Dalam penanggalan islam bulan Dzulhijjah merupakan bulan penuh berkah dan penuh kelimpahan kebaikan. Di bulan ini Seorang muslim bisa menyempurnakan ibadahnya dengan menjalankan rukun islam yang ke-5 yaitu "menunaikan ibadah haji bagi yang mampu". Pergi ke tanah suci, yang merupakan rumah Allah (Mekah) merupakan impian semua muslim di dunia. Ibadah haji mengajarkan sikap eglitarianisme ke semua umat manusia. Lihat saja, ketika jutaan umat muslim beribadah di tanah suci maka segala status keduniawian ditinggalkan, seperti: kaya, niskin, pejabat, rakyat, atau bahkan berkulit hitam dan berkulit putih semuanya berbaur menjadi satu dan hanggunakan selembar kain putih, itulah bukti bahwa semua manusia di mata Allah sama yang membedakan hanya amal dan ibadah dari masing-masing muslim.
Selain melaksanakan haji, di bulan berkah ini ada Idul Adha dimana bagi muslim yang mampu diwajibkan untuk melaksanakan ibadah qurban. Hewan yang digunakan untuk qurban antara lain sapi, kambing, domba dan onta. Dalil yang menunjukkan bahwa hewan qurban hanya empat macam hewan ini adalah firman Allah. Bukan tanpa alasan mengapa keempat hewan-hewan ini dipilih karena diantarana hewan ini mudah untuk mendapatkannya dimana hampir di setiap negara hewan-hewan tersebut dibudidayakan (kecuali onta hanya ada di Arab yang notabennya daerah beriklim gurun).
Jika sudah menginjak Bulan Dzulhijjah di pinggir jalan mulai bermunculan pedagang kambing "kagetan" menjual kambingnya di tempat-tempat yang sering dilewati orang. Ini dilakukan untuk menarik konsumen sekaligus mempermudah orang-orang yang ingin membeli hewan buat qurban nanti di hari raya. Namun begitu keberadaan mereka secara tidak langsung juga merugikan orang lain karena tak jarang trotoar dijadikan pangkalan penjualan hewan, bahkan halte tempat menunggu bus pun tak jarang menjadi korban para pedagang kambing untuk menawarkan dagangannya. Dan bau khas yang menyengat sedikit mengganggu orang-orang yang lewat sehingga mereka lewat sambil menutup hidung atau menahan napas, belum lagi kotoran dan sisa makanan yang berserakan membuat pemandangan tak sedap di pandang mata.
Ketika hari Idul Adha tiba di semua penjuru nusantara seakan manusia menjadi makluk paling sadis, karena saat itu hewan-hewan seperti kambing, sapi, kerbau, menjadi incaran penjagalan mereka. Seakan tanpa ragu dan takut memotong-motong menjadi bagian terkecil, menimbang dan membagikan ke masyarakat sekitar. Namun dari peristiwa penyembelihan hewan qurban ini terlihat sisi lain yaitu rasa kebersamaan antara ibu-ibu dan bapak-bapak kerja bersama-sama memotong hewan qurban, gotong royong membagi tugas agar smuanya cepat selesai dan rasa sosialisasi membagi sama rata untuk mereka yang lebih membutuhkan.
Walau begitu banyak juga dijumpai oknum-oknum yang sengaja menggunakan momen ini untuk mencari keuntungan dirinya sendiri. Mereka sengaja berkumpul di masjid-masjid untuk antri saat pembagian hewan qurban, ketika daging sudah di tangan bukannya dibawa pulang untuk dimasak namun mereka menjualnya lagi kepada pengepul atau kepada warung-warung yang menjual masakan dengan menu utamanya daging. Ya mungkin bagi mereka lebih baik daging yang didapat ditukar dengan uang agar bisa digunakan untuk membeli kebutuhan lain yang lebih dibutuhkan.
Anjuran berqurban ini diawali ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah melalui isyarat mimpinya untuk menyembelih putera kesayangannya, Ismail. Sebagai bukti untuk menunjukkan bukti dan ketaanya kepada Allah SWT. Peristiwa yang menuntut keiklasan ini mampu memberikan pesan yang mendalam bagi kita mengenai makna Idul Adha. Bertahun-rahun Ibrahim mendambakan putera dari istrinya Siti Hajar, setelah mendapatkan putera yang bernama Ismail. Ibrahim berada dalam kondisi dilematis, antara menuruti perintah Tuhan yang berarti ia taat dan teguh mempertahankan keimanannya dengan menyembelih anaknya. Akhirnya Ibrahim bersedia mengorbankan anaknya untuk disembelih dan Ismail sebagai baktinya kepada orang tua pun bersedia dan iklas untuk disembelih oleh ayahnya sendiri. Namun mujizat dari kuasa Allah terjadi, Ismail yang mau di sembelih tiba-tiba berubah dan berganti menjadi kambing. Ismail tak jadi disembelih karena memang hakikatnya dari perintah Tuhan tersebut hanya bentuk ujian akan keimanan seorang Ibrahim. Dimana kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an surat As-Shaffat : 102-109.
Namun di jaman sekarang makna Idul Adha mengajarkan kita bukan untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ibrahim, namun untuk belajar agar kita bisa saling bertoleransi, saling menghormati, dan mengajarkan kita untuk berbagi. Bagi mereka yang diberi kelebihan dalam hidupnya sudah selayaknya untuk iklas, sedikit membaginya kepada mereka yang kurang mampu. Karena bila kita membagi sedikit kepada mereka yang membutuhkan tak akan membuat kita sengsara bahkan Tuhan berjanji akan memberikan kemudahan dan memberikan lebih dari yang kita berikan. Dan sebaiknya sikap ketauladanan ibrahim jangan hanya diamalkan saat momen idul Adha saja namun terapkan di kehidupan sehari-hari agar terjalin keharmonisan. (L)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar