08/08/15

Perkenalan

Bertemu dengan orang baru, bicara basa basi untuk mencari ritme pembicaraan yang pas. Ketika sudah menemukan nada yang cocok pembicaraan pun semakin mengasyikkan namun ketika tidak menemukan ritme yang sesuai maka akan terhentilah semuanya sampai disana.

Saling mengenal kepribadian satu sama lain, membuka diri tentang apa yang disuka ataupun yang tidak. Perlahan mengendorkan simpul yang terikat mati, namun pembicaraan yang itu ituu saja terlihat monoton dan membosankan. Mungkin ini hanya terjadi padaku, dan jika hal tersebut mulai terjadi maka simpul yang tadinya mulai kendur pun kembali terikat kuat.

Sangat tak mudah menyelami hati orang lain namun bagi orang sepertiku yang lebih individual dan selalu penasaran dengan hal yang menggelitik pikiran dan lebih suka berfikir tak begitu menyukai hal yang teramat simpel karena itu membuat otakku tak berpikir, teramat sangat membosankan. Aku lebih suka diskusi, membahas sesuatu yang mengarah ke perbedaan untuk mencari titik temu dari kesimpulan perbincangan yang sudh terjadi.

Aku orang yang berpikir beberapa langkah di depan dengan mempertimbangkan plus minusnya. Karena otakku sepertinya dirancang begitu.

07/08/15

awanku berubah

Melihat kapas putih di langit biru kenapa sekarang berbeda ya....????

Jika dulu awan putih terlihat indah dan membentuk berbagai macam imajinasi lucu seperti kepala mickey, berbagai makanan, atau bentuk binatang hingga tak pernah bosan mendongak ke atas untuk menikmati dan mengira-ngira bentuk apa yang dibentuk  awan sebelum tertiup angin. Bahkan tak jarang di manapun tempat mencari gumpalan putih yang membentuk kepala mickey di langit.

Tapi sekarang berbeda melihat awan ga lagi terlihat lucu, yang membentuk seribu imajinasi berbeda dalam pikiran setiap orang. Sekarang melihat awan gambar yang muncul seperti penampakan-penampakan makluk yang menyeramkan seperti kepala naga, kepala raksasa bertaring, perpaduan dua binatang, makanya sekarang jarang menikmati gumpalan awan yang berhembus beriringan mengikuti arah angin, jika melihatpun tak menghabiskan waktu lama seperti biasanya. (07/07)

Cemilan oh Cemilan


Satu kebiasaan buruk, menimbun cemilan. Entah karena aku doyan ngemil atau karena kebiasaan dari kecil yang selalu di sediakan cemilan, tapi mungkin juga suka ngemil karena terbiasa dari kecil. Ya dulu namanya juga anak kecil setiap bangun tidur yang dicari ibunya sementara namanya ibu pagi adalah jam sibuk untuk menyiapkan sarapan jika di ributi kapan makanan bisa tersaji di meja makan sementara bapak jam 07.00 teng sudah berangkat. Bayangkan bagaimana ribetnya ditambah anak kecil ga cuma satu. Ada hubungannya ga seh... ya sebenarnya cemilan ada untuk mensiasati agar anak-anaknya diam dan agar mau doyan makan saja seh awalnya tapi karena sudah menjadi kebiasaan makanya sampai sekarang selalu ada cemilan di rumah meskipun seringnya roti kering.

Namun sekarang sudah banyak warung jadi bisa menimbun sendiri makanan yang disuka. Sambil nonton tv atau mendengarkan mp3 tau corat coret bahkan bbm an tak henti mengunyah. Kebiasaan buruk yang dipeliha namun menyenangkan. Cemilan rasa strawberry dan keju andalan. Hehehehe.... (05/07)

Barisan Semut


Sore itu ketika kembali ke kamar untuk bersih-bersih tiba-tiba saja melihat barisan semut yang sangat banyak sudah membuat jalannya hingga ke dinding kamar dan setelah di telusuri ternyata si semut masih berpesta makanan ringan yang belum habis aku makan. Pikirku karena jajan rasanya gurih cenderung asin dan penutupnya sudah rapat pastinya aman sehingga hanya aku taruh di lantai begitu saja. Ketika aku angkat kaleng di bagian atas diantara tutupnya sudah penuh dengan semut. Aku perhatikan hingga kepikiran "paling isinya aman, tidak bisa masuk" namun ketika tutupnya aku buka di dalamnya sudah penuh semut.

Dan beberapa saat setelah melihat kejadian itu, ada hal yang bisa aku tangkap dan bisa dijadikan renungan ataupun di jadikan contoh.
* Dimanapun berada semut bisa menemukan makanannya. Yang artinya dimanapun kita berada tak perlu hawatir kelaparan karena selama kita mau berusaha niscaya akan menemukan cara agar bisa makan untuk bertahan hidup. Selama ada kemauan dan tekat kuat dimanapun makanan (rezeki) itu akan luluh dan bisa kita dapat.
* Meskipun sudah tertutup rapat namun semut masih bisa menerobos masuk. Ketika kita merasa sudah tak bisa lagi berpikir untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan maka saatnya menggunakan pikiran untuk membuat celah meskipun itu hanya kecil namun dari sanalah akan menemukan pencerahan. Dari hal kecil kita akan meraih sukses.
* Tak pernah mengenal kata menyerah, ketika sudah di usir dengan mengusik apa yang dikerumuninya atau dengan mengetuk-ngetuk bahkan meniup agar gerombolan semut-semut itu cepat pergi namun semut akan berusaha kekeh untuk berada disana hingga merasa tak sanggup bahkan terkadang rela mengorbankan nyawanya untuk secuil rempah-rempah yang didapatnya untuk makan koloni juga ratunya, kalaupun pergi akan membawa rempah-rempah seberapapun dia bisa dapatkan. Selalu mencari dan menjaga apa yang sudah di dapat dengan sebaik-baiknya.
* Mencari makan untuk ratunya. Sementara kita berjuang untuk orang-orang yang kita sayangi selain untuk diri sendiri tentunya.
* Ketika mendapatkan sumber makanan akan memberi tahu temannya yang lain. Sebaiknya kita ga pelit berbagi kebisaan ataupun berbagi rejeki kepada orang-orang di sekitar kita.
* Ketika mendapat rempah-rempah yang cukup besar melebihi badannya mereka akan tetap berusaha dengan menggelendingkan atau bekerja sama mengangkatnya dengan teman yang lain. Pekerjaan akan terasa lebih ringan dan lebih menyenangkan jika dikerjakan bersama-sama.
* Saat berjalan dan berpapasan dengan temannya mereka akan saling menyapa. Tentunya dengan bahasa dan cara semut, kita pun juga begitu jika lewat ada orang lagi duduk-duduk minta permisi, menanyakan kabar atau sekedar say hello kepada orang yang dikenal.
* Semut tak pernah lelah mencari makanan dan menimbunnya. meskipun persediaan makanan di sarangnya sudah banyak tetap mencari persediaan makanan untuk kelompoknya.
* Ketika jalan yang mereka lewati di hadang maka mereka akan mencari jalan lain dan menandai dengan baunya agar teman-teman yang lain tahu jalan yang aman dilalui. Jika sudah tak bisa lewat maka mereka akan mencari sumber makanan lain, ini sama saja mereka ga mau mengambil resiko membahayakan teman-temannya yang lain.

Tak ada salahnya bukan untuk belajar dari semut, makluk dengan ukuran kecil yang memiliki solidaritas tinggi, tak kenal menyerah dan putus asa, berjuang untuk kelompoknya. Masih mau mengeluh dan bermalas-malasan....., ga malu dengan semut ell. bagai toyoran di jidat dan membentur tembok... sedikit keliyengan dah. (04/07)

buah ciplukan


Waktu kecil sering banget mencari buah yang satu ini. Ciplukan. Berhubung dulu di kampungku masih banyak kebun, tanah kosong yang dibiarkan oleh pemiliknya hingga banyak ditumbuhi rumput juga tanaman liar yang kadang kita juga ga tau namanya. Dan ciplukan menjadi salah satu tanaman yang tumbuh dengan subur.

Ciplukan, buahnya kecil yang terlindungi oleh kulit yang elastis dan menggembung dengan lubang kecil di pucuknya. Buah ciplukan jika masih muda berwarna hijau namun jika sudah masak warnanya kuning. Bentuknya kecil ya kurang lebih sebesar kacang atum dan rasanya enak, ada manis, sedikit asem pokoknya enak deh. Ada keunikan tersendiri dengan buah ciplukan ini, ketika ingin memakannya kita biasanya memecahkan kulitnya dengan meniup kulitnya terlebih dulu agar ga ada yang gopeng karena tergencet jari ketika memetiknya lalu menekan ciplukan ke dahi atau telapak tangan yang akan mendapat bunyi seperti balon pecah namun ini hanya pelan saja.

Namun di jaman sekarang buah ciplukan sepertinya sudah langka, bahkan mungkin juga sudah punah karena setelah dewasa aku belum pernah sekalipun menjumpainya. Masa kecil yang penuh kenangan, banyak cerita indah yang pernah dilewati bersama teman-teman sebaya. Kebahagiaan yang sederhana dan tak mungkin kita dapat di jaman yang serba canggih ini.

Mercon Busi


Ada yang tau ga dengan gambar ini....???!

Mungkin yang lahir di tahun 70-80an kenal dengan benda yang satu ini. Berasa tua banget ya jika melirik ke arah kalender yang sekarang depannya terpampang angka 20xx

Yang mengalami masa-masa itu berbanggalah, permainan sederhana hasil dari kreatifitas anak kecil meskipun terkadang bisa dibilang membahayakan. Petasan busi, petasan yang satu ini lain dari pada yang biasanya untuk membuatnya hanya dibutuhkan busi motor yang sudah ga kepake lalu salah satu ujungnya di kasih rafia ini agar petasan bisa sedikit bermanufer ketika dimainkan dan bubuk mesiu (benar ga ya namanya, hehehhe...)

Untuk memainkannya juga mudah, busi yang sudah diisi bubuk mesiu dilempar ke atas sifat busi yang berat akan segera jatuh dan disinilah peran rafia agar busi tidak meluncur dengan cepatnya ke tanah, lalu tunggu hingga menyentuh tanah untuk berbunyi. Dooooor... suaranya mantep dah bisa bikin kaget malah kadang sampai bikin tetangga keluar dan marah-marah karena kebisingannya memekakkan telinga.

Tapi hati-hati ya dalam memainkan jangan sampai lemparan busi mendarat di kepala sendiri. Untuk menghindari jangan melempar lurus ke atas tapi sedikit condong kalau ga setelah melempar lari menghindari pendaratan juga agar tidak kaget sendiri dengan bunyinya yang keras, lebih amannya bila dimainkan di tanah lapang biar kagak kena genting tetangga. (13/03)

06/08/15

semu yang terlihat nyata

A ; kamu yakin sayang dengan pria itu
B ; (terdiam sesaat) entah lah... aku juga ga tau apa aku benar-benar menyukainya
A ; bagaimana seh kamu, sudah jalan bareng, sering menghabiskan waktu bersama, kalau bbm an sampai berjam-jam tapi belum paham juga dengan perasaan sendiri
B ; ya memang gitu kenyataannya, gimana donk....??!
A ; kamu tu memang aneh. Kalau aku perhatikan kamu sebenarnya tidak mencintainya, yang kau rasakan hanya perasaan sesaat ketika kau sendirian dan menemukan seseorang di tengah keterasingan.
B ; maksudnya....
A ; begini. Dikala kamu tersadar setelah beberapa waktu sibuk dengan duniamu sendiri dan menyadari sudah tidak ada orang di sampingmu lantas dalam sepi kau mencari-cari seseorang dan kebetulan dia melintas di depanmu. Mungkin saja dia tersesat ketika mencari rumahnya atau hanya sekedar jalan-jalan lalu ketika dia menyapa dalam hati masing-masing mulai timbul ketertarikan. Entah ini siapa yang mulai dan selebihnya kalian mulai dekat dan dekat.
Ketika dia sadar bahwa ia harus segera pulang, kau mulai gelisah ingin menahannya namun juga kasihan bila ia kemalaman di jalan.
B ; mungkin juga seperti itu. Jika dia hanya bertamu lalu apa aku punya hak untuk menahannya pergi...
A ; nah itu yang membuat aku salut. Kamu ga pernah memaksakan orang lain untuk menurutimu. Bahkan kau lebih memilih untuk memendam semuanya sendiri walaupun dengan resiko akan sakit.
A ; bisakah kau sekali-kali tegas, katakan tidak bila nantinya akan menyakiti dan menyusahkanmu. Jangan semua yang datang kau persilahkan masuk, jangan yang mengiba kau kasihani bahkan suka rela menawarkan diri membantu meskipun ia tak membutuhkan pertolongan. Sudah tau dimanfaatkan tapi masih saja baik.
B ; (tersenyum dan menghela napas panjang) lalu apa kesimpulannya. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya....???
A ; kamu sudah tau apa yang harus kamu perbuat. Bahkan aku yakin kamu sudah tau sebelum mereka melakukan itu dan akibat yang ditimbulkannya padamu, jadi belajarlah untuk mengelak. katakan 'tidak' bila itu memang tak baik.
Dan satu lagi aku yakin bahwa kamu ga sungguh-sungguh menyayanginya, kamu hanya butuh teman yang bisa mengeksplor apa yang kamu ingin lakukan.
B ; iya kamu benar. Kenapa aku tak pernah bisa menyembunyikan apa pun darimu. Apa pun yang aku lakukan, yang menjadi inginku bahkan kau tau apa yang aku rasakan.
A ; sampai kapan pun kamu ga akan bisa menyembunyikan apa pun dariku. Karen aku adalah detak dari semua pemikiranmu (hati kecilku) (22/06)

Tempat Menyepi yang Aman

Secara tak terduga ataupun direncana sebelumnya, di bulan februari awal aku datang ke kelenteng Sam po kong setelah sekian lama tak datang kesini. Aneh juga jika dipikir-pikir awal cerita pergi ke kelenteng sam po kong hanya ingin main, seperti ada desakan untuk ke tempat ini dan setelah beberapa kali gagal akhirnya hari itu sampai juga datang kesana, sendirian pastinya.


Bulan februari tahun ini sepertinya menjadi bulan terberatku, rasa kehilangan, cemburu, uring-uringan sekaligus galau juga dilema menjadi satu. Datang kesana untuk mencari ketenangan, ga tau juga kenapa memilih kelenteng sampokong yang aku pikir hanya di tempat ini yang tiket masuknya murah dan aman dibanding aku kongko di pinggir jalan atau tempat lain yang belum tentu nyaman. Ketika kaki melangkah masuk kedalam area kelenteng rasanya adem.

Di sana aku hanya duduk di bangku merah yang ada di bawah pohon sambil mendengarkan musik mp3 dan mencoba menjabarkan pekat dalam otak dalam barisan aksara. Meskipun banyak orang yang mondar mandir namun tak pernah sekalipun aku terusik dengan kehadiran mereka. Sepertinya aku sudah punya dunia sendiri hingga tak mempedulikan mereka. Sekedar duduk-duduk dibangku panjang warna merah itu sudah cukup membuat pikiranku yang kalut perlahan mengendur... mengendur hingga yang aku rasakan teduh dan nyaman. Aku menyukai tenpat ini.

Entah sudah berapa kali aku datang ke tempat ini di tahun ini, bahkaa tak jarang tiap hari bisa aku datang ke tempat ini ketika pikiran lagi kacau dan ada waktu luang. Di tempat ini benar-benar aku mendapatkan ketenangan sepenuhnya, selama aku berada dalam dilema akut yang aku sendiri pun tak mengerti jalan pikiran dan apa yang menjadi permasalahan hingga membuat aku kacau. Ketika bersih-bersih tas tanpa disengaja mendapatkan lembaran karcis yang tersimpan di salah saku kecil, memang ada beberapa karcis yang masih tersimpan dan banyak juga yang sudah terbuang.

Seperti candu, terbiasa menyepi di tempat ini ketika sedang puyeng, menenangkan diri atau bisa dibilang ngademin pikiran. Bersantai, mencari inspirasi lalu corat coret menuangkan apa yang menjadi pikiran dalam sebuah tulisan. Air mineral dan jajan, biasanya seh beng-beng namun seiring waktu jajan yang aku bawa berfariasi.

Kali ini pulang kerja mumpung masuk pagi, sebelum pulang menyepi dahulu di kelenteng sampokong. Berhubung pengen cilok, mampirlah ke penjual cilok dan meluncur ke kelenteng sampokong.  Duduk di bangku baris pertama, mengeluarkan bekal, bolpoin dan kertas meneruskan coretan di kantor yang belum selesai, sambil menikmati cilok, air mineral dan tak lupa aerphone di telinga. Oh ya ada juga biskuit yang aku bawa dari rumah. Kebiasaan buruk menyetok makanan dirumah yang tak jarang aku gunakan untuk bekal untuk dimakan di kantor, di sela-sela pekerjaan.

Dan tadi siang menjelang sore aku kesana lagi, kali ini bekal beda lagi yaitu onde-onde mungil yang aku beli ketika mampir di toko buku sebelum ke kelenteng sampokong. Coretan, jajan, dan mp3 lengkap bukan..., tapi sayangnya kali ini aku gagal menyepi. Bukan karena tempatnya ramai ( memang hari ini lebih rame dari hari biasanya pas aku kesana) namun otakku masih jalan-jalan ke banyak tempat, entah rumah siapa saja yang di datanginya sampai-sampai membuat kepalaku nyut-nyutan. Aku tak mampu menerjemahkan pikiranku dalam bait kalimat, kata yang sudah terteta rapi, alur yang sudah tersusan semuanya berantakan terombang-ambing oleh angin yang datang.
Baru kali ini sampokong tak memberiku kenyamanan pikiran.

Sedari awal hanya ngemil sambil dengerin mp3, tak ada coretan yang bisa aku buat. Tak sampai menunggu senja menyingsing kembali keperaduan, mendung yang membuat jingga enggan menunjukkan kecantikannya senja terbuai hangat peluk awan yang berwarna abu-abu. Rasa-rasanya ada orang yang mendekat dan berdiri di belakangku..., ini terjadi beberapa kali. Sedikit horror ya, hiiiiii.... malas aaah, kalau sudah begini pilih kabur dah, pulang adalah pilihan terakhir dan aku pun beranjak meninggalkan bangku merah namun ingat jangan pergi meninggalkan sampah, buang sampah pada tempatnya. Bukannya takut tapi rasanya belum siap dengan hal-hal seperti ini, ya aku tau jika sosok yang mendekatiku itu baik beliau menyapa sekedar berbincang denganku, hanya ingin menemani saja tak mengganggu, akan tetapi manggil-manggil seperti waktu itu sampai dibuat bingung hilang konsentrasiku. Makanya milih pulang saja lagian juga sudah sore, kebetulan tadi belum pamitan jika pulang kerja mampir 'menyepi' di kelenteng sampokong.

Sudah beberapa kali aku mengalami hal seperti ini, pada hal di awal-awal kesini ga ada firasat ataupun yang tampak aneh, cuma akhir-akhir ini saja aku di bayang-bayangi oleh sosok yang suka muncul di belakangku. Aku menangkap sosok seorang pria dewasa yang gagah dan tampan, kadang manggil-manggil tapi kemunculannya yang tiba-tiba sering membuat kaget. Pernah dalam perjalanan pulang aku bertanya dengan diriku sendiri siapa sosok yang sering mengagetkanku dari belakang ketika berada di kelenteng sampokong dan dalam pikiran seperti ada yang bilang jika ia sosok yang ada di dalam patung yang ada disana tapi entah beliaunya sendiri atau penjaganya juga kurang tau. Ada gambaran yang terlihat nyata di otakku. Andai bisa berkonunikasi mungkin akan aku tanyakan siapa ia sebenarnya, tapi seram ga yaa....

Orangnya terlihat baik, berwibawa, kulitnya putih dalam ukuran cowok, sering tersenyum tanpa berkata apa-apa, baik, dan melihatnya teduh adem rasanya tapi ya sedikit merinding juga mungkin karena belum terbiasa namun apakah benar ia sosok yang ada dalam patung yang ada disana... 



★Ell

05/08/15

Sendal Tali Pink

Bila mau tidur jangan lupa berdoa. Sebuah himbauan yang tentunya sejak kita masih kecil sudah diajarkan oleh orang tua dengan tujuan agar ketika tidur tidak bermimpi yang aneh-aneh.

Sepertinya aku tadi enggak berdoa sebelum tidur lagi setelah sholat subuh. Aku mimpi sedang pergi bareng-barang dengan teman kantor ga tau tujuan ke mana namun waktu itu aku satu mobil dengan Prima, Esti, bu Rena dan satu orang pria yang berperan sebagai sopir. Naik mobil bagus warna hitam dan di tengah perjalanan mobil kita berhenti, naluri sebagai seorang cewek yang suka selfi kami pun turun dan dan berfoto-foto hingga mobil yang kita tumpangi meninggalkan tanpa menunggu kami berlari mengejar namun yang mampu kembali ke mobil hanya bu Rena sedangkan yang lain kempis-kempis kecapek-an hingga akhirnya menyerah, menunggu mobil rombongan yang lain lewat tapi ga sabar nunggu hingga kita memutuskan untuk naik becak. Tidak ada kehawatiran malah kami menikmati perjalanan diatas becak yang kita naiki bertiga.

Melewati jalan perkampungan yang sempit kami masih sempat berfoto-foto. Prima yang ingin berfoto bersama namun ga mau mengambil hp nya sepertinya memang ga ingin menggunakan hpnya dan memintaku untuk meminjamkan hpku padahal hp kita sama namun tetap saja dia ga mau menggunakan hpnya, begitu juga aku yang ga ingin hpku digunakan orang lain hingga memberi usul untuk menggunakan hpnya Esti. Tapi tetap saja berujung hp ku yang aku kasih ke Prima dan mulai berfoto bersama. Baru satu jepretan mata kita sudah di suguhkan oleh pemandangan di samping kanan dimana anak-anak lagi bermain. Begitu bahagia, lalu aku ingin mengambil foto anak-anak yang lagi bermain di jalan dan beberap anak yang ada di teras rumah. Namun hp ku kan di bawa Prima sedangkan di minta tidak boleh dia yang akan mengambil gambar anak-anak itu namun rasa tidak puas dengan hasil fotonya selam ini lah yang akhirnya dengan tanpa ijin mengambil hp prima yang ada di tas ransel. Ga sulit nyarinya karena tas itu tepat berada disampingku aku mengambil hp namun ketika tangan baru masuk ke tas tiba-tiba kantong luar pembungkus tas robek berantakan sepertinya sudah lama banget hingga jika tersenggol sedikit akan hancur. Mungkin ini alasan ga mau menggunakan hpnya, takut plastik luarnya hancur.

Hp pink. Sedikit heran juga antara ingin mengembalikan tapi ingin memotret momen indah yang jarang di jumpai. Tanpa sepengetahuan Prima aku mengambil foto pemandangan di sekitar beserta tingkah polah anak-anak kecil yang menggemaskan. Prima masih asik mengambil gambar dengan arahan Esti. Aku hanya mengambil beberapa gambar lalu menaruh hp pink itu kembali ke tas.
Esti : "Anak-anaknya ngegemesin"
Prima : "Iya lucu-lucu"
Esti : "Itu yang sebelah sana cepet foto in, aku suka dengan anak kecil"
.........
Pembicaraan mereka seperti dialog yang tak bisa berhenti sambil sibuk foto sana sini. Setelah mengambil beberap foto aku pun menaruh kembali hp pink itu ke tas tapi melihat plastik pembungkus yang sudah lapuk kini berantakan hingga isi di dalamnya terlihat semua aku pun menegur dan memberitahu ke pemilik tas namun bukan terkejut atau mengumpulkan isinya malah cuek saja membiarkan semuanya berantakan. Esti yang melihat pun ikut berkomentar sambil memunguti melihat temannya itu disanalah jiwa Prima tergerak dan ikut mengambil barang-barang yang berantakan di luar untuk di pindahkan ke saku yang lain.

Pak berhenti tiba-tiba menyuruh tukang becaknya berhenti dan kami bertiga turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot. Di angkot aku duduk tepat di depan pintu menyuruh pria yang tadinya di depan pintu untuk masuk. Bergelantungan seperti seperti kernet angkutan umum. Kadang berdiri berpegang pinggiran atap bagian dalam angkot lalu duduk di bawah, disana aku merasa senang. Sementara yang lain ada di dalam masih bisa bercanda dan melanjutkaa salfi dan aku sudah ga peduli dengan yang mereka lakukan. Hingga di tengah perjalanan aku melihat tepian pantai, dari kejauhan melihat birunya air laut dengan karang terjal juga suara ombak yang menjanjikan kedamaian.

Akhirnya kami ketemu dengan mobil rombongan yang kami tumpangi lagi berhenti untuk menunggu rombongan yang lain. Kami pun kembali ikut mobil rombongan karena sedikit seram juga melihat jalan yang harus di lewati. Seperti di puncak rolkoster dimana turunan curam sudah menanti di depan mata, iya kalau rem angkot bagus kalau remnya blong usai cerita. Pantai bukan tujuan perjalanan hanya kebetulan lewat. Mobil kembali melayu di jalan turunan yang sangat curam, kita menanti di pinggir pantai. Dan ketika sudah sampai di pantai si sopir turun menuju warung yang ada di pinggir pantai untuk mencari kopi sementara yang lain masih tetap di mobil sambil makan perbekalan yang dibawa.

Tiba-tiba aku membuka pintu dan meeghambur ke luar, menuju tepian pantai di sela-sela lapak para pedagang. Mencari-cari sesuatu hingga mata terpana dengan birunya air laut dan lamunan pun pudar dengan sapaan penjual yang menawarkan dagangannya "cari apa mbak..." melihat sekeliling lapak penjual namun ga ketemu yang aku cari "enggak bu, ini mau buang sampat. Tempat sampahnya dimana ya?!." jawabku menanggapi tawaran dari si ibu penjual. "Itu disebelah sana" jawab si ibu penjual sambil menunjuk ke arah pinggir tanah lapang. Melihat yang di maksud si ibu aku pun berlari untuk membuaag sampah yang dari tadi aku pegang. Dari sana aku melihat tempat sampah di dekat mobil kami yang kami tumpangi. Gila disana yang lebih dekat ada kenapa ga melihat rutukku kepada diri sendiri.

Aku melihat teman-teman yang lain pada turun dari mobil berjalan menuju ke warung. Memandangi kemana mereka pergi yang arahnya ke warung-warung sekitar sana, aku tak mengikuti mereka dan tiba-tiba tersadar jika tadi aku turun dari mobil dengan telanjang kaki tidak memakai alas kaki. Entah dari awal aku ga mengenakan alas kaki atau memang tertinggal ketika turun dari mobil untuk buang sampah. Banyak juga penjual sofenir dan langkahku menuju ke salah satu toko penjual asesoris.
"Mba sendal ada ga" tanyaku kepada penjual yang ada di depanku.
"Sebelah sana silahkan pilih, murah saja. Banyak model yang bisa dipilih silahkan mba yang mana..." kata penjual
Aku melihat beberapa cewek yang sedang memilih-milih barang, "model seperti apa yang dicarinya dari tadi milih ga selesai-selesai" rutukku dalam hati melihat tingkah cewek yang ada di depanku. Melihat mereka sedang memilih sendal membuatku pusing.

Mataku tertuju pada sandal warna abu-abu yang agak mengkilat dengan hak yang lumayan tinggi. Aku ga suka modelnya tapi aku ingin beli yang ini.
"Mba yang ini berapa" tanyaku
"Dua puluh lima mba" jawab penjualnya
"Mahal bener. Ini awet ga..."
"Barang disini kualitas bagus, saya jamin"
"Lima belas saja ya"
"Wah belum dapet mba"
"Pasnya berapa..." tanyaku sambil meneliti sendal yang aku incar itu
"Dua puluh. Itu juga sudah murah mba"
Belum juga membayar aku melihat ada garis di sendal sebelah kiri di bagian kiri pas di sambungan talinya.
"Ada yang lain ga, ini sudah seperti ini. Tar kalau putus gimana"
"Dijamin, nanti kalau putus saya ganti" penjual itu meyakinkanku
Dan aku pun membayar dan memakainya. Baru juga telapak kaki, masuk tali sudah putus. Sesuai perjanjian aku minta di ganti tapi sudah ga ada stok yang aku suka. Lalu si embak penjual itu menawarkaa sendal tali-tali tanpa hak dan lebih ringan tapi bagus.

Aku pun mengikutinya mengaabil sandal yang di maksud. Bagus dengan tali serempang, ringan tapi ada yang ga aku suka yaitu warnanya pink. Namun berhubung tidak ada lagi sendal yang aku suka maka terpaksa menerima. Tapi ada satu masalah lagi aku ga bisa cara memakainya.
"Mbak ini cara pakainya gimana....???"
Si mbaknya mengajari terlebih dulu menjembreng sendal yang talinya elastis dan memasukkan kakiku dan mengaitkkan tali yang terjuntai di belakang ke arah depan hingga membentuk selempang.
"Cara mengaitkanny gimana mba?" Tanyaku lagi
"Tinggal dimasukkan saja mba"
"Kaya gini"
"Begitu boleh kaya gini juga bisa. Ya suka-suka saja mba yang buat nyaman gimana". Mba nya menjelaskan panjang lebar sambil mengajari cara mengaitkan.

Melihat teman-teman yang menuju ke satu warung yang cukup besar dan ada yang berteriak jika disuruh kumpul aku pun pergi dengan tergesa-gesa sambil membawa sendal yang kaitannya terlepas hingga menuju kesana dengan telanjang kaki dan sendal aku tenteng di tangan kiri. Di bangku bawah pohon depan warung aku mencoba memakai sendal yang belum berhasil cara mengaitkannya tapi kali ini aku berhasil mendapatkan cara agar kaitannya tidak mudah terlepas lagi. Lalu aku pun berjalan menuju rombongan yang lain tapi baru dua langkah kaki ku terhenti ketika melihat seseorang yang sudah lama tak berjumpa. Melihatku ia berjalan mendekat ke arahku sementara aku hanya terdiam terpaku. "Benarkah yang aku lihat" masih ga percaya dengan yang aku lihat.
"Ada apa kamu berdiri disitu..." seseorang pria dengan wajah ceria penuh semangat, tubuh tegap potongan rambut cepak namun sekarang agak putihan dan sedikit gendut.
Dan seketika itu tangisku pun pecah, aku merindukanya, aku pun berlari menghambur untuk memeluknya. Tangisku semakin kencang sudah tak peduli dengan orang-orang di sekitar sana. Pria itu memelukku sambil tertawa kecil. Dalam dekapan hangat beliau menenangkanku dalam tangis. Aku pun terbangun dengan tangis dan air mata membasahi pipiku. Masih terisak melihat kamar sudah terang dengan matahari yang masuk menerobos kaca jendela.

Seketika kenangan lama memenuhi pikiranku. Bagaimana begitu perhatiannya beliau kepadaku, yang selalu memperhatikanku, mendukung keputusanku dan juga mengajarkanku untuk berani. Masih ingat bagaimana kami berdua menelusuri ruangan gelap dan menerka-nerka setiap ruangan yang belum sepenuhnya jadi. Almarhum pak Nardi, semoga senyumnya sebagai tanda bahwa beliau sudah tenang dan bahagia disisiNya. Ketika mengurai mimpi ini pun air mata masih berjatuhan. Bapak ku yang baik tenanglah di surga aku percaya engkau selalu menjaga dan melindungi anakmu yang nakal namun yang sangat kau sayang ini. Terima kasih karena engkau bukan hanya rekan kerja namun juga orang tuaku. (30/06)


Coretan yang lalu