Sejatinya pasangan yang menganggap menikah adalah kewajiban yang pelaksanaannya
harus berdasarkan niat dari dalam hati yang tulus demi ibadah. Mereka
lebih memilih untuk fokus pada semua hal yang baik dan pertimbangan yang
matang ketimbang memikirkan hal buruk yang bisa menimpa mereka
dikemudian hari. Mereka juga tidak merasa perlu dan menganggap penting
perjanjian pra nikah walau sama-sama menggeluti profesi yang sudah
mapan.
Maraknya perceraian membuat banyak pasangan lebih memilih menandatangani perjanjian pra nikah untuk melindungi aset harta yang mereka punya sebelum menikah. Dengan perjanjian pra nikah, pasangan tak akan diributkan dengan urusan harta gono-gini jika mereka memutuskan bercerai dan berakhirnya bahtera rumah tangga di kemudian hari. Yang paling sering adalah pembagian aset, apalagi kalau salah satu pihak merasa penghasilan lebih besar, dia merasa "no no no..., sebelum menikah kamu segini ya, saya sebelum menikah segini ya... Kalau ada pendapatan setelah menikah ya ini yang kita bagi dua.".
Perjanjian pra nikah sendiri sudah lama menjadi perdebatan, karena perjanjian ini berkontribusi memberi energi negatif terhadap pernikahan itu sendiri. Hawatirnya pasangan lebih mudah berkata cerai ketimbang berusaha mempertahankannya. "Kebayang gak ini baru mau menikah tapi sudah menyiapkan kalau kita pisah..., sudah pasti yang terekam dalam alam bawah sadar adalah kita berati akan ada saatnya berpisah yang pasti sudah tidak memberikan energi yang positif.
Ketidak cocokan satu sama lain kerap menjadi alasan seseorang untuk memilih untuk bercerai, usia pernikahan bukan jaminan berlangsungnya rumah tangga yang harmonis. Pada usia pernikahan 5-10 tahun adalah tahap suami istri untuk lebih mengenal dan memahami pasangannya. Namun ternyata memasuki usia pernikahan belasan tahun sikap saling mengenal pasangan belum berhenti, apalagi jika salah satu pasangan mengalami perubahan baik dari segi pendidikan, pekerjaan atau status sosial. Tiap perkawinan manusianya itu berubah gak selalu sama pada awal pernikahan seperti apa, lalu perkembangan dari proses sesudah menjadi suami istri, misal dari segi pekerjaan dari segi pendidikan itu sudah bergulir terus kemudian ada perubahan. Kadang-kadang dengan adanya perubahan pada manusia akibatnya jadi gak cocok dengan pasangannya.
Komunikasi, toleransi dan sikap saling memahami menjadi kata kunci untuk menjaga pernikahan tetap utuh. Namun tak jarang usia pernikahan yang lama membuat komunikasi tak lagi berjalan harmonis, rasa bosan menjalani rutinitas rumah tangga melunturkan rona kebahagiaan rumah tangga sehingga tak lagi menghormati ikatan perkawinan. Persyaratannya adalah merasa masih menghormati gak perkawinan ini...., merasa masih membutuhkan gak dengan perkawinan ini.... Kalau masih ada biasanya mau dengan senang hati mencoba untuk merubah itu semua.
Menyatukan dua insan dengan karakter dan sifat berbeda memang menjadi esensi sebuah pernikahan, selama hidup berumahtangga berjalan permasalahan akan selalu ada. Saling terbuka, penggertian, dan kesabaran hati terus dijaga untuk kelanggengan jalannya pernikahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar