17/04/15

Kebun Teh Medini


Mencari wisata alam di kota Semarang, apa saja ya....?! Sekarang saatnya memperkenalkan wajah kotaku ini kepada semua orang.

Selain bangunan peninggalan Belanda di kota Semarang juga ada beberapa tempat wisata alam yang patut dicoba untuk di kunjungi, dijamin akan memberikan suasana berbeda. Kali ini kita akan membahas tentang kebun teh Medini dan juga Curug Lawe. Curug atau air terjun yang letaknya masih satu area dengan kebun teh Medini ini berada di perbukitan pegunungan Ungaran yang masih masuk kabupaten Semarang - Jawa Tengah. Sebenarnya disini tidak hanya ada Curug Lawe namun masih ada Curug Benowo dan juga Goa Jepang.

Kebun teh setahuku cuma di daerah Ungaran tapi ternyata masih ada kebun teh lain yang menyimpan keindahan tersendiri. Berada di ketinggian 1500MDPL kebun teh Medini yang sebenarnya sudah masuk wilayah kabupaten Kendal ini memang belum banyak yang tau, kebanyakan yang datang kesana juga para remaja yang suka berpetualang di alam bebas. Namun bagi para pecinta  alam yang suka melakukan perjalanan pendakian tentu tak asing dengan kebun teh Medini karena di tempat ini menjadi jalur pendakian ke gunung Ungaran, dan di kebun teh ini pula biasanya pendaki akan beristirahat di barak yang dikenal dengan nama Promasan.


Akses yang tak mudah mungkin ini juga yang menjadi faktor utama mengapa kebun teh Medini masih sedikit pengunjungnya. Untuk kesana dibutuhkan fisik yang fit dan juga sarana transportasi pribadi yang prima, ini dikarenakan jalan menuju ke kebun teh masih dibilang rusak dengan aspal yang sudah hancur, ini dikarenakan seringnya dilewati kendaraan berat milik TNI sehingga aspalnya hancur tinggal menyisakan kerikil yang berserakan memenuhi semua bahu jalan jadi mesti harus hati-hati karena selain licin jalan juga menanjak dan berliku seperti khas jalan menuju perbukitan. Bahkan ga ada sela sedikitpun di badan jalan yang menyisakan tempat unyuk menghindari bebatuan.

Untuk menuju ke kebun teh Medini ada dua jalur yang bisa digunakan,
Apabila dimulai dari kota Semarang para petualang dapat melewati jalur pasar Jrakah - Boja melewati kecamatan Mijen dan Cangringan. Ketika memasuki wilayah Cangringan, para petualang silahkan lurus menuju Taman Rejo, kalau belok kanan akan menuju kecamatan Bojo.
Apa bila dari Ungaran, para petualang bisa melewati jalur pasar Ungaran - Gunung Pati - Cangringan.

Dari arah kota kita akan melewati jalan yang mulus, namun ketika sudah melewati Cangkringan (kalau ga salah ingat, sepintas baca dari sekolah dasar yang dilewati) mulai menemui jalan yang berlubang dan bebatuan. Meskipun begitu kita akan disuguhi pemandangan dengan kanan kiri ladang penduduk yang kebanyakan ditanami kopi, padi, rumput sebagai makan ternak dan beberapa tanaman lain, selain itu juga anda akan menemui bangunan dari bambu yang cukup besar sebagai tempat budidaya ayam petelor. Jalan yang berbatu mungkin ada manfaatnya juga agar kita lebih hati-hari dan lebih bisa menikmati alam yang di suguhkan di sekitarnya. Ya meskipun tak serindang yang di harapkan karena selama perjalanan masih merasakan panas meskipun cuaca sedikit mendung.


Di tengah perjalanan kita juga menemukan sebuah pondok besar dan beberapa gazebo di dekat sana, entah itu rumah penduduk atau rumah makan juga ga tau, karena kita tidak mampir mengingat tujuan awal ya di kebun teh, selain itu juga pemandangannya kurang menarik sekelilingnya hanya tanah yang di tumbuhi ilalang dan tanaman palawija hanya di bagian kanan ada bukit yang dipenuhi dengan rimbunnya pepohonan.

Masih separo perjalanan dengan beberapa kali belokan dan jalan yang tetap menanjak dan berliku. Berjalan hati-hati dan jangan pernah berpikir macam-macam seperti motor ngadat di jalan, tiba-tiba ban gembos, kehabisan bensin atau semacamnya karena untuk mencari bengkel disana sepertinya susah, boro-boro bengkel, warung atau rumah penduduk saja masih bisa di hitung dengan jari.

Setelah perjuangan panjang mengalahkan kerikil dan kelokan akhirnya terlihat juga portal yang di pasang sebagai pengaman, mungkin juga itu sebagai tanda bahwa anda sudah memasuki area kebun teh Medini. Namun sebelum itu anda harus melapor sekaligus membeli tiket masuk seharga Rp 3.000,- per orang masih murah ya. Setelah tiket sudah di tangan jangan kira anda bisa bernafas lega, perjalanan belum berakhir bung. Namun perjalanan kali ini berbeda, untuk menuju ke kebun teh jalan yang dilalui sudah rapi meskipun yang di gunakan bukan aspal melainkan batu-batu yang di susun rapi. Mungkin ini ada tujuannya agar tidak membahayakan kendaraan atau orang yang melewatinya, bayangkan jika aspal bakal terlihat kecuramannya dan akan sedikit licin untuk jenis kendaraan tertentu bahkan jika jalan pun bisa saja terpeleset karena alas kaki yang digunakan licin apalagi daerah pegunungan identik dengan kabut yang membuat jalan sedikit lembap cenderung basah.


Selama perjalanan anda akan melewati barak dan juga pabrik teh Medini yang lagi beroperasi jadi jangan heran jika pas melintas akan tercium bau teh yang harum, ga tau juga jenis teh apa saja yang diproduksi di tempat ini. Menuju ke kebun teh jalan yang dilalui lebih menanjak dibanding sebelum-sebelumnya sehingga dari awal harus benar dalam  mengambil ancang-ancang bila tidak ya ngalamat motor akan ga kuat nanjak seperti yang di alami abu, sampai-sampai aku harus turun dari boncengan.


Namun momen ini juga jangan di jadikan bencana ya, anggap saja berolah raga dan nikmati pemandangan hamparan kebun teh dan juga bunga-bunga liar yang tumbuh diantara semak belukar. Oh ya di sisi kiri jalan anda akan melihat pipa air yang cukup besar yang berada persis di pinggir jalan. Mungkin itu pipa untuk menyalurkan air pegunungan ke pemukiman penduduk untuk kebutuhan sehari-hari  masyarakat yang ada di bawah. Sampai di atas anda bisa mencari tempat yang rindang untuk memarkirkan motor dan mulai berpetualang mengitari kebun teh Medini yang sangat luas ini.

Tapi sebelum mulai berpetualang, ada baiknya istirahat sejenak setelah perjalanan jauh, untuk meregangkan kaki dan tangan yang kaku setelah kurang lebih 2 jam berkendara. Menikmati segelas teh panas sepertinya bisa menjadi solusi tepat tapi tahukah dimana ada warung di tempat ini.... ?! Jangan bingung, anda berjalan saja ke deretan rumah di samping lapangan dekat parkir motor, nah di situ ada warung serba ada  (kata masnya gtu) di sebut begitu karena meskipun warungnya kecil namun menjual segala macam kebutuhan baik dari makanan siap saji, sembako, sayur mayur, sampai makanan ringan, jajan bahkan gas elpiji pun tersedia disana jadi tak perlu repot membawa bekal dari rumah ya. Tapi kalau mau bawa juga boleh biar lebih aman dan lebih ngirit (bila ga mau dibilang pelit)

Segelas teh panas untukku dan segelas kopi untuknya. Namun baru di diamin sebentar teh yang tadinya super panas seketika menjadi panas suam-suam kuku. Cita rasa teh yang beda, mungkin ini racikan teh dari perkebunan sini kali ya. Tehnya pekat dengan sedikit rasa sepet, pas dan mantep deh pokoknya. Jika kalian kesini jangan lupa nyobain ya, sayang kagak ada kemasan yang bisa dibawa pulang dan juga ga kepikiran juga untuk menanyakannya kepada si ibu pemilik warung. Di kebun teh Medini bisa dibilang sarananya sudah lengkap, warung serba ada, mushola, juga toilet umum. Setelah menghabiskan minuman yang kami pesan saatnya berakat. Ketika menyusuri jalan sempat iseng mencuci tangan di saluran kecil dan woooow airnya dingin tapi segar, rasanya pengan mandi pastinya segar dengan udara yang panas sedikit mendung ini.


Pemandangan yang cukup memanjakan mata, dimana sepanjang mata memandang hanya hamparan pohon teh dengan udara yang cukup sejuk dan tentu saja tenang. Beruntung hari itu cuaca sedikit panas, namun begitu angin yang berhembus membuat tak begitu banyak keringat yang bercucuran. Masih bisa untuk menikmati suasana yang tak ditemui di kota besar. Berjalan menyusuri jalan setapak diantara rimbunnya pohon teh. Entah jenis teh apa yang di hasilkan dari kebun teh Medini karena selama di sana tak banyak orang yang aku temui yang bisa aku korek keterangan lebih lanjut tentang kebun teh Medini.

Tempat yang bisa jadi rekomendasi biat yang suka petualangan, karena selain teh Medini ada juga obyek wisata yang patut dikunjungi seperti Curug Lawe, Curug Benowo dan Goa Jepang semua tempat itu masih berada dalam satu kawasan dan jika anda benar ingin berpetualang, bisa blusukan mencari jejak dantara rimbunya semak belukar karena tempat ini bisa tembus ke air terjun Semirang. Masyarakat disini juga ramah dan kehidupan mereka juga sederhana dan apa adanya. Orang-orang yang tau bagaimana menikmati hidup dan tahu bagaimana memperlakukan alam. Jadi gak salah kan jika tempat ini dimasukkan dalam list perjalanan anda. Selamat berpetualang. (05/04)

Curug Lawe


Selain kebun teh Medini, di tempat ini juga ada keindahan alam yang tersembunyi di dalamnya dan itu adalah air terjun yang diberi nama curug lawe. Untuk menuju ke Curuk lawe Medini  ini hanya bisa di akses dengan berjalan kaki saja. Namanya juga ngasal jika disini ada air terjun, berjalan menyusuri kebun teh dan bertemulah papan menunjuk arah keberadaan Curug Lawe, karena tujuan awalnya ingin kesana. Info dari masnya jika disini ada air terjun dan juga goa, mendengar hal itu langsung saja meminta untuk kesana. Namun berhubung si mas juga belum tau arah yang sebenarnya maka berjalanlah kita menyusuri jalan setapak diantara rimbunnya pohon teh, sedikir ragu juga ketika ada pertigaan tapi kita tetap memilih berjalan lurus dan kali ini feeling yang salah ternyata jika dilanjutkan terus akan menuju ke jurang.

Kebetulan di dekat kita berdiri ada seorang bapak-bapak yang lagi mencari rumput, lumayan jauh juga sebenarnya karena kita bertanya sambil teriak-teriak seperti tarzan. Ternyata arak kita salah, seharusnya di pertigaan tadi mengambil arah kanan bukannya lurus, berbalik arah tapi tak kembali. Jetika berjalan diantara pohon teh sebaiknya tangan ke atas ini menghindari agar tangan ga terhores ranting-ranting yang sudah mulai menjadi batang pohon ataupun kena tumbuhan perdu yang tumbuh diantara pohon teh. Selain itu berjalanlah dengan hati-hati jalan tak selamanya lurus dan terkadang harus melewati kubangan juga aliran air yang entah dari mana asalnya.

Tak berapa lama berjalan lirih terdengar suara air terjun, wah senangnya dan benar saja air terjun. Waaaaah.... indah banget. Melihat itu sempat juga berteriak, (bener-bener katrok ya) air terjunnya tinggi dengan debit air yang deras. Kita berhenti sejenak untuk menikmati sambil mengabadikan air terjun yang kita lihat dari kejauhan.

Karena ingin segera sampai kesana kita pun berjalan menyusuri setapak yang sepertinya sering di lewati orang. Jalan yang masih seadanya dengan bertumpu akar dan bebatuan juga tanah yang dibuat berundak yang sedikit licin, mungkin karena embun dari rumput dan pepohonan yang ada di sekitar sana sehingga membasahi tanah dan membuat licin. Menurut si mas di hutan ini (karena hanya ditumbuhi pohon dan rerumputan) masih banyak hewan-hewan liar yang berkeliaran seperti kera, gareng pong, belalang, lintah bisa juga ular. Ternyata tidak hanya hewan-hewan tadi yang ada di sini namun juga aku menemui ulat di tengah jalan. Hiiiiii.... Spontan langsung berteriak dan lari, sumpah dah bikin kaki lemes liatnya sampai mas yang berjalan di depan seketika berhenti dan melihat apa yang terjadi, untung masih bisa ngerem kagak sampe nyusruk ke semak-semak.



Kembali kita dihadapkan dengan persimpangan jalan, melihat jalan ke arah kiri yang sedikit menurun dan tak terlihat jalan setapak, mungkin karena terturup ilalang sehingga kita memutuskan mengambil jalan satunya yang ke arah kanan. Hanya jalan setapak kecil yang berada di pinggiran dari sana kita bisa melihat air terjun yang indah, tapi sepertinya jalan ini bukan menuju ke arah air terjun melainkan ke atas air terjunnya, namun barhubung sudah separoh jalan sehingga kita tetap kemutuskan untuk melanjutkan perjalanan, sampai titik penghabisan. Kebetulan sekali mungkin di atas bisa lebih santai dan lebih tenang pikir kita seh begitu, ini juga untuk menenangkan agar terhindar rasa kecewa (ciiie bahasanya) karena ketika melihat ke arah air terjun terdengar juga teriakan-teriakan dari pengunjung yang sepertinya sudah lumayan ramai.

Di perjalanan tak hanya suara air terjun yang mendominasi, juga suara burung dan sesekali suara gareng pung dan serangga lain yang hidup disana. Masih terlihat alami dan terjaga keasriannya mudah-mudahan akan seperti ini meskipun sudah banyak yang tahu, namun begitu kita harus berhati-hati karena jalan ini hanya kecil dan sedikit licin. Jika mau kesini aku sarankan gunakan alas yang tidak licin ya biar lebih bebas dalam berherak.

Sempat aku sedikit takut melihat jalan yang ada di depan meskipun di tepian jurang namun karena tertutup rumput dan banyak pohon yang tumbuh disana sehingga menghilangkan kesan seram tapi kali ini tidak ada rerumputan yang melindungi sehingga aku meminta mas untuk berjalan di depan dan menuntunku, maklumlah phobia ketinggianku belum sepenuhnya sembuh.

Lama berjalan akhirnya kita menemukan sungai yang jernih dan sepi. Ketika memegang air yang mengalir diantara belukar rasanya dingin tapi segar. Pengen nyebur seketika tapi ga bawa ganti sehingga berpikir ulang untuk nyebur. Kita hanya duduk di atas batu bercerita sambil sesekali kaki memainkan gemericik air yang sangat menggoda untuk berendam. Menikmati suasana yang sangat langka di dapat untuk di abadikan dalam jepretan kamera hp. Bayangkan berada di aliran air hanya ada beberapa orang saja disana, sekali melintas bapak-bapak setengah baya yang memikul potongan kayu yang berasal dari hutan.

Duduk di atas batu sambil bercerita dan ngemil wafer coklat yang aku bawa dari rumah sebagai bekal, lumayan sebagai pengganjal perut dan minumnya tetep air mineral. Agar minumnya juga segar maka di rendam dulu di antara batu dan ternyata benar air dalam botol ikut dingin dan segar ketika di minum tapi enggak bau kaki juga kok (salah naro ternyata)

Karena keinginan nyebur terlalu tinggi dan kapan lagi bisa merasakan berendam di air pegunungan apa lagi tempatnya tenang tanpa ada gangguan akhirnya kita pun memutuskan untuk nyebur, dingin tenang dan asik lah pokoknya. Pura-pura mencari batu akik seperti yang lagi tran saat ini. Hahahaha....

Badan sedikit menggigil meskipun matahari sudah berada di atas kepala namun belum ada keinginan untuk keluar sari air, sepertinya kulit kaki sudah mulai berkerut namun masih betah berada di air. Ada perasaan damai disana sehingga enggan untuk enyah dari tempat itu, namun berhubung waktu sudah mulai sore dan takut nanti kemalaman di jalan sehingga mau ga mau kita pun beranjak dari air dan terduduk lagi di batu besar seperti ketika pertama kita kesana, ini agar air di celana kita sedikit menyusut dan setelah itu kita pun pulang dengan pakaian yang masih basah.


Masih menyisuri jalan yang sama ketika berangkat, namun sepertinya perjalanan pulang terasa lebih mudah dan lebih cepat dibanding ketika kesana. Di tengah perjalanan masih saja sempat-sempatnya salfi disana sini. Sempat juga aku mengabadikan beberapa tanaman liar dan yang paling menggemaskan.


Ketika sampai di kebun teh matahari sudah tak nampak dan kabut juga mulai datang mengutupi pemandangan di sebagian kebun teh Medini. Tapi sebelum pulang kita sempatkan kembali ke warung untuk meneguk secangkir teh untuk menghangatkan badan udara disana sudah mulai dingin. Lumayan menghangatkan dan setelah itu saatnya kembali melibas jalanan bebatu dan menuju ke kandang. (05/04)

04/04/15

Atas Nama Novel Kuterjang Panas


Sudah dari semingguan yang lalu mendapat list untuk dicarikan novel karya Mira W oleh seorang teman yang jauh di seberang lautan. Namun berhubung sabtu minggu badan lagi ga enak dan mendung juga lagi menguasai kota ku ini sehingga weekend minggu lalu hanya bermalas-malasan di rumah. Ajakan teman untuk keluar pun tak aku  jabanin, kalau lagi males ya males, intinya ya ga mau ngapa-ngapain. Dan ketika pesanan itu di tanyakan pun tak bisa menjawab karena belum kemana-mana, tapi weekend kali ini aku bertekat untuk benar-benar mencari.

Sebenarnya malas kembali datang tapi berhubung sudah janji mau ga mau harus di laksanakan apa lagi demi sebuah obsesi mewunudkan mimpi seseoranh, 'aiiiih mulia sekali' hahahaha.... Bohong, hanya ga ingin mengecewakan cincaku saja makanya kali ini aku benar bersungguh-sungguh menjalankan misi rahasia ini. Demi kamu cinca.... , ( nah...nah...nah... pada bingung ni pasti siapa seh sebenarnya orank yang di maksud)

Jam 10 selepas acara tv tentang petualangan alam My Trip My Adventure, meskipun jika lihat selalu mupeng (muka oengen) namun tetep saja di tonton. Acara selesai, bersamaan dengan malas bersiap-siap dandan rapi, pake bedak dan semprot parfum sana sini tapi berhubung di luar panasnya tak kenal diskon maka bedak yang baru saja nempel pun luntur seketika ( ga boleh protes kalau sedikit lebai, biarkan bedak menjadi senjata meskipin sebenarnya enggak bedakan). Saatnya meluncur bersama abu, sudah pamitan sama ibu dan badan surah terhungkus jaket, sarung tangan, kaos kaki juga masker aman. Melaju menuju target utama yaitu kios buku di dekat stadion (jangan tanya nama jalannya karena ga tau), namun ketika berhenti di lampu merah mata yang berkeliaran ke atas mencari awan tapi malah berpapasan dengan spanduk yang memberitakuhan ada bazar buku di Gedung Wanita, pikiran liarku pun langsung jalan apa lagi masih bisa dibilang searah dengan tujuan awal.

Abu sepertinya mengerti jalan pikiranku, inilah yang namanya sejiwa. Parkis sudah lumayan berjubel dan tidak dapat tempat teduh secuil pun, aduh kasihan abu harus berpanas-panas ria apa lagi matahari pas tepat di atas 'ubun-ubun' ga usah di bayangin deh kelamaan. Wah benar saja ya yang namanya diskon dan hiburan kagak ada sepinya. Dari pintu masuk sudah terlihat orang-orang berjejalan memadati setiap stan yang tersedia. Untung saja di dalam adem meskipun berjubel, melihat dan membaca jidul novel yang tersusun rapi di setiap stan sambil sesekali mengambil dan membaca sinopsis isi dari buki tersebut dan itu membuat aku sedikit ngiler. Lama disini bisa bobol beneran ni tabungan. Sedikit kesulitan untuk mengitari area buku yang satu dengan yang lain karena orang-orang juga sama memilih buku yang memikat mata dan membaca sinobsisnya, sesekali menimbang-nimbang beli ataukah tidak (curcor yang nulis tu).

Kali ini mencoba pasang kacamata kuda, konsentrasi dengan target utama mencari novel. Oke kini beralih dari satu stan ke stan yang lain namun tak menemukan apa yang di cari, pegel juga ternyata mengitari semua stan dan ikut berdesak-desakan dengan yang lain. Namanya generasi merunduk ya jadi dimana pun tempat tetap saja hp tak bisa lepas dari tangan, muter sambil bbm an dengan teman, sebenarnya berharap ada teman yang tiba-tiba datang menemani berdesak-desakan, tapi kagak ada yang berinisiatif menemaniku, malah ada teman yang skalian nitip untuk di carikan buku geografi Khalil Hibran, katanya dia baca belum kelar sudah di pinjam teman dan sampai sekarang belum balik, dan katanya bakal kasih apa pun yang aku minta, terang saja bicara gitu karena dia tau ga bakalan aku minta macam-macam.

Bertanya kepada penjaga dari setiap stan tapi nihil, novel dan buku yang aku maksud kagak ada disana. Tapi karena berhujung masih penasaran dengan novel-novel yang berjajar kembalilah ke tempat novel yang menggodaku dari awal, dengan sedikit pertimbangan akhirnya beberapa novel pun beralih pemilik. Dan itu saja sudah menenangkan otakku yang masih kalap melihat tumpukan buku disana, namun dengan sedikit bujuk rayu yang mengatakan besok kesoni lagi bazarnya masih beberapa hari lagi digelar jadi masih bisa beli, nah dari sanalah akhirnya otakku menyerah dan meminta pulang, pergi dari sana mingkin kaki benar-benar sudah capek kali ya.

Entah berapa jam aku berkutat di antara buku dan orang-orang pecinta buku, ketika keluar ruangan sedikit plong rasanya, aku tak perlu lagi berbagi oksigen dengan banyak orang seperti di dalam. Sepertinya tidak hanya bazar buku, karena disana juga ada panggung hiburan. Mungkin untuk menarik perhatian agar orang-orang menyempatkan datang kesana, nanti main kesini lagi aah nonton hiburannya (pikiran yang terbesit). Menuju parkiran mencuim aroma roti yang sedikit menggoda namun masih kalah dasyatnya dengana tumpukan buku yang berada di dalam.

Panas. Abu kembali aku geber, kali ini menuju tujuan awal kios buku yang ada di stadion. Berhubung ga tahu jalan dan sepertinya aku beloknya kecepatan selangkah, yang seharusnya belok di lampu merah kedua ini belokan pertama sudah belok, dan berhubung tidak begitu hapal jalan sehingga hanya ngikut mobil yang ada di depan. Untung saja ada tanda pengingat yang tertanam di otakku sehingga tau harus berbelok kemana lagi. Ternyata sampai juga, maklum lah biasanya kesini lewat jalan lain bukan yang baru aku lewati sekarang. Bertanya dari satu kios ke kios yang lain tapi tak ada yang punya novel Mita W, ada pemilik kios yang punya tapi judulnya tidak masuk dalam list yang aku pegang, itu tandanya sudah punya. Lanjut...

Berhubung target pertama kosong sekarang ke target selanjutnya Pasar Johar. Ampun dah disini panasnya siper hot ngalahin keripik singkong pedas level 10 sepertinya. Untuk keamanan aku memilih parkir di dalam gedung (bangunan yang dulu digunakan untuk mall dan sekarang sudah tutup sekarang digunakan sebagai penjual pakaian. Sementara ga boleh pegang hp, pertama karena sendirian, kedua karena rawan kejahatan. Menyeberang menuju lantai 2 yang katanya penjual buku ada di sana, ya kalau itu aku tau karena sudah beberapa kali kesini tapi sama ade perempuanku dan dia juga selalu menggerutu bilangnya 'piknik kok ke pasar' yah namanya juga mencoba. Dan aku juga sekarang bisa sedikit menawar dari sana dengan memperhatikan ibu-ibu yang aku jumpai ketika bertransaksi dengan penjual, hahahaha....

Di lantai 2 berjajar kios buku juga sovenir, mencari dan tak sungkan bertanya kepada setiap penjaga kios tapi tetap saja ga ada yang punya. Katanya jika novel lebih lengkap di Pasar Yaik, Waduh mana lahi itu. Kata ibu yang punya kios 'jalan luris nanti ada jembatan yang kedua belok kanan'. Kembali berjalan dan namanya pasar setiap lewat selalu di tanya 'cari apa...?' berhenti lagi di kios lainnya dan sama juga ga ada dan ketika aku tanya selain disini dimana sama yang jual, sama kaya ibunya tadi menyuruhku jalan lirus ada jembatan belok kanan dekat penjual buah. Oke mas makasih infonya.

Mulai melanjutkan perjalanan, meskipun kepala sudah mulai sedikit pusing terkena panas, sepertinya benar yang dikatakan ibunya tadi daripada si masnya deh karena ketika aku menyebrang di jembatan pertama malah ketemunya kotak-kotak buah dan bebetapa orang ibu yang lagi asik ngobrol dengan sangat lantangnya entah deh apa yang di omongin, aku sudah bingung cari jalan mau kemana jadi ga sempet menterjemahkan apa yang aku dengar. Bila lurus ada jembatan lagi dan aku ga yakin itu tempatnya lalu aku ngasal saja berjalan lurus di sekitaran penjual buah dan ketemu jembatan, tengak tengok dari kejauhan melihat rak buku berjajar rapi dan benar saja ketemu. Senengnya bukan kepalang deh. Mulai lagi bertanya dari satu kios ke kios yang lain bahkan ada yang ikut menanyakan ke kios temannya siapa yau punya. Tetap saja ga ada yang punya. Novel ga ada dan buku geografi Khalil Gibran apa lagi, baik yang bekas ataupun baru tak menemukan. 

Muter-muter sampe kaki pegel bercampur ngantuk juga tapi masih bisa aku tahan. Entah sudah berapa kios aku datangi dan berapa kios yang aku lewati namun yak ada yang jual. Novel Mira W susah namun juga banyak yang cari. Sedikit beruntung di satu kios aku menemukan novel yang aku cari meskipun hanya satu "Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat" lumayan meskipun hanya satu. Masih terlihat kios-kios penjual buku disana, perjalanan mengitari kios yang belum dilewati pun berlanjut. Berhenti lagi di kiosnya mas-mas yang aku tanya malah menawariku novel terjemahan aduh langsung meninggikan tameng agar ga tergiur. Sambil melihat-lihat si masnya malah ngajakin ngobrol, dari ngobrolin adenya, malming, bedain buku asli sama bajakan, udah gitu di curhati nganyuk pula (lha emangnya aku enggak...).
"Tutup saja to kiosnya" saranku kepada pemilik kios toh itu juga milik sendiri bukan jaga kios orang lain (ini aku tau karena sudah tanya langsung sama si masnya)
"Ngantuk banget. Pengen tidur"
"Udah di bilang di tutup saja, kalau ga nitip saja sama teman yang laen. Tidur satu jam kan sudah cukup"
"Kamu saja yang tunggiin gimana" nah kan aku lagi yang jadi korban.
"Wani piroooo...."
"Daripada di rumah mending jaga disini"
"Aku jagain tapi novel-novel ini buat aku" sedikit berspekulasi siapa tau beneran di kasih novel terjemahan yang dari tadi aku pegang-pegang. Tapi si masnya hanya tertawa, mungkin tau jika novel-novel asli ini terlalu berharga kali ya.
"Eeeeh aku baca aja deh nanti aku kembaliin"
"Itu nobel laris lho tiap datang langsung habis banyak yang cari, kemaren saja aku minta 60 cuma dikasih 25" kata-kata yang aku dengar lebih dari 4 kali.
Aku masih saja mencari-cari buku, siapa tau menemukan buku yang aku maksud namun tak tahu judulnya sedangkan si masnya masih sibuk mencarikan buku pembeli lain ke kios temannya. Mau pergi tapi orangnya kagak ada, tar malah dikira nyolong. Mumpung ada pembeli pas si masnya balik langsung aku pamit daripada tar diajakin ngobrol lagi malah ga pulang-pulang.

Sekarang yang jadi masalah satu kemana jalan menuju parkiran motorku....??? Sok pede jalan menyusuri jembatan dan belok sana sini dan nasar. Kepala sudah bertambah pusing, ngantuk dan benar saja nyasarnya sampe jauh. Mau tanya ya kepada siapa, sungkan kalau tanya kepada penjual yang disana, keluarkan sedikit kemampuan cerdasku sekiranya berjalan sudah agak jauh keluar menuju jalan besar biar tau posisi dimana kalau sekitarnya belum ada yang di kenal masuk ke dalam dan berjalan lagi, soalnya jika berjalan di luar super panas, banyak kendaraan dan tetap saja ga tau arahnya. Berjalan terus dan terus belok sana sini mengikuti kata hati dan kembali menengok ke jalan besar sekedar mengecek apakah posisiku sudah benar apa salah. Ketika dari kejauhan aku melihat tanda warna biru petunjuk parkir gedung alangkah senangnya ternyata aku bisa pulang horee horeeee.....

Agar tidak tambah tersesat atau kebablasan aku memilih berjalan di luar saja meskipun panasnya bukan kepalang. Mungkin karena lama terkena panas ditambah dehidrasi dan belum sarapan kali ya sehingga membuat kepalaku bertambah pusing, lemas, dan badan rasanya ga kuat jalan lagi. Lelah tak dihiraukan, langkah masih tetap terayun hingga benar-benar menemukan tempat yang di maksud. Huuuuft... Akhirnya menemukan dimana abu berada, tapi kepalaku sepertinya perlu pendingin deh pas aku pegang terlalu panas dan pandanganku sedikit berkunang-kunang makanya aku hanya berdiam sebentar disana agar kepalaku kembali dingin, tapi meskipun kepala sudah dingin tapi tidak untuk otakku, apakah otakku sudah meleleh ya hingga aku merasakan pusing, lelah dan lemas. Apakah ini dampak ga makan... Beneran aku butuh tempat ngadem dan ketika itu terbesit, munculah satu tempat yang sepertinya masuk perhitungan 'bangku merah'. Tanpa berpikir panjang abu aku belokkan ke tempat yang aku maksud, sebelum mencari tempat duduk sebaiknya mencari minuman. Kali ini edisi maruk ga cuma beli air mineral seperti biasanya namun juga minuman kotak yang dijual disana. 

Tanpa menunggu lama minuman kotak pun habis di susul air mineral yang tinggal separo dan barulah perlahan merasakan kesegaran, sepertinya tenagaku mulai balik lagi. Membuka hp, awalnya ingin melanjutkan coretan yang tertunda namun melihat ada pesan bbm yang masuk niat itu pun mulai menguap malah berbalas pesan. Sebenarnya sudah mau melanjutkan mencari novel namun panas menawanku di tempat ini. Dan ketempat ini hingga sore menjelang dan meluncur....

Sudah ya ceritanya cukup sekian. Jika ada yang tanya ini meluncurnya kemana tentu banyak yang tanya dan bisa menduga jawabnya. Apa coba.... Selamat berpikir, Hahahaha...