ada tukang pijat lain. Setelah di pijat lumayan kaki sudah enggak begitu sakit, biru-biru di telapak kaki juga sudah hilang tinggal di bagian tengah pas mata kaki saja yang masih perih, aku takut ada tulang yang cidera. "Kalau keseleo seratus urat ngumpul jadi satu, makanya sakit, tapi selama di gerakkan sudah enak dijamin sembuh" itulah yang dikatakan mbah Bejo dan karena sudah agak lama makanya sudah tidak begitu sakit ketika di urut meskipun dengan resiko urat-urat sudah mulai kaku. Kaki setelah di urut malah jadi panas padahal sebelumnya dingin mungkin karena peredaran darah sudah lancar. Masuk akal bukan. Setelah mbah Bejo pulang ibu sempat mengatakan "sekarang kalau jalan pasang mata" yaaah meskipun meng iya-kan namun aku ga bisa janji karena berjalan benar itu bukan keahlianku.

Namun setelah di pijat aku merasa tulang-tulang malah jadi sakit semua, antara linu dan pegal buat berbaring sakit duduk pun ga enak. Badan jadi sakit semua dan parahnya badan mulai panas, aku coba buat rebahan sekedar untuk merilekskan badan tapi sumpah badan linu ga ketulungan, sakit. Ketika bapak pulang dan mendapati aku hanya tiduran di kamar bapak pun bertanya "libur to benk?" Aku jawab dengan anggukan " lha kenapa...?" Sakit, aku ga bilang kalau habis di pijit. "Di periksain piye...?" Sekali lagi hanya gelengan sebagai tanda tidak kesetujuanku. Aku hanya ingin tidur enggak mau apa-apa. "Makan yang banyak, yang sehat gitu lho" bapak pun pergi setelah menanyakan keberadaan adik-adikku, paling juga mau ngecek. Kalo yang ini kebiasaan bapak dari dulu pulang kerja absen nanyain satu-satu.

Menjelang malam demam enggak kunjung hilang malah bertambah disertai pusing, mata pegal sampai kepala terasa nyut-nyutan. Entah suhu badan berapa karena mencari termometer enggak ketemu jadi hanya aku kompres dengan sapu tangan saja untuk sedikit menghalau panas, pikirku mungkin tensi rendah tapi ketika aku tensimeter enggak tekanan darah normal 116/82 hanya saja memang detak jantung lebih cepat dari biasa 131 ini rekor sampai aku sendiri saja bisa mendengar dengan jelas detak jantungku yang berdentang ga karuan, lalu apa gerangan yang membuat badan sakit hingga ke tulang dan kepala pusing menjalar ke demam ini....

Sudah aku kompres tapi demam enggak turun juga, badan menjadi lemas dan kepala semakin pusing. Pokoknya badan enggak enak banget ingin bisa tidur biar ga ngerasain sakit tapi sekit ini tak memberikan kesempatan barang sejenak untuk memejamkan mata. Ingin tidur sama ibu biar kalau pas malam ada yang jagain tapi..., ya biarlah tubuh ini aku sendiri yang jaga. tidur tak nyenyak entah berapa kali aku terbangun karena rintihan, inilah sebenarnya yang aku hawatirkan kalau sakit selalu merintih meskipun sedang tidur.

Badan panas tapi dingin, ditambah linu-linu hampir di semua tulang maupun persendian. Akhirnya aku pun pindah tidur di bawah (di lantai) dengan beralas selimut menuruti pikiran yang mengatakan begitu. Meskipun beberapa kali terjaga dari tidur tapi lumayanlah setidaknya aku bisa merasakan tidur dan anehnya tulang-tuang yang tadinya linu ga ketulungan perlahan sedikit berkurang. Dan pagi ini bangun tidur aku merasakan badanku lemas luar biasa, tak ada selera untuk makan ataupun sekedar ngemil bahkan untuk bangun pun tak ada niat. Ayo sehat ell ga boleh sakit-sakit lagi.

ya habis ini sehat terus selamanya. Insyaallah...

05/09/14

Inginku (Menunggu)

"Sampaikapan kamu begini, waktumu akan terbuang sia-sia. Iya kalau dia kembali, kalau dia disana sudah punya anak istri bagaimana..."

Aku tak pernah bisa bercerita tentang apa yang terjadi pada diriku secara gamblang dan terperinci pada siapa pun kecuali padanya, mungkin karena ini juga teman yang sedikit banyak tau tentangku dan mengetahui keadaanku yang seperti ini tak henti-hentinya mencoba membuka mata dan pikiranku memperlihatkan kenyataan, seakan berkata "ini harus diakhiri, hidupmu masih panjang, masih banyak impian-impianmu yang belum terwujud" aku tau itu dan sepenuhnya sadar bahwa hidupku harus terus berjalan dan sudah seharusnya melompat ke zona lain yang lebih menantang.

Mungkin buat sebagian orang ini mudah saja tinggal menutup lembaran lama dan memulai menulis kisah-kisah baru yang sangat teramat manis melebihi permen lolipop kesukaan anak kecil. Tapi apakah kau tau kejadian yang sebenarnya..., aku dulu juga berpikiran praktis sepertimu tapi kini pikiran-pikiran itu perlahan memudar, karena tak bisa segala hal hanya dilihat dari satu sisi cobalah memposisikan di tempat yang seharusnya.

Silahkan saja kau menilaiku seperti apa, aku tak marah bahkan jika dalam hal ini mau menyebutku bodoh pun aku terima. Tapi tolong hargai juga keputusanku, aku bukan diam termangu tak berbuat apa-apa, asal kau tau hingga detik ini aku masih bertarung dengan diriku sendiri. Meskipun keyakinanku mengatakan jika dia masih sama seperti dulu, namun kalau pun dia ingkar biarkan saja, aku tak akan menyalahkan ataupun menghakiminya mungkin itu memang yang terbaik bagi dirinya. Aku tak marah, aku hanya ingin membebaskan diri mengontrol perasaanku secara perlahan karena aku sudah jatuh terlalu dalam jadi tak bisa serta merta langsung berlari, aku tak bisa. Biarkan aku melewati fase penyembuhan dengan sendirinya biar tak ada bekas goresan yang berarti itu saja.

Bisa mengenalnya saja sudah menjadi satu anugrah terindah buatku, jadi apa juga yang mesti aku tuntut apa yang mesti aku sesali. Ga ada, semuanya baik-baik dan dia hingga detik ini juga masih seperti malaikat yang tak ada kekurangan sekecil apa pun dimataku meskipun berkali-kali aku coba mencari hingga kedalam hal terkecil sekalipun tapi aku tak temukan yang bisa menjadi alasan membencinya. Bila dia memang sudah bahagia dengan yang lain, mungkin memang sudah seharusnya begitu. Namun bila dia benar-benar pemilik tulang rusuk ini suatu saat jika waktunya tepat juga akan datang. Aku percaya itu. (24 agt)

04/09/14

Kembali Bengkak

Sudah 4 hari ini kaki kalau malam terasa nyut-nyutan. Sejak terkilir di Puncak Suroloyo dua minggu yang lalu pergelangan kakiku jadi sering terkilir dengan tiba-tiba. Luka belum juga sembuh, bengkak belum juga hilang namun sudah berkali-kali terkilir lagi di tempat yang sama (kaki kanan) ya memang sih lebih baik di kaki kanan, apa jadinya coba kalau gantian kaki kiri yang kena bisa ngesot kali jalannya, sekarang saja jalan masih agak terpincang-pincang dan kalau menaiki anak tangga masih bertumpu pada satu kaki. 


Sebenarnya luka sudah mendingan tapi hari senin kemarin sempat keseleo dan itu rasanya lumayan dibanding yang sebelum-sebelumnya (bukan terkilir yang pertama kali ya) bunyinya juga tak senyaring yang pertama dan karena itu pula lah beberapa malam ini terasa sakit. Terasa sedikit perih di bagian dalam dan nyeri di bagian betis hingga lutut, apakah mungkin ada robekan kembali di jaringan atau pembuluh darah yang belum sepenuhnya menutup.



Susah cari tukang pijit disini, ada seh tapi sudah terlalu sibuk dan sepertinya aku sudah kena black list deh olehnya :(

Ya maklumlah kalau tukang urutnya sudah terkenal, panggilan kemana-mana apalagi yang mengundang orang-orang gedongan, sadar diri lah kalau yang satu ini :) sedangkan tukang urut yang satunya di hubungi enggak bisa-bisa. Ibu yang sering melihatku jalan agak terpincang-pincang terutama saat menaiki tangga meskipun sudah aku tutup-tutupi karena memang susah untuk jalan cepat seperti biasanya, aku melihat ada khawatir dalam tatapannya namun bagaimana lagi bila mencari tunang urutpun susah.



Ketika aku bilang kalau ada teman yang mengusulkan untuk diperiksakan ke dokter sekalian di rontgen biar ga salah penanganan, ibu langsung saja membenarkan malah di suruh hari itu juga suruh berangkat, huuuft salah omong sepertinya sudah tau aku paling malas kalau berurusan dengan dokter, rumah sakit dan obat malah di iya kan.


"Ga usah pijit ya nok. Cepat sembuh, jangan sakit-sakit lagi. Sehat terus ya ell " sepenggal permohonan dari ibu. Aamiin aku sehat terus ibu.
bengkak senin (01/08)
Enggak cuma bagian yang sisi kanan yang aku tempel koyo untuk mengurangi rasa nyut-nyutannya namun sisi kirinya juga sedikit membengkak.
bengkak selasa (02/08)
Posisi masih di kantor saat itu rasa nyut-nyutan bener-bener mantep hingga menjalar sampai ke lutut. Mungkin karena terlalu banyak duduk kali ya.

bengkak kamis (04/08)
Kalau yang ini narsisnya baru saja, meskipun enggak begitu nyut-nyutan namun perih di bagian dalamnya masih terasa. Mata kaki sudah kaya bola tenis, sisi kiri juga belum kimpes dan urat juga masih kelihatan.

Untung saja teman-teman ga ada yang sadar kalau jalanku sedikit terpincang-pincang kecuali mba wid yang tadi menanyakan namun aku masih bisa berkelit enggak ada apa-apa, syukurlah huuuuft....

::
Harusnya kalau bengkak di kompres dengan air dingin atau es batu bukan malah di tempeli koyo. Kesalahan yang tak boleh di ulang

03/09/14

Daftar yang Dibuat Hati

Baru kali ini aku menceritakan list dari keinginan-keinginan yang begitu banyak pada orang lain dan orang yang ga beruntung itu adalah Citra. Feeling yang mendesak mesti di selesaikan di tahun ini, entah ada apa gerangan hatiku berkata demikian. Aku harus melakukan ini, melakukan itu, kesana kemari dari daftar yang sepertinya sudah terjadwal dengan rapinya di susun oleh hatiku demi satu alasan "ini yang terakhir".

Ketika aku bercerita berkali-kali Citra bertanya "Are u okay?? ..., enggak lagi sakit kan ? ..." Mungkin terlalu aneh bila di dengar oleh orang nornal namun aku berkata sebenarnya, aku sehat ga ada yg cidera ataupun habis kebentur tembok yang bikin otakku berputar-putar hingga berpikir demikian, semuanya murni dari hatiku.

Aku tau semua orang memiliki list dalam hidupnya yang ingin di wujudkannya, tapi selama ini ga ada list yang begitu sangat aku inginkan hanya saja ingin belajar rajut dan merangkai manik-manik untuk di ajarkan kembali ke ibu-ibu yang ada di kampungku dan itu juga perlahan terkikis oleh rasa malas tapi yang ini beda, segala keinginan yang berasal dari hati tak bisa di enyahkan bahkan serasa sesegera mungkin untuk dilaksanakan.

Terlalu banyak keinginan dengan embel-embel ini terakhir. Berkali-kali Citra mengulang pertanyaan apa sebenarnya yang hatiku katakan tapi jawabnya tetap sama, bahkan sepertinya tak lama lagi aku akan melakukan perjalanan jauh, ke sebuah tempat yang tak pernah aku bayangkan bahkan terbesit sedikitpun di pikiranku. "Apa aku mau mati, apakah ajalku sudah di depan mata ... " Entahlah siapa juga yang tau umur seseorang, kalau memang hanya sampai disini aku iklas, hanya berharap semoga ada seseorang yang mau mendengarkan cerita-cerita bapak dengan suara khasnya yang meninggi, ada yang selalu bermanja-manja dengan ibu bila di rumah dan semoga rumah masih terlihat rame dengan teriakan seperti dikala aku ada di rumah.

Bukan, aku bukan pergi ke surga ataupun ke neraka tapi ini seperti satu tempat di ujung sana, sebuah kota yang jauh dari tempatku sekarang. Aku pernah melihatnya dan beberapa kali membayangkan meskipun yang terlihat hanya sebuah rumah mungil, rumah yang penuh cinta dan syarat dengan kebahagiaan, rumah yang dipenuhi dengan senyuman dan kehangatan. Rumah yang membuatku nyaman. Itu rumah siapa, apakah rumahku..., rumahmu...., atau...???

19 agtustus 2014

Tiga Patahan, kreeeeek...

Siang, ketika sedang menikmati pemandangan di puncak suroloyo yang sudah lama aku ingin, pemandangan lumayan lah terlihat gunung slamet, gunung merapi, gunung sindoro dan gunung sumbing berdiri dengan gagahnya menembus awan. Disana kita bisa menikmati pemandangan dari 3 gardu pandang yang berbeda.

Ketika ingin beralih ke gardu pandang yang lainnya, menuruni anak tangga sambil memegang kamera sesekali mengabadikan gambar yang aku rasa bagus tapi kreeeek, aduuuh..., bukan suara ranting kering yang tak sengaja aku injak tapi kakiku terkilir ketika menuruni anak tangga. Rasanya sejuta bener deh, suaranya begitu keras dan merdu hingga kini masih terngiang di telingaku bisik cintamu loooh malah dangdutan, beneran sakitnya sampai ke ubun-ubun lha langsung pusing, terasa kesemutan dan untuk melangkah pun teramat perih mengiris hati, menghujam jantung dan menyayat kalbu hingga ku tak berdaya, halaah mulai kumat puitis kacangannya (akibat galau terlalu lama).

Balik lagi

Beneran sakit, kakiku untuk sekedar menuruni anak tangga pun rasanya nyeri dan kesemutan. Mengingat kakiku yang sakit untuk melanjutkan perjalanan ke gardu lain sepertinya tak mungkin lalu aku berhenti di persimpangan jalan antara jalan yang membawa aku naik dan jalan menuju ke puncak selanjutnya. Entah sudah berapa orang yang datang dan pergi tapi aku masih duduk disana sambil mengurut-urut pergelangan kakiku dengan minyak kayu putih yang senantiasa menemaniku kemanapun aku pergi. Lama mengurut tapi masih saja sakit, bahkan terlihat mulai sedikit bengkak, ya Tuhan bagaimana ini semoga besok sembuh. Tiga kali bunyi kreeek ketika kaki keseleo dengan bunyinya yang nyaring dan rasanya yang aduhai membuat kepala jadi sedikit pusing dan sedikit merinding.

Sepertinya ada urat yang keluar jalur, menumpuk antara satu dan lainnya ini aku lihat ketika aku urut pelan-pelan ada beberapa bagian yang terlihat sedikit terasa bergeronjal  seperti polisi tidur yang ada di tengah jalan, ngurutnya bukan pas yang sakit, boro-boro di urut di pegang saja sakit banget. Oh ya ketika aku coba goyang-goyang dengan asumsi agar urat-uratnya tidak kaku eeh malah bunyi lagi kreeeeek sakiiit... hingga saking sakitnya air matapun sampai keluar sendiri tanpa dikomando dan itu juga tak mampu mengurangi rasa sakitnya, kalau ga ingat di tempat umum sudah mewek deh dari tadi, maaaaas... Ketika situasi seperti ini yang aku panggil bukan ibu tapi dia, ga tau kenapa dalam hati teriaknya begitu. Apa mungkin karena dari awal penjelajahan hingga hari ke dua ini masih berharap dia ikut serta kali ya :(

Karena bukan tukang urut susah juga memisahkan dan mengembalikan urat-urat ke tempat semula. Sekian lama memijit lumayan lah bisa sedikit di gerakkan, dan aku pun memilih untuk tidak meneruskan ke gardu pandang selanjutnya. Cukup kan melihat pemandangan dengan latar belakang gunung dan perbukitan kali ini, mungkin disambung lain kali meskipun aku tak yakin juga ada penjelajahan selanjutnya, feelingku berkata ini penjelajahan terakhir di kota gudeg ini, walaupun masih banyak tempat yang belum aku datangi.

Ketika di BBM sama adik sepupu yang menanyakan keberadaanku yang memang dia tidak bisa ikut karena ada tes di Solo, karena adik sepupuku sudah pernah kesini ia pun hanya bilang "selamat berfoto bersama awan" jujur aku tak begitu menyukai tempat ini, sudah terlalu komersil dan ga alami lagi (menurut penilaianku pribadi). Untuk mengurangi nyeri serta bengkak, ketika sampai di parkiran aku coba membeli koyo (tanya-tanya ke warung aja siapa tau beruntung) kebetulan kali ini ada meskipun tinggal koyo cabe tak apalah siapa tau cocok. Dengan koyo inilah kaki kananku masih bisa mengontrol rem mengingat jalan berliku, berbatu dan beberapa kali nyasar.

Memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan sempat mampir ke apotek untuk membeli salep buat otot terkilir dan meredakan nyeri. Dengan terpaksa perjalanan berakhir tanpa mencari daerah jajahan baru yang dekat-dekat sekalipun karena aku merasakan kaki kananku mulai berdenyut sedikit sakit ketika di gerakkan, benar saja ketika aku lihat bengkaknya semakin gede ditambah rasa panas koyo yang sedikit menyakiti kulit kaki yang tertempel ketika terkena matahari meskipun aku sudah memakai kaos kaki. Beberapa kali selama perjalanan ke kos ku pandangi telapak kaki dan menggerak-gerakkannya namun semakin sakit dan bertambah gede aja ya sampai-sampai sepatuku pun jadi terasa sempit. Tenang-tenang sebentar lagi sampai kos hatiku coba menenangkan. Mau ke dokter tapi takut kalau malah di perban-perban trus di beri obat gede-gede dan banyak aiiiih, noooo.....

Akhirnya sampai kos juga, setelah tadi mampir sebentar untuk membeli sarapan, aiiiih jam 3 sore baru sarapan ... Baru buka pintu dan naro tas eh kaki ketekuk lagi di tempat yang sama, dan ketika berbalik untuk menggantung jaket sekali lagi ketekuk, lalu ketika di kamar mandi terulang lagi (rasanya pingin nangis sejadi-jadinya) aduuuuh sungguh muantap sakitnya ada kali hingga level 10, sakitnya sampai ke ubun-ubun. Makan tak enak di urut juga sakit sedangakan salep yang aku beli sepertinya tidak ada rasanya katanya mbak yang jaga di apotek tadi bisa meredakan nyeri juga tapi tetep aja sakit. Pengen pulaaaaang...

Bengkak semakin bertambah gede, ada kali sebesar bola tenis. Oh ya tadi di jalan pas lihat mata kaki mulai bengkak buru-buru berharap agar kaki tidak ikut bengkak seperti dulu pas jatuh dari motor yang bengkaknya hampir sampai 1 bulan lebih sudah mirip kaki gajah gedenya. Menghilangkan segalapikiran buruk, ga boleh berpikir macam-macam meskipun sempat berpikir apakah cidera ini ulah dari pikiranku ketika di pom bensin melihat satpam yang tangannya di perban (sepertinya cidera) hmmmm....bisa jadi juga begitu. Teman bilang suruh ngompres pake es batu, buru-buru beli es batu di warung dekat kos sekalian beli counterpain (salep untuk pegal-pegal) untuk mengurut-urut.

Bolang tahun lalu juga di daerah Kulon Progo aku terkilir gara-gara terpeleset ketika di Goa Kiskendo dan petualangan sekarang terkilir lagi, dua kali cidera yang memiliki dua persamaan yaitu memakai celana yang sama dan rasa sakitnya sama namun ini sedikit lebih seh sebenarnya. Dan ketika coretan ini aku tulis di pad memo pun kakiku masih di atas es batu dengan rasa sakit, nyeri dan ngilu dengan satu harapan mata kaki yang gede bisa pulih dan sakitnya hilang. Anehnya es yang dingin pun seakan tak terasa padahal di daerah sini juga permasuk daerah yang sedikit dingin.

Tadi ketika akan ke minimarket beli counterpain pas mau menyeberang karena minimarketnya berada di seberang jalan hampir saja ketabrak motor dari arah belakang yang jalannya ngebut, padahal aku udah nyalain lampu sein dan udah ambil arah tengah. Sekali lagi kakiku yang sakit mau tak mau jadi tumpuan, nah tau sendiri kan gimana rasanya. Masih mau bilang aku rapopo kalau jalan saja udah terpincang-pincang lebih tepatnya di seret. Ell ga boleh manja, ga boleh demam, ga boleh sakit, ga boleh lembek ya...

Sempat tadi mau cerita sama bapak kalau kaki sakit pas bapak sms nanyain pulang kapan tapi takut, takut dimarahi, takut bapak hawatir. Adakah yang sudi memberikan pelukan saat ini padaku.


17 agustus 2014

02/09/14

Berikan Penghormatanmu Kawan

Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita

Masih pada hafalkah dengan lagu ini?

Lagu yang melekat dengan bulan agustus. Perayaan kemerdekaan 17 agustus tahun ini jatuh pada hari minggu. Biasanya hari minggu identik dengan acara rekreasi keluarga, jalan yang sepi dari anak sekolah dan televisi yang dipenuhi dengan acara kartun kesukaan anak-anak. Kali ini beda, acara televisi di selingi siaran langsung upacara bendera, dari pagi sepanjang jalan ramai dengan anak sekolah dan juga pegawai negeri sipil (PNS) yang mangikuti upacara bendera, bahkan di lapangan atau alun-alun utama di pusat kota pun tak luput dari penutupan jalan karena digunakan upacara bendera hari kemerdekaan.

Sedikit obsesi yang dari dulu ada yaitu pada hari kemerdekaan melakukan pendakian dan pada jam 10 tepat berada di puncak, seperti ketika Pak Karno yang membacakan teks proklamasi kemerdekaan dikala itu. Meskipun bukan sebuah pendakian namun cukup lah untuk mengukir sejarah dalam hidupku di puncak Suroloyo, kalaupun pergi muncak juga aku tak yakin sanggup. Mengingat alergi dingin yang belum sepenuhnya sembuh. Sebenarnya di ajak muncak pas tanggal 17 ke Prau-Dieng tapi aku masih belum punya keberanian.
Dan di hari kemerdekaan tahun ini merayakannya di puncak Suroloyo-kolon progo Yogyakarta. Memang pemandangan yang tersaji begitu memukau, namun di sisi lain aku melihat kayu bakar dengan abu, dan yang bikin aku tertegun adalah kain berwarna merah putih yang tergeletak ada di antara tumpukan kayu dan sepertinya kain itu habis terbakar. Saking ga percayanya aku sempat bertanya "itu bendera bukan seh..." Pertanyaan itu aku lontarkan tak hanya sekali melainkan berulang-ulang sambil melihat lebih dekat apakah benar kain yang terbakar itu bendera atau bukan. Tak berani menduga-duga bendera itu tak sengaja terbakar atau memang sengaja dibakar dan kejadiannya kapan pun entah siapa juga yang tau bisa jadi semalam atau bisa juga hari-hari sebelumnya.

Sangat disayangakan, mengapa mereka tak mengingat bagaimana pendahulu kita memperjuangkan, mempertahankan bendera itu hingga berkorban nyawa dan keluarga. Bagaimana mereka merebut kemerdekaan, mengusir penjajah dari bumi pertiwi. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya" dimana jiwa nasionalisme itu berada, sedangkan kita hidup, mencari nafkah dan tinggal di negara Indonesia di bawah naungan Pancasila namun apakah ini balasan dari sebuah pengorbanan dengan merah putih yang tergeletak di antara tumpukan kayu dengan bekas terbakar yang nampak jelas...

Hai coba tanya pada diri sendiri "apa yang sudah kita berikan kepada negara"

Apakah benar jiwa nasionalisme anak muda sekarang sudah mulai luntur, jika benar jangan salahkan bangsa lain yang mengklaim apa yang kita miliki bila sang pemilik saja tak bisa merawat dan menjaga. Dengan semangat '45 mari kita bersatu membangun negara ini agar kembali jaya dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Jangan malah mudah terprofokasi dan kemakan isu yang belum tentu benar, yang lebih parah hanya bisa tergilas mode dari negara lain.

Saatnya kita bangkit dan bersatu "Bhineka Tunggal Ika" meskipun berbeda-beda tetap satu jua, kita bersodara satu Indonesia.


Abu Tokoh Utama


Liburan kali ini punya banyak cerita, dari abu yang ikut serta dalam petualangan yang menambah keseruan tersendiri. Dan sepertinya kali ini abu lah yang menjadi tokoh utama sekaligus penyelamatku. Sepertinya penjelajahan bukan menjadi prioritas utama, ada sesuatu yang mendorongku kembali ke kota ini, aku ingin merasakan aura kuat yang hadir ketika sampai. Di kota Yogja ini kisah-kisahku bermula, banyak bertemu teman baru silih berganti datang dan pergi, cerita suka duka hingga yang terlihat konyol serta nekat pun ada, di setiap sudut kota ceritaku tertinggal.

Berangkat jam 14.00 setelah pulang kerja di hari terakhir minggu ini (jumat) bersama abu, tak ada yang tau jika aku mengajak abu ikut serta, karena selama ini ketika aku kembali ke kota gudeg menggunakan jasa travel. Kebebasan, menggeber abu menyusuri jalan-jalan yang sarat dengan truk pasir, truk gandeng yang menghabiskan lajur kendaraan serti bus-bus yang tak mau di salip malah dengan angkuhnya memberikan kepulan asap hitam yang bikin kotor.

Entah karena sudah lama ga melewati jalan yang dulu hampir tiap weekend aku lalui hingga aku lupa berbelok. Keraguan ketika berada di daerah Ungaran tepatnya di kawasan Bandungan masih masuk kabupaten Semarang juga sebenarnya, memilih jalan alternatif untuk mempersingkat waktu namun dari mulai belok di jalan menanjak tak ku temukan SPBU yang harusnya ada di sebelah kanan tapi ini ga ada, menemukan SPBU itu pun di sebelah kiri bukan kanan. Jalan semakin menanjak, sedikit curiga tapi tetap saja jalan pikiranku sudah mengatakan kalau ini salah jalan tapi karena keras kepala ya sampai lah ke pasar Bandungan. Untung saja sedikit banyak tau daerah sana (sudah beberapa kali kesana) jadi tau kemana harus membelokkan motor untuk bisa sampai ke jalan raya, kembali ke jalur yang benar. Lumayan juga ingatanku, meskipun sama sekali enggak bisa untuk menghafal nama jalan namun jalan yang sudah terlewati sedikit banyak terekam di otak.

Sore hari memang jalurnya kendaraan besar, namun begitu abu bisa dibilang gesit juga mencari celah agar bisa jalan. Sedikit salip kanan kiri, terkadang mengekor mobil ataupun bus yang ingin menyalip mobil yang ada di depan tapi tetap pakai perhitungan dan keyakinan kok ga asal serobot. Hanya bermodal papan penunjuk arah yang ada di jalan serta mengandalkan intuisi dan memori agar bisa sampai di Yogja. Dan jam 5 sore-an sampai juga di kota Yogja, iiih kota ini sudah banyak berubah, jalan layang di perempatan Terminal Jombor sudah jadi. Abu aku arahkan ke daerah stadion Maguwo, ini karena kos adik sepupuku ada di sekitaran sana, dari kejauhan melihat stadion sepak bola mengingatkan aku pada korban merapi tahun 2008. Dengan mata kepalaku sendiri melihat semuanya hingga membuat kakiku lemas susah untuk melangkah.

Karena lupa tepatnya kos adik sepupu, dulu pernah kesana namun karena takut nyasar dan enggak begitu yakin beloknya makanya aku memilih untuk memberi kabar agar di jemput. Nah benar saja, untung tidak nekat mencari-cari alamat karena memang aku gak mencatat ataupun menanyakan alamat kos yang aku tuju :D kebiasaan cewek ketika kumpul bertukar cerita sampai menjelang malam, mungkin kalau pacarnya ga datang obrolan akan berlangsung sampai tengah malam kali ya.
Penjelajahan kali ini :
~ Waduk Sarmo
~ Kali biru
~ Puncak Suroloyo
~ Menikmati jadi anak kos
~ Menikmati kehidupan tempo dulu

Benar kan hanya beberapa tempat saja yang aku sambangi kali ini ga seperti biasanya. Tapi kali ini aku benar-benar nyaman, tentram dan seperti hidup. Enggak ada HP ataupun alat elektronik lain yang menghubungkan dengan dunia luar, hanya sesekali saja pasang status dan menjawab obrolan teman pas ada sinyal dan pas ingat kalau bawa HP di tas.

Cuti 3 hari benar-benar aku nikmati, dan ketika petualang balik ke Semarang dari rumah Bu Dhe di Klaten abu kembali memainkan kepiawaiannya merajai jalanan. Bermodal jalan pulang melewati kota Boyolali selebihnya mengandalkan papan penunjuk arah dan kali ini agak bingung tapi dikit karena penunjuk arahnya sedikit. Tenang tidak kurang akal, asal jalan mengikuti garis putih seperti yang biasa bapak lakukan ketika mudik menggunakan motor (hahaha ... ) dan ketika menemukan mobil dengan plat nomor H alangkah senangnya itu tandanya aku ga nyasar.

Sedikit sebal juga ketika di perjalanan kepala terasa gatal ga bisa menggaruk (bukan karena kutuan ya) tapi lupa kalau pakai helm ya sudah bisanya hanya mengelus-elus helm yang pas di daerah gatal meskipun ga membuat gatalnya berkurang juga seh. Perjalanan pulang dari desa-rumah melewati begitu banyak lampu merah namun hanya terperangkap lampu merah 2 kali dan sedikit macet di daerah Banaran-Ungaran yang sedang ada perbaikan jalan. Suka... suka... suka... dengan perjalanan kali ini. Berpetualang dengan abu, sedikit ngebut (ampun bu dhe enggak menepati janji) merajai jalanan dan teriakan-teriakan senang di balik helm ketika bisa menyalip dan melihat hamparan sawah di samping kanan kiri.

Ingin melakukan perjalanan lagi dengan abu. Eeeh iya di jalan juga sempat kepikiran begitu tapi juga ingin mengendarai satria ataupun tiger hmmmm..., sepertinya asik juga. Menjelajah dari kota ke kota, apa lagi denganmu, aaah mulai lagi :(
Dia ga dengar dan sepertinya ga baca coretanmu tau ga, IYA tauuuuuu..., hanya sekedar berandai-andai dikit.

Masalah petualangan aku masih punya 1 janji dengan Che untuk melakukan bolang bareng 3x sudah gagal, mungkin lain kali jika Tuhan memberi ijin.