29/04/14

Tersenyumlah dengan Hatimu

Intisari-Online.com – Berikut ini kisah seorang ibu dari tiga anak yang menceritakan pengalamannya menyelesaikan kuliah di Universitas di Jerman.



Dalam kelas terakhir yang saya ikuti, saya mendapatkan tugas dari Dosen. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tersebut, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, lalu pergi ke sebuah restoran cepat saji yang berada di sekitar kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu. Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu mengalami masalah mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter.


Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu).

Tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan. Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah. Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya.

Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.” Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak.

Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-anakku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena ‘bisikanNya’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikkan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya. (BMSPS)

sumber : intisari

25/04/14

Undian Berhadiah Menyesatkan

Beberapa waktu lalu ketika asik corat coret ada sms masuk secara berturut-turut, kirain pemberitahuan kuota eeh ternyata undian berhadiah yang enggak jelas juntrungannya. Aku lihat tanggal pengirimannya berbeda, mungkin karena sudah lama enggak buka lepi jadi sms-nya masuknya bebarengan kali ya. Mana ada operator pake nomor berderet panjang gitu kalaupun benar ya pake layanan nomor 3 atau 4 digit kah. Belum aku telusuri seh nomor daerah mana karna gak penting juga kan. 

INFO 3CARE !
YTH,Kpd Pelanggan TRI.Saya VITA ARYANI,Staf Call Center TRI PLAZA SEMANGGI Jakarta.Kami Sdh Hubungi Anda Waktu Pengundian TRI di MNCtv,tapi Tdk Tersambung Jadi Kami krmkan SMS Pemberitahuan.Dgn Hal:SIM CARD TRI Anda Mendapat HADIAH keIII PROMO pakeTRI,PIN 99DF8,Rejeki ISI ULANG.INFO:www.gebyarundian-3care.jimdo.com

Assalamu alaikum,saya FAISAL dr Costumer Servis TRI PLAZA SEMANGGI lt1 JL,jend sudirman jkt pst sdh m-hubungi anda waktu p-undian tpi tdk trsambung jd kmi krim SMS sebelum jatuh tempo,Nmr anda menang undian dr BIMA TRI 2014 Hadiah ke4 SUZUKI ERTIGA PIN ANDA;f7t899b3.info;www.pemenangtri.jimdo.com

Harus dan Wajib Sehat Terus

Gilaaaa...., badan ngambek sampai segininya. Biasanya dari bangun tidur sampai mau tidur tak berhenti ngunyah entah itu makan atau pun jajan-jajan, kadang enggak ada pun sampai di bela-belain ke minimarket hanya untuk membeli jajan tapi sekarang jangankan untuk ngemil buat makan saja enggak ada selera. Herannya juga kenapa cacing-cacing dalam perut tidak protes, mereka tenang tanpa suara seakan tidur panjang menanti musim berganti.

Sudah 5 hari dengan hari ini tak ada minat dengan yang namanya makanan dalam bentuk apa pun. Senin seharian hanya kemasukan segelas teh hangat di pagi hari dan segelas milo ketika menjelang malam pas di kantor. Selasa seharian hanya makan pia dan jenang sebiji oleh-oleh mbak Tami dari Yogja dan segelas hangat milo sudah sampai hari berikutnya. Rabu pagi nyomot secuil ubi cuma buat pengganjal perut untuk minum obat ooh ya sore makan gorengan 1 biji sebenarnya sudah tidak mau nyentuh gorengan tapi mbak Wid nyodorin terus enggak enak buat nolak dan malam masih sisa 1 sayang kalau di buang aku campurin di mie cup yang aku buat walau sebenarnya sudah enggak ingin amakan namun tetap harus dipaksa. Eeeeh malah batuk tambah sering frekuensinya sampai tidur juga kadang terjaga gara-gara batuk. Haaaah sudah kaya nenek-nenek saja selalu mengoleskan minyak kayu putih agar tenggorokan sedikit longgar. Malam juga sudah di kerok ibu yaah mungkin saja masuk angin, memang merah semua seh.

Kemaren sore dipaksain maem sepotong roti buat minum obat tapi pas mas Yoko beli gudeg juga ikut nitip sebenarnya enggak laper tapi kalau kaya gini terus bisa habis ni badan dan kapan juga sembuhnya katanya kan enggak boleh memanjakan penyakit makanya harus dipaksa. Gudeg nasi separo itu pun tak semuanya kemakan namanya juga dipaksakan makan yang penting ada yang masuk namun yang paling menyebalkan malah batuk semakin menjadi mungkin karena ada santan kali ya. Aku coba meredakannya dengan air hangat yang dikasih garam sedikit belum sempat aku minum sudah keburu muntah hikh hikh hikh..... Semuanya keluar untung saja enggak maem pedas kalau enggak hidungku pasti sakit, ga enak banget biasanya sakit enggak sampai mutah, ini sampai habis-habisan. Ketika pulang di jalan juga sudah merasakan mual yang sangat, mencoba menahannya dan benar saja sampai di rumah baru juga memasukkan motor dari perut ada yang mendesak ingin keluar dan mutah lagi. Bisa tidur gara-gara minum obat batuk yang memang bikin ngantuk padahal di kantor juga sudah minum obat tapi tetap saja membandel ya ni batuk

Seringnya sakit malah selera makan bertambah ini sama sekali tak ada niat untuk melirik apa pun, boro-boro melirik, keinginan untuk makan sesuatu saja enggak ada sama sekali. Sepertinya segelas teh hangat sudah cukup untuk perutku. Untung saja perut enggak komplain semuanya tenang dan aman terkendali. Hari ini sudah bisa maem nasi dikit itu pun siang dengan pemaksaan. Biasanya kalau sakit mulut terasa pahit badan lemas ini enggak merasakan pahit dan badan biasa saja cuma memang lagi terjangkiti penyakit malas saja dan memang enggak merasakan lapar sama sekali.

Senin harus, wajib dan mesti sembuh aku ingin ikut donor darah dan semoga saja bisa aaah. Pokoknya harus dan wajib sembuh bagaimana pun caranya. Biar enggak ada lagi yang bilang sakit-sakitan terus. Masa sakit-sakitan harus sudah berlalu dan sekarang sehat teruuuuuus. Aamiin

24/04/14

Tangan Siapa...


Setiap menjelang tidur kedua tangan ini selalu mendekap erat guling dan menghadap tembok tapi beberapa minggu ini satu tangaku terulur ke samping sedikit membuka aku merasa seakan-akan ada seseorang yang memegang jamari ini. Begitu hangat dan menenangkan, hati menjadi teduh segala macam pikiran yang seharian menggelayut bagai benang kusut secara tiba-tiba lenyap.

Tuhan apakah tanganMu yang setiap malam menggenggam tangankku dikala ku menjelang tidur. Aku merasakannya....
Tangan yang kokoh dan kuat, yang memberikan keteduhan. Dalam hati aku mendengar seakan ada yang berbisik "Tenanglah, aku akan menjagamu" aku melihat pergelangan tangan itu seakan begitu nyata tapi tubuh itu begitu samar bagai siluet tipis tak terlihat, terasa nyaman. Di sepanjang tidur malamku, begitu tenang bagai ada seseorang yang menjagaku dan selalu memegang tanganku, tangan yang lembut, hangat dan menenangkan.

Setiap malam menjagaku, selalu menggenggam tangan ini. Ya aku merasakan tangan kiriku selalu ada dalam genggaman seseorang, tapi siapah dia apakah itu tangan Tuhan yang selalu menjagaku atau tangan malaikat pelindungku....

Aku merasakan, dia hadir menghabiskan malam duduk bersila di samping tempat tidurku, menggenggap tangan kiriku dengan sabar dan penuh kasih sayang. Ketika mata terpejam segera terlelap dalam tidur nyenyak yang selama ini sulit aku dapatkan. Aku mengalami ketenangan dalam genggaman tangan yang hangat. Sangat menenangkan dan membuaiku dalam tidur malamku.

Bagai memberi kekuatan yang mengalir ke seluruh tubuhku hingga aku bisa melihat mimpi, satu hal yang sangat jarang aku temui dalam tidurku namun mimpi-mimpi itu tiap malam selalu datang seakan membawaku dalam alur cerita yang tak bisa aku ingat semuanya dikala pagi datang. Bagai sebuah cerita, mimpi itu berlanjut dengan alur dan pemeran yang sama. terlihat aneh, mimpi itu bersambung di hari-hari selanjutnya.

tak banyak yang bisa aku ingat, hanya penggalan-penggalan kecil gambar yang bisa tertangkap memory otakku. Apakah mimpi ini bunga tidur seperti banyak orang katakan atau sebuah firasat....?! Aku tak berani beraspekulasi dalam hal ini. Hanya berharap semoga semuanya berakhir dengan happu ending, kebahagiaan untuk semuanya.

Aku akan menyimpan mimpi ini untuk diriku sendiri, walaupun ada banyak orang yang terlibat menjadi pemain. Aku tak lucid dream karena aku sudah lama tak melakukannya dan saat-saat ini selalu gagal. Ini nyata dan aku benar-benar merasakannya.

Hati Tak Bisa Bohong


Ternyata benar juga ya bila dikatakan hati tak bisa bohong, ketika bahagia hati akan memberikan sinyal-sinyal keseluruh tubuh untuk bersuka cita mengisi energi kebahagiaan full bahkan bisa menularkannya kepada orang-orang di sekelilingnya. Bagaimanapun menahan untuk bersuka cita tak akan mempan, mungkin hanya berkurang sedikit namun itu tak lama sifatnya sesaat karena kebahagiaan itu akan kembali, seakan menyelimuti diri dan menjadi tameng bagi si pemilik raga.

Begitu juga sebaliknya, jika hati lagi sedih atau sakit bagaimana pun kemeriahan pesta tak akan mampu mengubahnya, ibaratnya ketika berada di tengah-tengah kemeriahan dengan orang-orang yang sedang tertawa bahagia pun tak bisa mengubah hati yang lara untuk ikut hanyut dalam kemeriahan, terasing diantara keramaian.

Ketika hati merasakan sepi nonton film kartun yang lucu sekalipun rasanya biasa saja tak ada tawa yang tercipta, kalau pun ada hanya sebuah tawa hambar, tawa yang dipaksakan hingga terasa aneh dan menakutkan. Bahkan ada juga yang melihat film kartun bukannya tertawa malah mewek sejadi-jadinya, ini karena mata fokus ke layar televisi tapi pikiran menjelajah entah kemana mengikuti hati yang lagi mendayu-dayu merasakan kesedihan.

Bila bahagia jangan terlalu senang dan bila bersedih jangan terlalu sedih. 

Belajar mengontrol diri agar apa yang kita rasakan tidak over, karena itu semua akan mempengaruhi emosi yang juga bisa berpengaruh dengan kestabilan pikiran.

Jika hati lagi bermasalah tugas otak untuk bisa meredam dan memperingatkan begitu juga sebaliknya, jika pikiran lagi kalut hingga emosi merajai diri saatnya hati untuk menyiramkan kelembutan kasihnya agar tidak semakin meledak-ledak sehingga emosi. kegetiran pikiran dan semacamnya perlahan mereda dan bisa kembali normal.

Hati dan pikiran adalah satu kesatuan bagai tangan dan mata, ketika mata melihat yang tidak sepantasnya tugas tangan mengingatkan dengan menutupi agar mata tak melihatnya, bila ada masalah dengan mata tangan membantu membersihkan ataupun mengobati. Begitu juga jika tangan terluka atau kotor mata akan memberi sinyal agar bisa segera dibersihkan dan mengobati ketika luka.

hati tak bisa berbohong, karena hati mengerti apa yang dimau si pemiliknya. Hati adalah sumber dari detak yang menjadi poros kehidupan. "Ikuti kata hati karena hati tak mungkin salah" hati melihat menggunakan naluri, insting yang kuat bagai radar pengintai yang menggunakan satelit sebagai penangkap sinyalnya. Ikuti kata hati maka kamu akan tau kemana arah  yang sebenarnya di tuju. Bila pun arah yang di tunjuk salah kesalahan itu tak sefatal bila kamu mengabaikan apa yang hati katakan. Coba telaah dan fikirkan, kadang kita diperintahkan oleh hati untuk ini...itu...secara kalau dipikir hal-hal yang diperintahkan itu tak ada guna atau tak kita butuhkan pada saat itu namun di lain hari barulah kita mendapat jawaban tentang maksud dari kata hati yang sesungguhnya dan itu tentu saja sudah terlambat yang tak jarang menyisakan penyesalan. "Aaah memang penyesalan selalu datang belakangan, coba sekali-kali bertukar posisi dengan pendaftaran kali yaaah..."

Hati adalah raja, sumber kekuatan dari raga. Semua yang didasari dari hati selain menjadi berkah tentunya juga menghasilkan karya yang indah.

Hatimu & hatiku satu dari hati untuk kita si pemilik hati

Belajar Menikmati Luka

Tuhan peluk aku saat ini, jangan biarkan diri ini sendiri, aku takut..... Tolong matikan rasa ini bila memang ini jalan yang sudah engkau buat untukku. Peganglah hatiku hanya untukMu, mencoba lalui jalan yang penuh kerikil tajam hingga tak ada sedikit celah pun untukku menginjakkan kaki. Bagaimana pun aku menghindar tak ayal kaki ini terluka terkena sayatannya.

Aku sendiri, hanya sendiri menyusuri jalan terjal berliku dan hanya berhias cahaya temaram, tak tau arah dan tak punya tujuan pasti, hanya mengandalkan kaki kemana akan melangkah. Terus berjalan walau kesakitan.

Damai dalam kesunyian, menikmati setiap goresan luka yang menyayat. Sendiri berdiri dalam kesunyian berjalan lurus ke depan tanpa menoleh karena aku tau tak ada seorangpun disana. Mungkin saja aku yang tak melihat namun aku juga tak yakin mereka sudi menengik dan melihat luka ini.

Mungkin hanya perlu berteman sepi dan menikmati setiap luka yang menganga, namun hingga dimana jalan terjal ini berakhir jika ujung jalan saja tak terlihat olehku. Kesakitan ini yang akan membentukku menjadi kanibal... Aku tak mau itu terjadi

Sindrom Lagu Jadul

Seminggu ini mendapat giliran masuk sore sudah pastinya donk pulang malam, batuk semakin menjadi setelah terkena hujan tempo hari sampai perut pegal rasanya. Namun bukan itu yang ingin aku ceritakan kalau flu memang lagi musimnya biasa musimcpancaroba (peralihan) tapi kejadian malam yang sedikit unik, di kantor minggu ini lagi demam lagu tahun 80an. Tiap malam lagu jadul selalu mendayu-dayu memenuhi ruangan kalau enggak di sabotase sama musik dugem koleksi pak Bowo ya. "Serasa kembali ke masa muda si mbah" kalau kata Parno jedi keinget yang enggak-enggak, nah sudah tau gitu masih saja download lagu jadul. Berhubung lagi mati rasa tak ngefek buatku secara kalau enggak bisa mengharu biru   keinget jaman perjuangan, mengingat koleksi lagu jadulku sepertinya lumayan banyak juga sampai ada beberapa lagu yang belum pernah aku dengar sebelumnya pun ada saking lamanya dan tenar sebelum aku lahir kali,  hahahhaa....

Gara-gara Parno sekarang tiap malam disuguhi lagu jadul yang mendapat list dari Pak Jhon dan kini mas Yoko, mas Dani sampai Arum pun ikut-ikutan ketularan selalu bersenandung lagu jadul, tapi mending ini deh daripada lagu dugem yang seakan mengubah kantor menjadi tempat karaoke bahkan tak jarang mereka sambil joget-joget ala anak clabing gitu tapi di ruangan seh. Sepertinya mereka malam ini berencana keluar dugem deh. Semalam ada keisengan Boy pas pak Bowo tidur yang ditemani musik dugem yang keras, oleh Boy di ganti sama musik dangdut awalnya agak bingung juga kenapa selera pak Bowo tiba-tiba berubah yang biasanya kalau enggak musik melow milik Ari Lasso or shaggy dog-sayidan ya musik dugem ini tiba-tiba mengalun musik dangdut weeeeh... weeeeh...... Ternyata ada biang dibalik ini semua.

Tapi yang paling menyebalkan dari ini semua adalah asap rokok. Ruangang seakan menjadi berkabut sampai mata pedih padahal tak lebih dari 5 orang yang ada di ruangan dan tak semuanya ngerokok tapi asapnya kaya kebakaran satu ruangan bila di lihat-lihat kelihatan samar-samar asap putih dan lucunya Pak Kawit yang aku minta tolong untuk menyalakan AC pikirku biar nyala dua-duanya eeeh malah yang di nyalain yang sisi kiri dan sisi kanan yang tadinya hidup di matiin, ini namanya cuma mindah saja kali pak, hadooooh. Pak Kawit tau kalau yang di nyalakan AC sebelah kiri aku bakal kedinginan tapi memang pak Kawit super ngirit dan tertip jam 5 teng ketika marketing mulai bubaran saja langsing lampu-lampu di matiin dan televisi juga tak luput dari pengiritan kalau di nyalakan lagi untuk melihat channel lain pak Kawit tau masih nyala langsung saja di matiin tanpa melihat sekeliling ada yang melototi tu kotak ajaib apa enggak, sepertinya masih kebawa gemblengan waktu di militer dulu.


21/04/14

Kau Masih Sama


Membaca cerita masa kecil yang di post di facebook tentang hujan, ternyata tak hanya aku yang menyukai rintik-rintik hujan yang hadir menyapa bumi ku ini. Namun bukan tentang keceriaan bersama teman-teman saat menggocek bola dikala hujan seperti yang kau ceritakan tapi aku merasakan ada sesuatu kesedihan disana. Tak ada sedikitpun terlihat guratan senyum dikala coretan itu kau buat, aku merasakannya ya benar-benar merasakannya. kalau tak salah tebak ada secuil kerinduan tentang satu masa yang ingin kau ulang, nuansa indah yang terpahat rapi tapi bukan suasana hujan-hujanan lho ya entah cerita tentang apa aku tak tau mungkin tentang restu bumi ketika kau dengan pacarmu kali, coba kau kasih tau aku bila memang benar tapi jangan coba berkilah bila yang aku ucapkan benar.

Wajah yang sendu yang menyimpan banyak kegetiran tentang kisah hidup yang sangat rumit, sebuah pemberontakan yang tak mengerti apa dan mengapa semua terjadi. Cermin....., cermin diriku yang masih sama. Kita diam tak bertegur sapa kembali seperti orang asing yang tak mengenal satu dan yang lainnya.

Aku ingat engkau dengan logikamu yang menggemblengku agar tak rapuh dan aku juga menularkan kerapuhan itu untuk melelehkan sedikit kekerasan pikiranmu kita seperti satu karakter yang melihat dari 2 sudut pandang berbeda. Aku kira virusku telah masuk menyatu dengan darahmu ternyata perkiraanku salah kita kembali ke sifat masing-masing, kembali seperti semula.

Apakah sebenarnya yang kau cari, mengapa hingga sekarang aku tak dapat menemukan kilauan mata yang berbinar. Janganlah kau matikan hatimu, berjuanglah untuk dirimu sendiri semua yang kau lakukan tak akan sia-sia. Teruslah menulis karna aku menyukai tulisanmu, tulisanmu indah dengan pilihan kata yang berderet menjadikan cerita itu menjadi hidup dan berkarakter.

Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri apakah kau masih menggenggam tangan ini atau kah kau sudah melepasnya.... Janji kita untuk terus ada dan selalu bergandengan agar kita tak merasa sendiri hingga tangan ini benar-benra menemukan sosok yang bisa menggantikan untuk merengkuh dan menjaga raga. Apakah kau ingat..... dan satu hal yang belum bisa kita realisasikan hingga detik ini merayakan ultah bersama di pantai.

Che walaupun kini kita tak saling menyapa namun aku sangat berterima kasih karena perkenalan itu hadir dikala kita dalam keadaan down, saling menguatkan, menghibur dan ternyata kita memiliki banyak kesamaan. Sempat juga terbesit pikiran apakah kita sama hanya berbeda generasi, kau masih sama anak kecil yang sedang mencari jati diri yang tak mau dibilang galau. Kena kau, yongsa si empunya galau.

19/04/14

Pondok Mertua Indah


Ketika lagi asik browsing mencari gratisan e-book dan juga menyempatkan melihat daftar buku baru yang sudah ada di pasaran walau ujung-ujungnya ngiler dan hanya bisa menghitung jari karena tidak ada anggaran untuk berburu barang yang satu ini mesti mecah celengan semar sekalipun, tanpa sengaja aku menemukan buku yang satu ini "Pondok Mertua Indah". Membaca judulnya sedikit menggelitik dan sambil senyum-senyum sendiri teringat beberapa perkataan dan pembicaraan yang mungkin saja bisa disebut juga sebuah curhatan dari ibu-ibu muda yang tinggal di pondok mertua indah atau tinggal dekat dengan mertua.

Kebanyakan menantu perempuan sering tak cocok atau berselisih paham dengan sang mertua, ini karena mertua yang suka ngeritik dan mengatur segala sesuatu di rumah sedangkan si menantu dianggapnya hanya anggota baru yang belum paham benar sifat dan kebiasaan yang ada di rumah itu. Namun mungkin saja sang menantu belum mengerti benar kebiasaan dan aturan yang ada di rumah tersebut sehingga ada beberapa hal yang dilakukan oleh sang menantu yang tidak sesuai atau tidak kebenaran sehingga menjadi sebuah teguran atau kritikan dari sang mertua yang ditanggapi lain oleh sang menantu.

Namun ada juga mertua yang sudah berusaha baik dengan menantunya namun sang menantu yang seenaknya sendiri sehingga membuat mertunaya marah. Tak jarang ada juga yang bisa sampai kompak dengan mertua itu juga ada. Kalau baca sinopsis dari buku ini sepertinya bagus dan berhubung aku belum baca jadi belum tau ceritanya bagaimana. Ada yang punya inisiatif beliin aku gak ya, dengan senang hati menerima eeeh gak jadi wes nanti malah ada udang di balik tahu gimbal repot dah. Katanya di dalam buku ini segala macam persoalan antara mertua dan menantu tersaji semua beserta solusinya karena penulisnya juga tidak asal nulis sudah memalui riset.

Jadi buat teman yang jauh di kota metropolitan sana sebaiknya baca ini dulu ya biar bisa akur dengan mertua. Anggap saja mertuamu juga seperti orang tuamu sendiri dan coba pelajari segala kebiasaan juga aturan yang ada di rumah itu, jangan cepat tersinggung bila mendapat teguran ini kan juga demi kebaikanmu juga. Kalau cerewet bukannya kamu juga cerewet ajak saja ngerumpi pasti cocok klop. Oke teman, aku tau kadang kamu juga mampir ke blogku jadi jangan sampai kelewatan baca post ku yang satu ini ya mbok dhe lalu buruan ke gramed beli bukunya dan berikan padaku nanti aku ceritain deh asal bukunya buat aku. Hahahaha....

Bunga Keabadian


Selain bunga krisan putih ini dia bunga yang bisa meluluhkan hatiku, bunga edelweis nah dari kedua bunga inilah blog ini terbuat dan menjadi curahan diary ku. Ada banyak cerita tentang krisan putih maupun edelweis.
Bunga edelweis ini sudah menemaniku sejak masih di Yogja dan menggantikan edelweis yang dibuat mainan putra ketika aku tinggal pindah ke Surabaya dulu. Namun kini tinggal kenangan :( 

Karena sudah lama terkungkung di dalam plastik, memang sengaja aku tutup plastik agar tidak mudah rontok hanya sekali-kali aku buka dan aku semprot dengan air tapi tidak sampai basah banget ya seperti waktu itu setelah aku semprot aku angin-anginkan beberapa hari di jendela kamar, namun karena angin yang berhembus kencang, yaah maklum masih musim hujan jadi angin yang berhembus lumayan kencang dan hasilnya bungaku beserta pot-potnya beberapa kali terjatuh dari jendela.

Ketika aku tau kalau bungaku ini hilang jatuh dari jendela aku masih bisa mengambilnya, tapi suatu ketika bunga ini jatuh lagi dan aku tidak tau nah pas aku mau pergi di halaman rumah aku melihat edelweisku tergeletak tidak rapi lagi, cemang-cemong dan bunganya sudah pada lepas-lepas semua dan parahnya lagi edelweis ini ada di genangan sisa hujan yang turun. Tidak punya edelweis lagi, hikh hikh hikh...

Tulang Rusuk Pria

MENGAPA HAWA TERCIPTA SAAT ADAM TERTIDUR ?

Hawa diciptakan oleh Allah untuk mendampingi Adam dan menjadi teman hidupnya menghilangkan rasa kesunyian dan melengkapi keperluan fitrahnya justeru mengembangkan keturunan.
Telah diceritakan oleh para Ulama, Hawa telah diciptakan ketika Adam sedang tidur. Mengapa Hawa tercipta ketika Nabi Adam sedang tidur ?

Lumrah sifat lelaki, jika disakiti mereka akan membenci. Namun, sebaliknya untuk wanita apabila mereka disakiti, maka bertambahlah sayang dan cintanya.
Seandainya Hawa diciptakan ketika Adam sedar dan dikeluarkan dari sulbinya,maka akan sakitlah Adam justeru membuatnya benci akan Hawa.

Allah s.w.t manjadikan Hawa dari tulang rusuk sebelah kiri yang bengkok yang tugasnya menjaga jantung dan hati nurani
(Qalbu). Adam sementara itu, diciptakan daripada tanah yang akan menjadikan mereka petani, tukang kayu, tukang besi dan tukang kayu.


Wanita selalu berinteraksi dengan perasaan dan hati (Qalbu).

Wanita akan menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang, menjadi saudari yang penyayang, putri yang manja dan isteri yang menurut perintah.

Bagi seorang suami atau lelaki, adalah wajib untuk tidak meluruskan tulang yang bengkok itu (perempuan).
Maksudnya, seperti yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w, "Jika seseorang lelaki secara serta merta meluruskan yang bengkok tersebut, ia akan mematahkannya". ­ Bengkok yang dimaksudkan adalah perasaan seorang perempuan.

Maka lelaki janganlah merendahkan perasaan seorang perempuan. Mereka memang tercipta seperti itu. Apabila mereka menyatakan mereka bersedih walaupun tidak menitiskan air mata, tapi hati mereka sebenarnya sedang menangis.

Apabila mereka tidak menghiraukan kamu ketika mereka sedang bersedih setelah disakiti, berikan mereka masa untuk
menenagkan diri sebelum pergi untuk meminta maaf.


Para wanita juga agaklah amat sulit untuk mencari titik benci daripada orang yang mereka amat sayangi. Wanita/ ­perempuan diciptakan untuk lelaki untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Jika ada manusia benar-benar bertolak belakang dengan lelaki jadi itulah wanita.

"Dibalik kesuksesan seseorang Lelaki, terdapat seorang wanita hebat dibelakangnya."


17/04/14

Selalu Ada Cerita Untuk Hujan


Hari yang sangat menyenangkan. Aku suka hujan dan hari ini adalah hari yang sangaaaat mengasyikkan buatku, karena apa....?! Karena aku bisa hujan-hujanan horee horee horeeee.....

Masuk pagi dan ketika mendekati jam pulang dari ruangan tempatku kerja terdengar hujan sangat lebat sepertinya begitu, benar saja memang hujan turun sangat deras hingga waktu pulang tiba pun hujan masih menguyur bumi dengan sangat lebatnya. Ini kesempatanku bermandikan hujan kegiatan yang sangat menyenangkan apa lagi hari masih siang, mantaap dah. Tanpa menunggu hujan sedikit reda bergegas pulang ini memang aku sengaja agar bisa hujan-hujanan walaupun mesti menggunakan mantel tapi sedikit banyak aku masih bisa menikmatinya juga kok, malu juga kali kalau hujan-hujanan secara langsung, iya kalau hujannya merata kalau yang hujan hanya sekitaran tempat kerjaku saja gimana..., bisa kaya tikus kecebur got lah kalau di liat orang.

Menerjang hujan bersama abu, yaa jalan lumayan rame juga karena bertepatan dengan bubaran anak sekolah. Sampai di jalan Sisingamangaraja disana jalan sepi hanya di samping kiri banyak mobil terparkir di depan rumah makan yang mungkin mereka lagi makan dan terjebak hujan sehingga memutuskan untuk menunggu hujan agak reda. Jalan-jalan banyak yang tergenang ketika melihat mobil yang ada di depanku nah dari sini ada ide gila muncul yang benar-benar ingin menikmati hujan, bukannya memelankan laju motor malah kecepatan sedikit aku tambah (ingat ya hanya sedikit lho) sehingga genangan air yang aku lewati menyebabkan airnya terciprat ke kanan kiri. Bayangin saja jika kecepatannya lumayan maka seberapa besar cipratan yang di timbulkan bisa membelah air kan. Awalnya seh sedikit kaget juga melihat cipratan air tapi otak tiba-tiba protes dan bilang "biarin saja, biar yang pakai mobil tau rasa dan mobilnya jadi kotor semua habisanya mereka kalau jalan juga seenaknya sendiri gak mikir kalau sudah buat basah yang lain". Hahahahha..., kalau pikiran sudah berontak ya jangan di tanya segala tindakan menjadi pembenaran.

Tanpa peduli tak mengurangi kecepatan bahkan kalau genangan air lebih sering kecepatan aku tambah, yang penting di samping kanan kiri tidak ada orang maupun motor bodo aman kalau kena mobil-mobil yang melintas, tak hanya menerjang banjir tapi juga menyalip mobil juga aku lakukan. Namanya juga gila-gilaan jadi ya jangan nanggung-nangung lah tapi sempat mau salip hilang kendali juga seh. Sampai di perempatan Cinde lampu lalu lintas pas hijau tapi kok di depan sepertinya macet, yaah sudah keburu lewat, lanjut saja lah pikirku "mungkin macet karena bubaran sekolah, anak-anak sekolah pada nyebrang" tapi perkiranku salah bernyata banjiiiiiiiir....... Kendaraan yang lewat sengaja memperlambat jalan mungkin agar tidak terkena lubang yang memang jalannya sudah rusak, banyak lubang disana sini (Mana ada di Semarang jalan yang mulus kecuali di pusat kota) Wooow sungguh hebat kota ku ini hujan belum juga genap satu jam sudah banjir udah gitu airnya bisa buat mancing yaah walaupun hasilnya hanya sampah seh dan baunya juga segar (anggap saja parfum baru). Hahahahhaa....

Abu memang TOP tanpa dikomando bisa melalui banjir walaupun banjirnya enggak panjang tapi lumayan juga bisa buat motor mogok dan itu sudah terbukti, bahkan beberapa angkot pun kagak berani menerjangnya milih mencari jalan memutar daripada harus menerobos banjir. Tak hanya sampai di situ ada juga beberapa genangan air di beberapa jalan. Melaju kendaraan dengan pelan sambil melihat kanan kiri dan melihat sungai yang mengalir di bawah jembatan dua hampir meluap, tinggal beberapa jengkal saja dari bibir jembatan mungkin karena sungainya sudah dangkal dan terisi sampah.

Tak hanya itu sampai di terowongan terlihat beberapa orang sedang memegang ember, ternyata air yang dari selokan dekat jalan tol masuk rumah hingga kasurnya pun basah kuyup tak terselamatkan. Untuk menghindari air masuk sampai pagar beton pembatas jalan tol yang terletak lebih tinggi di buat lubang biar air bisa masuk kembali ke selokan. Abu terus melaju hingga sampai di jembatan wooow airnya meluap, karena jembatannya berada sedikit tinggi diantara kedua jalan sehingga jalan terendam dan menggenang, aku kira airnya tidak dalam ternyata oh ternyata dalamnya lumayan juga untungnya abu lebih tangguh hingga perjalanan sampai di rumah takut juga tadi ketika melewati jembatan bagaimana coba kalau tiba-tiba abu mogok habisnya airnya benar-benar tinggi. Tapi sebelum masuk pekarangan rumah aku melihat jalan depan rumah sudah penuh dengan daun-daun yang jatuh, itu bukan hanya di depan rumahku saja ada kali sampai 8 rumahan yang jalannya juga tertutup daun-daun.

Seperti tujuan awal pulang lebih awal sampai rumah mau tidur, namun sepertinya ngantuk tiba-tiba pergi mungkin karena kaget dengan pemandangan yang aku lihat kali ya sehingga lebih memilih melarikan diri. Awalnya seh sudah di peringatkan ibu jika naik hati-hati tangganya basah kena air dari atas, pikirku cuma tangganya saja donk eeh ternyata kamarku juga bocor, airnya pinter milih menetes di atas televisi hahahaha..... Tapi enggak banyak seh hanya di bagian bawah yang airnya beleber, seenggaknya enggak separah kamar adik-adikku yang sampai kasurnya basah bahkan kamar adikku cowok sampai komputer dan teman-temannya tak luput terkena incaran air hanya berharap airnya tidak masuk sampai kedalam komputer. Namun patut berlega hati karena semua lepi aman cuma terciprat dikit. Semua lepi aman baik punyaku maupun punya adik-adikku, yeeees.

Air selalu bisa mencari celah untuk jalan menuju ke muara.

Empek-empek hasil titipan di kantor tadi tak bisa langsung aku nikmati. Sepertinya aku juga lupa kalau sudah beli empek-empek saking bingungnya bersihin kamar-kamar dan memindah-mindahkan barang-barang agar tidak basah, huuuuft.... Hujan ibu tidak ngecek ke atas, katanya hujan pake angin besar sehingga tidak berani ngecek ke atas. Semua kamar beres dan hujan pun berhenti sebelum mengerjakan tugas selanjutnya makan empek-empek dulu saja aah. Saat turun tangga untuk mengambil mangkuk haaachi...haaachi...., "ell...", suara ibu dari dapur. "Habis kena hujan yooooo..." tak kalah untuk membela diri dan itu menjadi tanda bila flu sudah datang padaku. Menikmati empek-empek yang kenikmatannya sudah hilang bersama hujan tapi lumayan lah buat memanjakan cacing dalam perut kini setelah itu saatnya bersihin jalan. Wiiiih kaya lomba saja beberapa orang berada di jalan sambil membawa sapu lidi dan engkrak. Heran darimana saja daun-daun ini karena tidak mungkin kalau pohon yang ada di depan rumah yang daunnya besar sedangkan yang aku sapu ini daunnya kecil bengong melihat pekarangan rumah tetangga satu persatu untuk mencocokkan pohon yang daunnya tersebar di jsepanjang jalan, tak ketemu mungkin dari popon kelengkeng milik tetangga sebelah kali ya tapi hebat juga tu pohon aku saja bisa dapat satu ember cat besar penuh kok belum tetangga yang lain dan pohonnya masih berdiri kokoh dengan daunnya yang sangat lebat.

Sungguh hari uyang luar biasa, aku suka hujan tapi kagak pake petir apa lagi angin yaaa. Hujan kalau datang sendirian aja donk jangan ajak-ajak yang lain temennya serem-serem bikin takut. ;)

16/04/14

Kangen Mencari Daerah Jajahan Baru

Kangen laut, kangen sawah, pengen susur goa, pengen ke candi dan pengen ngebut biar otak bisa muter lagi kagak seret gini, karatan kali ya sudah lama kagak digunakan buat berpikir kedepan. Kemaren browsing menemukan beberapa tempat yang muantap yang sepertinya masih sedikit orang yang tau jadi masih terlihat alamai itu yang aku suka agar bisa bebas tak perlu berbagi dengan siapa pun. Mau aku HM aaah..., hehehheee.....

Tujuan tempat yang bagus sudah ada tinggal buat daftar list saja yang ingin di kunjungi, hmmmm.... sepertinya bila di tulis dan kalau wajib di kunjungi semua tak cukup deh dengan waktu 2 hari terlalu banyak tempat yang masuk daftar. Teman pun sudah siap kapanpun tinggal nunggu aba-aba brangkat dariku doank, kalau patner bolang jangan di tanya siap gak siap harus dan wajib siap, awas saja kalau enggak mau bakalan aku pecat jadi teman nanti biar kagak ada yang ngetawain dan mengolok-olok kalau lagi galau, dan yang paling parah kagak punya teman yang super ngeyel sekaligus teman nyasar yang cerewet dan ngerepotin hahahahhaa.....
"kalau temennya seperti itu sepertinya enggak temenan juga ga ada masalah deh kalau bisanya nyusahin doank, wkakakaka....." yang ngerasa dilarang ketawa. Ketawa hukumannya nyebrangi Pantai Timang hahahhaa.....(rasakan) *keluar dua tanduk di kepala

Tapi sepertinya mesti sabar dan sabar deh pokoknya sabar sampai ususnya panjang, nunggu waktu yang tepat eeh bukan deng nunggu dananya cair habisnya celengan spidermanku dari jaman Ken Arok sampai jaman ABG alay belum penuh-penuh nih, bagaimana donk jadi mesti sabar yaaaa... Koinnya malah terkadang di pinjam buat kerokan. Untuk bolang kali ini butuh receh sekarung deh sepertinya karna sudah tidak ada tempat ngedrop buat tidur dan sepertinya butuh sewa motor kagak enak kalau bolang tidak geber sendiri bikin tangan gatal dan gemas kalau ada yang nyalip kagak mungkin bawa abu dari sini bisa dipecat jadi anak sama bapak nanti. Pasti pada mikir ya jangan bilang kalau bawa motor, iya kan kan kaaaaan...., pada dosa kalian kalau ngejari boonk ama orang tua tar hidungnya panjang baru kapok, aku kan anak baik tidak bisa boonk ama orang tua kalaupun boonk pasti bapak juga tau jadi percuma juga boonk kalau sama bapak :D

Ooh ya sebenarnya aku di Semarang sudah punya teman yang lumayan cukup asik buat bolang siapa dia tereeeet...dia tidak lain dan tidak bukan adalah adik sepupuku yang lagi magang di perusahaan obat di Semarang Biasalah generasi adik-adikku kan bidang apoteker semua. Sebelumnya seh sudah pernah beberapa kali aku ajak bolang dia tidak rewel dan sepertinya menikmati setiap tempat yang menjadi target tetapi sayang disayang perkiraanku sedikit meleset oke lah kalau aku harus menjaganya selama bolang tak jadi masalah memang itu sudah jadi kewajibanku namun sepertinya tak ada waktu untukku menunjukkan ada apa saja di kotaku ini walaupun sebenarnya aku juga hanya tau tidak tau persis letaknya dan keadaannya sekarang :D 
Dia sudah ada arjuna yang dengan sukarela datang dari kota Gudeg ke kota Lumpia untuk mengajaknya berkeliling wisata di kota Atlas ini.

Seperti sabtu kemaren waktu aku ingin mengabari kalau ada sodara yang meninggal aku tanya lagi dimana eeh ternyata sudah sampai Bandungan oooh no...., bapak yang dengar saja sedikit terkejut malah aku di suruh menasehati nah kan aku juga yang kena imbasnya padahal mereka sudah gede pastinya sudah tau mana yang boleh dan batasnya dimana saja kan mengingat Bandungan adalah tempat yang identik dengan vila dan tempat karauke ya gitu deh secara disana kan daerah dingain ya cuma hawatir saja seh. Lupakan yang jadi pertanyaanku, lalu bagaimana dengan temannya....?! karena dia ke Semarang berdua sedangkan temannya ini tidak bisa naik motor nah kaaaan..... bingung, kesimpulanku mereka pergi berdua dan meninggalkan temennya sendirian di kos lah kok begitu ya.....

Walaupun tidak begitu kenal namun apa iya seh tega ninggal sendirian di kota yang masih asing olehnya apa lagi temannya ini berasal dari luar kota yang enggak ngerti bahasa Jawa. Itu lah sekelebat pikiran yang terlintas di benakku. Kalau aku kenal sudah aku suruh ke rumah biar melahap semua novel-novelku yang masih berantakan ini, siapa tau sekalian di rapikan lagi di lemari yaaa anggap saja sambil menyelam cari ikan iya kan... Jadi sudah malas kalau mau ajak-ajak main, kalau dia telepon dan mau main ke rumah ya aku jemput kalau enggak ya biarin saja sudah besar ini, (mulai deh sifat individual dan sensitifitasnya keluar)



13/04/14

Berharap tak Menjadi Bayang-bayang

Weekend minggu yang lalu ketika malam mulai terasa menyergap, di beranda sambil melihat pemandangan malam kota Semarang yang berhias gemerlap lampu-lampu sambil menikmati segelas milo hangat menjadi keasikan tersendiri buatku yang tak suka dengan hiruk pikuk keramaian di luar sana. Tentunya jalan-jalan mulai macet dengan orang-orang yang ingin menghabiskan malam minggu di luar rumah. Buatku cukup pikiran menjelajah bersama mimpi dan berimajinasi tentang hal-hal yang terlintas di pikiran.

Sapaan dari arah belakang sedikit mengusik dan membuyarkan hayalan yang sudah membentuk episode dari satu cerita baru. Om ku yang datang hari ini menjajariku untuk ikut melihat panorama malam dari jendela rumah, sepertinya om terpukau dengan lampu-lampu malam yang seakan kompak ingin mengusir kegelapan malam.
"Gimana ndok kapan...., sekarang sama orang mana....?" tanya om yang sering aku dengar ketika bertemu dengannya.
Hanya seulas senyum yang aku tunjukkan untuk menjawab pertanyaannya dan aku yakin om juga tau maksud dari senyumku itu.
"Masih sama yang dulu apa sudah ganti...., tidak usah lama-lama nunggu apa lagi".
"Iya om, doanya om biar cepet. Masih orang yang sama om". Kalau masalah cowok sedang dekat dengan orang mana sesekali aku cerita dengan om, walaupun hanya itu waktu ditanya dan hanya bilang lagi deket sama orang mana tanpa menyebut nama dan yang lainnya itu menurutku sudah cukup karena aku juga enggak bisa terbuka dengan om walaupun om adalah salah seorang kerabat yang menurutku sangat enak diajak bicara dengan sikap sabarnya dan juga selalu memberikan masukan yang logis namun memang aku tak bisa terbuka dengan orang ya tetap saja mulut terasa terkunci rapat.


"Kalau sudah mantap nunggu apa lagi." Sikap santainya membuatku tenang dan ingin rasanya bercerita banyak dengannya namun susah bercerita
"Iya om, nunggu dilamar donk...." Jawabku yang asal nyeplos di iringi tawa dari kami berdua
"Ya tunggu apa lagi, sudah pernah membicarakan masalah kaya gini sama mas'e belum ndok"
Hanya diam membisu, dan menghela napas panjang. Mungkin om menyadari ada yang enggak beres sampai-sampai aku menghela napas panjang disela-sela pembicaraan.
"Enggak tau lah om, bingung..."
"Menangnya ada apa, kalau ada masalah coba dibicarakan berdua diselesaikan cari solusinya biar tidak berlarut-larut"
"Iya om"
"Kenapa..., apa dia masih belum yakin denganmu?!"
"Enggak tau lah om, hanya bisa sabar dan berharap yang terbaik"
"Gak boleh gitu ndok, kalau memang sudah sama-sama yakin buruan tidak usah nunggu lama namun kalau masih ada keraguan jangan dipaksa. Makanya itu coba dibicarakan berdua apa sebenarnya masalah kalian biar jelas"
"Iya om, antara yakin dan enggak om melihat sikapnya"
"Kalau memang dia bisa selalu membuat hatimu senang perjuangkan ndok."
"Tapi enggak sesimple itu om, gimana ya jelasinnya". Diam sesaat " Sudah hampir 1 bulan ini enggak ada komunikasi om"
"Apa kalian bertengkar, coba sapa duluan dan minta maaf, kadang maaf bisa untuk mencairkan suasana ndok"
"Enggak ada pertengkaran kok om, selama ini baik-baik saja"
"Lalu permasalahannya dimana...."
"Enggak tau om, susah jabarinnya"
Sekali lagi helaan napas panjang dariku yang terdengar memecah kebisuan diantara kami

"Ndok bila dia benar-benar sayang sama kamu dia akan melakukan apa saja agar bisa dekat denganmu, Enggak ada alasan apa pun yang bisa menghalaunya. Kamu tau kan cerita bu lik-mu sebelum sama om"
Pikiran mulai membuka kembali kisah cinta yang di ceritakan bu lik sebelum jadian sama om bu lik punya 3 kandidat cowok yang saat itu mendekatinya satu om, satunya orang Semarang dan satunya lagi temannya. Tidak mudah bu lik menseleksi dan menimbang yang orang Semarang sudah beda agama bapak juga melarang mungkin bapak punya penilaian tersendiri degan orang ini gugur, lalu dengan om juga begitu perbedaan agama menjadi masalah mereka dan karena bu lik berujar kalau memang om mau dengan bulik ya harus pindah agama dan bu lik memberikan waktu untuk berpikkir, untuk cowok yang satunya bu lik sudah tidak srek makanya dengan mudah saja melepas. Namun tak berapa lama om datang dan bersedia pindah agama, tadinya Om beragama Kristen kejawen yang sebenarnya tidak jauh-jauh berbeda dengan agama Katholik seperti yang di anut bu lik, om minta diajak ketika ke gereja dan mulai beralih agama seperti bu lik dan setelah pindah agama om tidak menunggu lama meminta agar di ajak ketemu dengan simbah dan om pun melamarnya. Cinta mereka sangat tulus satu dengan yang lainnya seakan tak bisa terpisah jauh dalam waktu yang lama.

Teringat juga bagaimana romantisnya mereka, waktu itu acara nikah mas Iyas semua sodara pulang dan karena waktu itu aku masih kerja di Surabaya ketika pulang ke Surabaya nebeng mobil om yang pulang ke Nganjuk namun tanpa bu lik yang masih di tahan bu dhe untuk tinggal, di tengah perjalanan bu lik telepon dan menyuruh jonet untuk mengangkat teleponnya sambil berkata "Paling telepon dari bundamu kangen ayah" benar saja dengan terang-terangan bu lik mengatakan kangen dengan suaminya padahal baru hitungan jam mereka terpisah. "Benar kan, bundamu tidak bisa jauh-jauh dari ayah" iiih romantisnya. Adalagi waktu itu bu lik sedang sakit dirawat di rumah sakit dekat rumah, om joko sangat sabar menunggui istrinya bahkan kerja hanya absen dan kembali lagi ke rumah sakit (maklum saja om PNS yang mudah saja untuk ijin-inij keluar) bahkan ketika itu bu lik ingin pipis namun waktu mau aku bantu tidak mau memilih untuk menunggu om datang katanya sekalian ingin ganti pembalut (waktu itu sedang dapat) bilangnya "kamu enggak bisa ndok, biar nanti saja sama om mu sebentar lagi juga datang ini masih perjalanan. Weeeeh sampai om juga menyiapkan hal terkecil padahal bu lik sebenarnya bisa sendiri kalau mau. Ketika satu persatu sodara pulang aku pulang paling akhir bareng mas An dan langsung menuju Jogja untk berja, bu lik berkata "wah sodaraku pada pulang semua, sepi sendirian" tanpa menunggu lama om pun menjawab "tenang dik masih ada aku yang selalu setia menemanimu disini" hikh hikh hikh....sampai segitunya seh.

"Iya om, bu lik pernah cerita"
"kalau dia benar-benar sayang kamu dia enggak akan membuatmu menangis, akan selalu ada buat kamu ndok"
Benar juga apa yang dikatakan om, apakah pemilik hati tau bila selama dia menghilang sudah banyak air mata yang mengalir. AKu ingat dia pernah berujar tidak akan membiarkan orang yang dia kasihi menangis, akan membuatnya bahagia tak akan membebaninya kalaupun ada masalah sebisa mungkin akan menyimpannya sendiri ini agar orang yang dia sayangi tidak ikut-ikutan berpikir yang akan membuatnya bersedih tapi apakah dengan menghindar aku akan bisa tertawa bahagia..... Mustahil itu bisa aku lakukan, menyimpan masalah sendiri sama halnya tidak mempercayai ku. Ya sepertinya begitu
"Sebentar ya ndok om mau telepon bu lik-mu dulu daritadi om belum sms maupun telepon pasti bu lik-mu sudah menunggu-nunggu dari tadi"
"Iya om".

Ketika menunjukkan foto-foto keluarga mereka terlihat kebahagiaan yang tak dibuat-buat sungguh membuat iri dan saat terpampang foto mereka berdua om pun berkata "Malu, sudah tau tapi pacaran terus" ya keromantisan yang gak pernah pudar dari dulu hingga anak-anaknya besar. "Ya enggak apa-apa to om malah bagus bisa pacaran terus" foto-foto yang melimpah dengan kasih sayang dan kebahagiaan.

Ok lah kalah begitu aku memang sudah pernah merasakan hal yang sama, dan menunggu hingga ketika lelah dan putus asa mulai datang padaku akhirnya aku puruskan untuk menyerah namun kau kembali, dan kini engkau pergi lagi seakan tak mempedulikanku. Aku akan menunggu tapi jangan salahkan aku ketika lelah ini menderaku kembali dan aku benar-benar iklas merelakanmu hanya menjadi bayang-bayang, walaupun itu membutuhkan proses yang enggak sebentar dan akan sangat menyakiti diriku akan aku coba. Aku bisa minum milo yang rasanya coklat walaupun dengan resiko pusing dan aku juga bisa membaca komik walaupun hingga kini belum bisa menceritakan apa yang aku baca, hanya bisa tau arah tahap dari percakapannya saja dan itu juga memakan waktu yang lama namun aku coba.
Mungkiin suatu ketika ketika aku lelah aku akan melakukan hal yang sama mencoba melepasmu meskipun aku harus merasakan kesakitan.

Saat ini aku memberikan waktu pada hati dan otakku untuk mencari pembenaran, dan segala alasan untuk menunggu walau dengan harapan-harapan yang tak pasti, aku lakukan namun ketika aku bilang cukup semuanya akan berakhir, tak aku biarkan hati dan otak berkelana mencarimu karena ketika saat itu tiba logikaku sudah bekerja semua sudah terkunci rapat. Pulanglah sebelum semuanya terlambat, itu saja pesanku. Ada banyak cara agar semuanya bisa terjaga bila memang ada kemauan. Namun semua kembali lagi tergantung individu masing-masing juga orang lain tak bisa memaksa ataupun melarang.


12/04/14

Selamat Jalan Teriring Doa Untukmu #3

Selamat Jalan 

Beberapa hari kemudian setelah aku cerita dengan ibu, pas hari minggu ketika bapak lagi duduk-duduk santai di ruang tamu sambil melihat acara televisi.
"Benk Dhe Di sakit, sana lho jenguk ngajak ibu" Tanya bapak kepadaku sehabis pulang beli soto untuk sarapan
Rasanya ingin menceritakan tentang mimpiku kepada bapak tapi antara iya dan enggak tapi tiba-tiba ibu bilang bila aku sudah mimpi. Karena bapak bertanya aku pun menceritakan kembali tentang mimpiku yang beberapa hari yang lalu sudah aku ceritakan kepada ibu. Sebenarnya setelah mimpi itu aku ingin cerita kepada bapak ingin tau apakah ada maksud dari mimpiku itu namun ada juga penolakan dari diriku untuk menceritakannya.

Bapak mendengarkan secara seksama detail dari ceritaku dan setelah cerita usai bapak hanya bilang ngalamat enggak bisa sembuh ini coba nanti bapak tanyakan kepada teman apa maksud dari mimpi itu. Haaaa..., apa maksud perkataan bapak kagak paham. Lalu bapak mengambil hp dan menghubungi seseorang. Sudah enggak aku pedulin yang penting aku sudah cerita plong sudah ganjalan tentang mimpiku. Dulu sebelum ayahnya Putra meninggal aku juga bermimpi aneh dan aku juga cerita kepada bapak biar plong benar saja setelah cerita sudah enggak kepikiran lagi walaupun sesekali mimpi itu masih terlintas dalam pikiran seperti saat-saat ini.

Setelah diberitahu bapak aku dengan diantar ibu pun ke rumah Bu Dhe untuk menjenguk pak Dhe yang sedang sakit. Ketika itu Dhe Di sedang berbaring di kasur, Badannya kurus sehingga kaos yang biasa dipakainya terlihat besar. Mukanya sangat pucat seakan tak terlihat ada aliran darah disana hanya sayu dan lemah. Ketika melihat kami datang Dhe Di berusaha untuk duduk walau dengan bersusah payah dengan bantuan tempat tidur akhirnya bisa juga duduk, napasnya kelihatan ngos-ngosan seperti orang habis lari dan setiap omongannya tidak bisa langsung tuntas karena setiap kata diselingi dengan tarikan napas yang panjang seakan kata-kata yang ingin di ucapkan tercecer di tenggorokan sehingga mesti mengumpulkannya lagi.

Setelah kunjunganku bersama ibu beberapa hari berikutnya Dhe Di sudah bisa main ke rumah namun belum kuat jalan jauh untuk ke rumah mesti minta bantua orang untuk memboncengnya menuju ke rumah (walaupun sebenarnya tidak begitu jauh) pundaknya yang sebelah kiri agak turun dan masih sama napasnya tersengal-sengal setiap berbicara, bahkan hingga memegangi dadanya yang sesak dan susah bernapas. Pak Dhe ku yang satu ini hampir tiap hari main ke rumah jadi jika beberapa hari tidak kelihatan seperti ada yang aneh. Teman berdebat bapak bila malam tiba namun aku sangat tidak suka dengan rokok yang biasa dihisapnya, bayangin saja jika aku yang sensitif terhadap asap rokok namun Dhe kalau sudah merokok bisa 1 bungkus habis dalam hitungan jam kalau ngerokok seperti kereta tidak bisa berenti dan asapnya kemana-mana pastinya. Makanya Pak Dhe paling hapal jika main ke rumah aku langsng setel tipas angin biar asapnya keluar jadi tidak sampai masuk ke kamar-kamar lalu sebelum duduk selalu mencari asbak karena bila tidak begitu aku akan bawel dengan abu rokok yang dibuang di sembarang tempat ketika melihatku selalu berkata, "Ini sudah ada asbak jadi abunya tidak kemana-mana" karena selain bapak akulah orang yang selalu komplen dalam hal asap dan abu rokok di rumah bapak maupun adik lelakiku tidak merokok masalahnya.

Penyakit tua menyebabkan pak Dhe yang berprofesi sebagai penarik becak tidak bisa bekerja kembali namun sangat disayangkan karena semua anaknya tidak ada yang pintar dengannya kecuali mbak Eny. Dari kesembilan anak hanya mbak Eny yang tulus merawatnya namun begitu mbak Eny tidak tinggal dekat rumah, semuanya pada takut dengan Dhe Yem yang suka marah-marah karena dengan Dhe yang tidak bekerja sehingga pendapatannya berkurang sedangkan mereka semua (di rumah masih ada beberapa anak yang masih tinggal bersama walaupun hanya 1 anak yang belum nemikah) membutuhkan makan. Malah tak jarang Dhe Di hanya mendapat makian bila berada di rumah, aku tau sendiri bagaimana pedasnya omongan bu Dhe yang sangat semena-mena terhadap suami. Bahkan tak jarang untuk makan dan minum di rumah sendiri saja mesti mendapat omelan maut terlebih dahulu dari bu Dhe.

Akhir-akhir ini setiap aku ingin mandi untuk bersiap kerja aku selalu menyempatkan melihat pak Dhe tidur di lincak yang terlihat dari jendela dekat kamar mandi. Melihatnya sangat trenyuh, punya banyak anak tak ada yang berbaik hati mengarahkan dan merawatnya, punya istri yang kerjanya hanya marah-marah hanya akan berenti marah bila di kasih uang. Karena iba bapak sering memberinya uang untuk makan, namun saking sayangnya dengan keluarga uang yang di kasih bapak malah di kasih istrinya jelas saja bapak jengkel niatnya memberi agar Dhe Di tidak perlu makan di rumah dan berpura-pura sudah makan walaupun sebenarnya belum malah dikasih istrinya, sejak tau itu bapak tidak memberi uang banyak hanya saja berpesan kepada warung penjual makanan yang menjadi langganan Pak Dhe untuk memperbolehkannya makan disana apa pun nanti bapak yang bayar.

Suatu ketika bapak pernah bergumam bagaimana jika Dhe Di di taruh di panti jompo biar bisa tenang tidak banyak pikiran seperti sekarang, di panti jompo mungkin saja Dhe Di bisa senang karena disana kan banyak teman sebayanya bisa bercakap-cakap dan bertukar cerita dan yang paling penting ada yang mengurusi. Namun setelah bertanya kepada adik perempuanku kalau biaya disana tidak murah meskipun ada kelas-kelasnya dan sepertinya jika membayar sendiri bapak tidak sanggup mengingat penghasilan bapak sebagai pengusaha kecil tidak menentu dan kalaupun meminta sokongan dari anak-anaknya mana ada yang mau, untuk biaya berobat saja susah keluar apalagi untuk hal semacam itu. Sakit bila bukan mbak Eny yang memeriksakan mungkin tidak akan ada yang peduli. Hanya dengan mbak Eny saja Dhe Di nurut, dan mbak Eny pula yang merawatnya ketika sakit dan dirawat di rumah sakit. Padahal mbak Eny sendiri juga bekerja, seperti ketika Dhe masuk ke rumah sakit pulang kerja mbak Eny langsung ke rumah sakit menunggui pulang subuh hanya untuk mandi lalu berangkat kerja.

Mungkin saking jengah dan jengkelnya sudah sampai ubun-ubun sering bapak berkata "Sama orang tua tidak pintar lihat saja hidupnya akan sulit, bahkan lebih sulit dari Dhe. Berbakti sama orang tua itu bukan sama ibu saja tapi bapak juga jadi jangan sampai menyia-nyiakan orang tua nanti kalau sudah tidak ada baru menyesal dan itu sudah terlambat". Kalimat yang sering di ucapkan bapak ketika pembicaraan tentang dhe Di. Ibu pernah berpikir untuk mengajaknya tinggal di rumah namun aku melarangnya karena tidak baik bila dilihat tetangga-tetangga kasihan bu Dhe dan anak-anaknya nanti bisa jadi omongan dan cemoohan tetangga. Lalu ibu hanya berpesan agar Dhe bila makan di suruh datang ke rumah kapanpun itu walaupun sudah malam tak jadi masalah kalau cuma makan saja. Malah terkadang pulang ibu juga membawakan sebotol air minum.

Untuk Dhe yang sudah tua harusnya bisa menikmati masa tuanya dengan bercengkrama bersama cucu-cucunya tidak banyak pikiran namun sepertinya gambaran itu sangat jauh dari impiannya. Bapak pernah bilang Dhe itu sakit gara-gara tidak punya uang jadi sakitnya makin parah, waktu aku tanya kenapa begitu jawab bapak logikannya jika punya uang pastinya pikiran bisa tenang. Bila di pikir-pikir masuk akal juga omongan bapak secara gara-gara tidak ada uang mau ngapa-ngapain tidak bisa sedangkan untuk hidup juga membutuhkan uang, sedangkan bu Dhe yang tidak bekerja hanya mengandalkan pemberian anak-anaknya yang tak seberapa. Aaaah ribet dah pokoknya jabarinnya.

Mungkin ini yang terbaik, sekarang Dhe Di sudah bahagia disana. Semoga arwahnya di terima disisiNya dipermudah jalannya dan Mendapat tempat yang terbaik dan indah di surga. Selamat jalan Dhe, ada banyak kenangan yang masih tersimpan rapi dalam diary hatiku yang suatu saat akan aku ceritakan kepada anak cucuku kelak tentang segala kebaikanmu yang suka mengajariku mengerjakan PR bahasa jawa malah kadang mengerjakannya karena bapak tidak mengerti bila sudah berurusan dengan pewayangan dan aksara Jawa, waktu SMP mendaftarkan aku sekolah, mewakili bapak rapat maupun mengambilkan rapotku, waktu kecil suka memberi alpukat satu kantong plastik untukku, dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikanmu yang selalu aku ingat.

Selamat jalan, doaku menghantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhir. Semoga engkau tenang disana dan mendapat tempat yang indah disisi-NYA. Aamiin.


SELESAI

Selamat Jalan Teriring Doa Untukmu #2

Mimpiku

Sambil menyelesaikan tugas yang diberikan bapak, pikiranku kembali ke beberapa bulan yang lalu, waktu itu aku bermimpi ada yang meninggal aku dan keluargaku ikut rombongan naik bus namun di tengah perjalanan ada yang kebelet pipis  tapi ada yang bilang kalau sudah dekat nanti pipis di sana saja. Akhirnya supir bus pun menghentikan laju kendaraan merapat ke sebuah rumah yang juga berjualan. Orang-orang pada berebut turun ke bus berhubung aku enggak kebelet pipis makanya aku hanya menunggu di pelataran dekat bus. Lama menunggu namun tak ada satupun yang muncul, karena bosan akhirnya aku jalan-jalan di sekeliling temapat itu. Menyusuri jalan semakin melangkah pemandangannya seperti di pedesaan dengan jalan yang masih tanah dengan banyak bebatuan, sepi tak ada satu orangpun yang melintas kanan kiri jalan hanya pepohonan yang membuat jalan yang aku lalui sangat teduh dengan angin yang semilir. Aku berhenti mencari orang-orang yang satu bus denganku namun tak ada satu pun yang aku lihat, aku lanjutkan langkahku entah sampai mana aku juga enggak tau namun tiba-tiba aku dihadapkan dengan persimpangan jalan.

Bingung memilih yang mana, namun aku amat-amati jalan yang sebelah kiri sepertinya agak menakutkan dan gelap sedangkan jalan yang sebelah kanan masih tetap asri dan terang. Ku putusan memilih jalan yang sebelah kanan, terus saja melangkah sendiri. Pepohonan yang beradu karena tertiup angin menimbulkan bunyi khas, seperti alam pedesaan. Tiba-tiba di depanku terdapat jalan buntu, seperti jurang yang landai dan tak dalam hanya tanah yang bertrap dan agak miring kembali lagi kebingungan karena tak ada jalan lain yang aku lihat lalu aku menengok ke bawah dan tiba-tiba tubuhku terguling ke bawah dan terhenti di sebuah tenda biru yang kecil dan berbentuk segitiga dengan tinggi yang tidak tertutup (silahkan bayangkan sendiri seperti apa bentuknya). Disana sudah ada 2 orang perempuan setengah baya yang salah satunya aku kenal bernama Dhe Yem.
"Lho Dhe kok disini"
"Iya nduk..." *nduk adalah sebutan untuk anak perempuan di jawa.
"Dhe nguburnya dimana to" Aku melihat sekelilingnya itu makam, lalu perempuan satunya pun minta ijin katanya mau kesana entah kemana. Rasanya merinding berada di sekitar makam.
"Sepertinya enggak disini, disini tidak ada apa-apa mungkin disana" sambil tangannya menunjuk ke arah yang ada di belakangku.
Aku baru menyadari jika di belakangku ada jalan.
"Dhe Yem disini ngapain" Aku melihat Dhe Yem duduk seperti orang jualan cabe dengan kedua kaki di tekuk ke ke samping, sangat santai kelihatannya duduknya.
Sebelum pertanyaanku terjawab tiba-tiba bapak datang dan ngasih tau jika tempatnya tidak di sini. Bapak menyuruhku membawa piring yang berisi aneka jenis barang seperti kain, rokok, bunga mawar, bunga kantil, parfum dengan botol kecil dan apa lagi ya aku lupa barangnya oh ya ada kemenyan juga.

"Benk tempatnya disana bukan disini, ayo kesana" ajak bapak yang beranjak dari tempat Bu Dhe Yem duduk dan aku pun pamitan lalu berjalan di belakang bapak. Sebelum jalan bapak melihat ke arah barang yang aku bawa ketika melihat minyak wangi dalam botol kecil (seperti minyak tesrer yang di jual-jual).
"Minyak wanginya buat apa itu...." tanya bapak ketika melihat barang-barang yang ada di piring yang aku bawa
"Enggak tau, sudah ada disini" jawabku yang memang tidak mengerti buat apa barang-barang itu
"Minyak wanginya tidak kepakai, ditinggal saja wes"
"Haaa, masak di buang" dengan kebingungan aku menyahut
"Buat apa. Tidak ada guna"
Lalu aku ambil minyak tadi dan aku kantongi di saku celana jeans belakang sebelah kanan. Dan aku pun berjalan di belakang bapak.

Sampai di sebuah tempat seperti tanah lapang yang berpagar disana aku melihat banyak orang yang sedang makan. Semuanya membawa piring dan makan dengan lahapnya, namun yang aku lihat sebagian besar adalah laki-laki eh lebih tepatnya bapak-bapak. Bingung ini sebenarnya acara apa seh bertanya dalam hati. Aku dan bapak hanya berdiri di tepi jalan sambil melihat ke arah mereka yang lagi asik makan sampai-sampai tak menghiraukan keberadaan kami.

Dan aku pun terjaga dari mimpi namun mimpi itu pun selalu aku ingat dan seakan terngiang-ngiang selalu dalam otakku. Beberapa hari berikutnya aku menceritakan mimpiku pada ibu, tidak ada tanggapa
"Sana jenguk Dhe...." komentar ibu setelah mendengar cerita dari mimpiku.
"Dhe siapa...." tanyaku balik
"Ya Dhe Di to"
"Memangnya Dhe Di sakit"
"Iya kapan hari suruhan Slamet (anak bungsunya) kesini minta uang bapakmu untuk berobat"
"Haaaa...., berobat minta uang bapak. Memangnya anak-anaknya pada kemana" tanyaku heran
"Halah, anak-anaknya mana ada yang peduli semuanya takut sama Dhe Yem. Tidak ada yang berani berkutik."
Dan perbincanganpun tak diperpanjang, aku memilih untuk menyingkir dan pergi ke kamar.


BERSAMBUNG  

Selamat Jalan Teriring Doa Untukmu

 Kabar Itu pun Datang

Semalam ketika lagi enak coret-coret bapak membuka pintu kamar
"Benk barusan ulis telepon katanya dhe minta dibacakan yasin ki" kata bapak ketika melihatku belum tidur menyampaikan berita dari mas ulis yang notabennya masih kerabat dari pihak kakek...
Aku yang mendengar pintu dibuka segera mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.
"Ya enggak kenapa-kenapa, Apa sudah parah to..." Tanyaku sambil sedikit tergagap menyampaikannya ketika mendengar pernyataan bapak yang berdiri di depan pintu. "Iya dari kemaren sudah kritis katanya napas saja susah". Sambung bapak
"Kalau sesak napas dari sakit dulu sudah sesak napas, malah sampai ngomong susah terbata-bata sambil memegangi dada gitu kok".
"Bapak sudah enggak mau urusan, besok saja menjenguk ke rumah sakit itu sudah cukup biar di urus anak-anaknya"
"Gak tau lah benk nantinya gimana, paling juga meninggal" Aku tau bapak bukan mendiakan yang jelek namun bapak sudah pesimis dengan pak dhe dengan kondisinya semakin parah seperti itu.
"Mudah-mudahan ini yang terbaik" Tanggapanku datar karena sudah tak tau lagi mesti ngomong bagaimana. Bapak pun berlalu dan menutup pintu kamar kembali.

Sepeninggal pintu di tutup perasaan takut langsung menyergap dalam diriku, melihat langit-langit kamar dan melihat ke arah luar dari jendela yang belum tertutup korden, hanya melihat gelap dan rasa takut malah semakin datang menjadi-jadi. Untuk menghalau ketakutan aku coba alihkan pandangan ke layar monitor melanjutkan corat-coret kembali dan menyalahan lagu-lagu dari MP3 player di lepi.
Dari kamar terdengar suara hp bapak yang tak henti-hentinya berbunyi. Malam semakin larut
dan rasa ngantuk pun sudah menguasaiku mata sudah tak dapat diajak kompromi lagi, lalu aku sudahi corat coretku yang belum selesai. Dilanjut besok saja pikirku sambil mematikan dan beberes kertas-kertas yang terlihat berantakan di tempat tidur.
Pagi hari masih bermalas-malasan, selagi libur cuma tidur-tiduran saja seh mata terpejam namun telinga sudah waspada dan otak sepertinya juga sudah jalan-jalan ke negeri antaberantah. Walaupun matahari sudah mulai menerobos masuk kamar tak peduli, tapi ketika mendengar suara motor langsung saja mata terbelalak dan tak mau terpejam lagi. Melihat jam dinding terlihat jarum jam menunjuk angka 8 mau tak mau mesti beranjak dari tempat tidur, berarti suara motor yang aku dengar tadi adik perempuanku berangkat kuliah. "Tapi kok belum ada suara gaduh tukang-tukang yang kerja di rumah" pikirku sambil menajamkan pendengaran. Membuka jendela biar lebih banyak sinar matahari pagi masuk ke kamar.
"Ooh...ternyata tukangnya sudah datang" aku melihat 1 tukang yang sudah nangkring di atas atap teras karena minggu ini lagi membuat teras, lalu aku melihat mas pon satu lagi tukang yang menjadi kepercayaan bapak yang juga masih sodara (suami dari anak pak dhe ) untuk memperbaiki rumah yang sampai sekarang belum selesai juga sedang sibuk dengan hpnya. Aku langkahkan kaki menuju ke kamar mandi namun sebelum sampai kamar mandi sempat melongok ke arah jendela untuk melihat pemandangan semarang yang mulai panas. Mataku tertuju pada sebuah "lincak" tempat duduk di bawah pohon yang memang dibuat untuk ngobrol-ngobrol santai. Sekelebat bayangan terlintas yang tak aku pedulikan segera bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Lalu turun menuju dapur untuk menyeduh segelas teh yang memang sudah menjadi kebiasaan pagiku.

Duduk di ruang tamu melihat ke arah luar sambil menikmati segelas teh hangat dan dua potong roti gulung rasa ananas yang dibeli ibu kemaren satu kenikmatan tersendiri untuk memulai hari. Mencari remot tv namun karena letaknya agak jauh dari aku duduk urung juga melihat acara televisi yang aku yakin paling acaranya juga jelek-jelek. Melihat keluar adik lelakiku lagi asik membersihkan kandang burung dara peliharaannya ketika ibu keluar dari dapur dan ikut duduk di bangku ruang tamu.
"Tukangnya pulang...," kalimat yang diucapkan ibu setelah duduk di kursi dan sepertinya memang ditujukan untuk memberitahuku.
"Pulang kenapa....?!" Tanyaku yang juga penasaran
"Habisnya dari tadi di bel-bel terus (maksudnya di telepon). Dari datang tadi setelah memarkirakan motor aku lihat langsung sibuk dengan hpnya, pencet-pencet terus. Padahal enggak biasanya begitu kalau datang ya langsung kerja bahkan teleponnya bunyi pun dibiarin saja tapi dari kemaren teleponnya bunyi-bunyi terus mungkin karena jengkel di telepon terus pulang saja enggak usah kerja". Cerita ibu 
"Kenapa begitu, sampai mesti pulang" Tanyaku sambil menyeruput teh yang mulai dingin dan terasa pahit walaupun tadi sudah 2 sendok gula aku taruh, mungkin karena terbiasa menggunakan gula batu makanya enggak ngaruh kali ya 2 sendok gula dalam segelas teh. 
"Sekarang mana enak kerja di bel-bel terus ya jengkel makanya lebih memilih pulang tidak bekerja hari ini"
"Ya harusnya yang lain tau lah sedang kerja jangan ditelpon-telpon terus" aku mulai sedikit sewot seakan hbisa merasakan apa yang dialami mas Pon.
"Pikirku ya gitu" Tambah ibu menanggapi omonganku.
"Harusnya kan ada rasa sungkan juga, benar setelah menikah mas Pon juga sudah menjadi anak Dhe tapi bagaimanapun dia kan cuma anak mantu bukan anak kandung, harusnya telepon-telepon ya sama mbak Eny bukan sama mas pon"
"Sekarang yang nungguin pak dhe siapa bu"
"Kalau sabtu begini pada libur semua"
"Lha iyo, udah ada yang nungguin masih ganggu-ganggu orang kerja nanti kan juga tau sendiri enggak mungkin mas Pon berpangku tangan toh selama Pak Dhe sakit mas Pon juga yang repot"
"Lek'e (mas pon) selama dhe di rumah sakit mana mau datang, kemana-mana suruhan Eny, saking budrek (jengkel) di recoki terus"
"Dari semalam hp bapakmu di chase bunyi terus, padahal bapakmu sudah tidur kebangun lalu tidur lagi, tidur lagi lalu tok tok tok... ( Ibu menirukan suara pintu yang di ketuk) Dhe Pi kesini. Aku jam 9an pas siliwangi mulai sudah tidur tapi kebangun suara hp bapakmu berisik baru bisa tidur lagi jam 1an". Ibu tak kalah antusias menceritakan kejadian semalam.
"Tok toook tok....., apa bu?" tanyaku yang agak bingung
"Itu to Pak Dhe-mu Pi malam-malam kesini" 
Dhe Pi ini adalah adik kandung Dhe Di dan mereka anak dari kakaknya kakek (ribet kan aku juga bingung kalau sudah masalah silsilah urutan keluarga, apalagi kalau sudah ngurutin anak sambai cucu dijamin bingung padahal sodaraku banyak juga yang ada di semarang namun karena sudah jarang komunikasi ataupun ketemu menjadikan sudah luntur dan generasi mudanya tidak tau urut-urutannya.
"Ngapain...."
"Gak tau cuma masuk sebentar lalu mereka berdua ngobrol di luar"
Ibu melihat ke luar dan ternyata ada mas Ngadino di jalan yang sepertinya mengajak ngomong ibu dari jarak jauh.
"Enggak tau" terdengar suara ibu dan aku pun mengikuti arah pandangan ibu yang melihat ke jalan depan rumah.
"Apa bu...?!"
"Itu lho Ngadino tanya 'jadi meninggal', ibu jawab enggak tau memang ibu enggak tau lagian tau darimana ibu enggak kemana-mana"
"Siapa dhe Di ya"
"Iya"
"Semalam di kamar ibu mencium bau parfum wangi banget, seperti parfummu"
"Parfumku...?!" Memperjelas omongan ibu barusan dengan sedikit terkejut dan bingung
"Iya, awalnya ibu pikir bapakmu nyemprotin pengharum ruangan tapi aku lihat enggak, baunya seperti parfummu tapi ini lebih wangi lagi"
Lalu aku ceritakan juga ketakutanku setelah berbincang dengan bapak semalam tentang Dhe Di yang lagi kritis di rumah sakit.
"Ya tidur sama adik to kalau takut" Sepertinya ibu benar-benar menangkap ketakutanku
"Emoh..."
"Harusnya Dhe Yem 'nyelondoki' ke rumah sakit tubuh Dhe Di di lap-lap di sibini, minta maaf lalu memeluk Dhe. Nanti kalau sudah enggak ada apa enggak menyesal..."
"Biarin bu dosa ditanggung sendiri-sendiri" Jawabku seadanya
"Bukan masalah dosa tapi penyesalan" aku sudah tidak bisa menanggapi karena tau bagaimana anak dan istrinya memperlakukan Dhe Di yang lagi sakit.
Aku teringat hpku yang berada di kamar. Aku berjalan ke dapur untuk menambah teh yang sudah habis aku minum. Namun setelah menuang teh ke cangkir, aku ke atas menuju kamar untuk melihat hp. Ternyata benar perkiraanku ada 2 panggilan tak terjawab dari bapak, aku coba telepon balik sambil berjalan menyusuri tangga ke bawah namun sudah aku coba menelepon hingga beberapa kali tapi tak diangkat lalu aku sms saja siapa tau bapak balik telepon seperti biasanya. Dugaanku salah, bapak enggak telepon-telepon.
"Bapak telepon" Kataku kepada ibu yang melihatku sedang menelepon.
"Memangnya bapakmu kemana...?!"
"Enggak diangkat"
"Lho katanya bapak yang telepon kenapa enggak diangkat" sepertinya ibu sedikit bingung
"Iya, tadi bapak telepon tapi enggak aku aku angkat kan gak dengar makanya ini aku telepon balik malah enggak diangkat"
"Ooow...."
Tiba-tiba terdengar suara pengeras suara mushola yang menyuarkan berita duka cita. Kami mendengarkan secara seksama apa yang diberitakan
"Innalillahi wainnalilahi rojiun, ell beneran meninggal"
"Mungkin ini yang terbaik bu"
"Meninggalnya jam berapa ya bu, tadi tidak disebutin jam meninggalnya"
"Mudah-mudahan diterima di sisi-Nya, dipermudah jalannya dan diampuni segala dosa-dosanya Ya ALLAH" aku melihat mata ibu merah dan berkaca-kaca ketika berbicara dan berdoa untuk pak Dhe, tak tega aku melihatnya.
"Tau darimana kalau pak Dhe mu sudah meninggal ya..." tanya ibu kemudian
"Mungkin dari bapak kali, makanya bapak tadi telepon mungkin mau memberitahukan ini" 
"Memangnya bapakmu kemana..."
"Enggak tau"
"Yang ngumumin saja suaranya seperti mau menangis"
"Mana....?"
"Yang ngumumin itu to, suaranya bergetar seperti mau menangis. Mungkin Kisyadi terasa juga setelah meninggalnya"
Benar juga omongan ibu, terdengar suaranya agak sedikkit sengau dan bergetar. Mungkin karena sudah mengenal dekat sehingga ada rassa kehilangan juga.
"Buruan ibu mandi trus kesana....."
"Kamu makan dulu, nanti sampai sore malah maag kambuh, nanti disana paling-paling juga kamu enggak mau makan apa-apa, kalau ibu sudah kenyang tadi makan roti sepotong"
"Aku malah sudah makan 2 potong"
"Kalau sudah begini rasanya kenyang, sudah enggak ingin makan apa-apa"
"Sama, perutku mual rasanya penuh" Akupun beranjak untuk mandi.
"Anak-anaknya pada neko-neko" kata bapak ketika sampai dirumah, mungkin bapak dari rumah Dhe Di yang hanya beda dua gang dari rumah.
"Neko-neko gimana pak" Tanyaku yang agak bingung dengan neko-neko yang bapak ucapkan takut salah penafsiran tak seperti yang dimaksud bapak
"Yang satu inginnya begini yang itu gini pokoknya macem-macem benk" 
"Lah, berduka kok aneh-aneh emange nikahan" jawabku seadanya
"Emboh benk yang penting sudah bapak beresin semuanya, sudah bapak belikan permen, aqua,
rokok yang lainnya biar diurusi sendiri. Bapak pusing"
"Masak nasi, nasinya masih enggak...??" Tanya bapak sambil menyeruput teh yang sudah dingin
"Tinggal dikit" jawabku yang tau jika nasinya tinggal dikit karena aku tadi sudah membukanya, hehehehee....
"Ya masak, nanti kalau yang dari desa datang"
"Katrin sudah kamu kabari"
"Belum...."
"Di kabari, biar menjadi perwakilan yang dari desa. Yang di desa sudah bapak kabbari semua, mau datang atau enggak terserah yang penting sudah di kabari. Pak Dhe Ratno sudah dikabari bilangnya juga masih layat, ya bapak bilang ini hanya mengabari saja kok mas, Pak Dhe Giono juga sudah bilangnya iya-iya, yang di Karang Ayu juga sudah. Terserah mereka mau datang apa enggak, nanti kalau kesini paling-paling juga langsung ke rumah ini dulu kalau tidak ada nasi repot. Teremos-teremos juga di isi"
"Inggih bapak" tanpa menunggu perintah dua kali langsung semua aku kerjakan.


BERSAMBUNG