Filosofi “Gigi dan Lidah” .
Dalam
mulut, gigi kita sebagai lambang kekerasan harus tanggal satu-persatu
bahkan sebelum renda usur menjelang, namun lidah sampai badan dikubur ia
tetap utuh, walau ia lambat laun bisa semakin pelo.
Filosofi
ini mengajarkan bahwa kelembutan itu jauh lebih tahan lama dibanding
kekerasan. Lembut bukan berarti gampang senyum dan mengangguk-angguk,
hingga mudah berb
uat curang dengan
santun, lembut juga bukan berarti menawarkan bantuan kemudian sejurus ia
memungut jasa dengan perlahan, mengambil simpati sampai ia mendapatkan
upeti.
Namun filosofi lidah yang lembut bahwa Ia akan terus
dikenang dan senantiasa berada dalam kebaikan hingga akhir jaman. Tak
sekeras karang gigi yang kuat, walau sebenarnya rapuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar