10/11/13

Mahasiswa gak mau Repot

Hari selasa kemaren ada 7 mahasiswa dari universitas negeri di semarang datang ke rumah guna minta izin (ayahku ketua pengurus kampung alias RT makanya minta izinnya ke tempatku) yang ingin mengadakan survai tentang luas bangunan dan pendapatan tiap keluarga di kampungku.
Karena siang ayah masih kerja yang ada hanya ibu, mereka bertanya-tanya sedikit sebelum memberikan segepok formulir yang diberikan kepada ibu untuk di isi. Ibu tak mengerti hanya menerima formulir itu untuk diberikan ke ayah. Aku yang ada di kamar mendengar obrolan langsung keluar namun hanya menemukan ibu dengan kertas-kertas di tangan.
"Ngobrol sama siapa bu" tanyaku saat mendekati ibu.
"Itu tadi ada mahasiswa yang ingin mengadakan survai dan memberikan kertas-kertas ini untuk di isi ayahmu", balas ibu sambil memperlihatkan segepok kertas dalam tangannya.
Lalu aku bertanya kepada ibu, "mana surat pengantar dari universitas...?"
"Wah tadi hanya memberikan kertas-kertas ini, katanya suruh di edarkan untuk di isi dan besok hari minggu mau di ambil", jawab ibu yang memang tidak tahu menahu masalah seperti ini. 
Biasanya memang kalau ada mahasiswa yang ingin survai di kampungku langsung menemui ayah saat pulang kerja.

Segepok formulir yang tersusun rapi itu di taruhnya di meja. Penasaran aku lihat formulir-formulir itu isinya mengenai berapa luas bangunan berapa luas tanah, berapa pendapatan dan pengeluaran per bulan, ya sedikit banyak seperti itu tapi aku melihat kolom dan tulisannya kecil-kecil " kalau ini di edarkan untuk di isi masing-masing individu apa bisa, sedangkan kolomnya kecil-kecil gini apalagi di kampungku rata-rata pendidikan hanya sampai SMU sudah pada tua-pula pastinya susah untuk menulis kecil-kecil" pikirku lalu aku teliti lagi ternyata ada keterangan abjad yang di gunakan untuk mengisi, jadi tidak perlu menulis "tapi apa warga di sini mengerti bagaimana caranya..., berarti nanti ayah pas nyerahin satu persatu ke warga mesti memberitahu bagaimana cara mengisinya waaah susah bener ya.... merepotkan" Masih berkutat dengan pikiranku sendiri.

Dan ternyata benar apa yang aku pikirkan, ayah tidak mau mengedarkan " bila mau survei silahkan tapi jika aku yang hasus mengedarkan dan mendata sorry saja, ini kerjaan mereka kenapa mesti aku yang harus bersusah-susah sedangkan mereka hanya terima jadi". Formulir-formulir itu masih terbendel rapi di meja seperti semula, hingga hari minggu sore mahasiswa-mahasiswa itu datang kerumah dengat niat ingin mengambil hasilnya tapi kecewa yang di dapat hanya formulir kosong dan juga bantahan-bantahan dari ayah. 
"Jika mbak-mbak dan mas-mas mau mengadakan survei di wilayah saya silahkan saya beri izin, dan ini denah warga di RT sini, hanya satu gang ditambah satu baris ke belakang tidak banyak hanya 40an kepala keluarga. Bukannya tidak mau bantu tapi alangkah baiknya jika adik-adik ini langsung terjun ke lapangan biar tahu kondisi sebenarnya ini juga nantinya akan bermanfaat saat adik-adik nanti menjadi pejabat... Jika mau mensurvai sekarang silahkan jika minggu-minggu gini semua ada di rumah tapi jika hari kerja belum tentu adik-adik bisa ketemu masalahnya warga di sini hampir semuanya buruh ada yang masuk pagi, malam bahkan ada juga yang luar kota. Jumlahnya juga tidak banyak, jika di mulai sekarang paling-paling 1 jam juga sudah selesai. Warga disini baik-baik dan saya juga sudah memberi tahu jika akan ada survai..." Dengan omongan ayah 6 mahasiswa itu tidak dapat berkomentar hanya "ooo dan iya-iya" jawaban yang keluar dari mulut mereka, tak ada bantahan hanya ngikut dan menyimak. Tak berapa lama mereka pamitan.

Menurut kalian apa yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa itu dengan tugas-tugasnya yang belum terjamah sama sekali....??! Pastinya pada berpikir jika mahasiswa-mahasiswa itu akan berkeliling mulai mendata satu persatu dari rumah ke rumah iya kan, itu sama dengan perkiraanku... Tetoooot jawaban anda salah besar. Mereka malah pergi gak tau deh entah pulang atau jalan-jalan kagak ngerti tapi tapi tapi....

Jam 8 malam mereka datang lagi ke rumah kali ini hanya ber-5 namun kali ini mereka membawa pak RW, hahahha..... Mungkin gara-gara di tolak lalu mencari dukungan kali ya.
"Begini pak adik-adik ini kesini ingin mengadakan survai dan hanya RT sini saja yang belum mengumpulkan data sama sekali, sekiranya bapak membantu adik-adik ini untuk membuat pendataan buat tugas mereka" kata pak RW yang dianggapnya sebagai pahlawan.
"Saya akan bantu, saya sudah membuatkan denah warga disini dan memberitaku kepada warga saya jika akan ada survai, tinggal mbak-mbaknya ini datang, mereka akan membantu". Bantah ayah saat di sudutkan dengan bapak RW.
"Data yang belum komplit daerah mana saja...." tanya bapak RW kepada mahasiswa
Mahasiswa itu memberikan penjelasan RT mana saja yang belum lengkap menyerahkan formulir yang mereka kasih.
"Apa pak RT mengumpulkan kartu keluarga warga di sini biar adik-adik ini yang mengisi sendiri..." Inisiatif pak RW yang mencoba mencari jalan keluar
"Kalau kartu keluarga saya punya semua tapi ada yang gak lengkap karena ada anggota keluarga yang belum tercantum dalam kartu keluarga (KK), kalau pun saya meminjamkan kk lalu bagaimana dengan data-data yang lain apakah mau di karang sama mbak-mbaknya....," timpak ayah gak mau kalah
"Jika dari tadi sore mbak-mbaknya ini dari sini langsung mendata sekarang saya rasa sudah selesai enggak perlu muter-meter kayak gini..." Lanjut ayah yang tak mau di bodohi mahasiswa-mahasiswa tersebut.
"Kita ada banyak tugas pak, tidak hanya tentang pendataan ini dari tadi pagi saja kita sudah dari daerah-daerah lain mengurusi tugas yang lain dan hingga sekarang belum selesai" salah satu mahasiswa mulai memberikan pembelaan.
"Ya makanya jika dari tadi mbak-mbak sore tadi memulai pasti sekarang sudah selesai, biar mbak-mbak bisa interaksi langsung dengan warga disini. selama ini jika ada mahasiswa mengadakan survai mereka juga langsung terjun sendiri mendatangi warga satu persatu saya hanya memberikan izin dan menunjukkan wilayah RT sini sampai dimana saja." Ayah mulai memperjelas
"Bapak RT bisa bantu mereka...." kata bapak RW yang mash kekeh membela mahasiswa tersebut.
"Saya bantu sebisa saya pak, dengan memberikan izin dan memberikan denah warga disini itu juga sudah membantu tinggal adik-adik ini melakukan pendataan, jka dilakukan dari tadi sekarang juga sudah selesai. Apa sekarang saja mulai mendata paling-paling jam 10 juga sudah selesai" Ayah mulai geram dengan pembicaraan yang muter-muter dari tadi
"Gimana apa mau dimulai sekarang atau gimana terserah adik-adik," lanjut pak RW yang sudah tidak bisa menimpali perkataan ayah. Memang dari sekian banyak RT hanya ayah yang suring membantah perkataan pak RW yang dirasanya tidak pas dan gak logis, makanya itu pak RW sungkan dengan ayah dan jika ada apa-apa pak RW datang ke rumah dan minta pertimbangan ke ayah.
"Ya sudah pak kita mulainya dua minggu lagi saja soalnya senin besok kita sudah mulai UTS". kata mahasiswa dengan pasrah

Dan merekapun pamitan untuk pulang. Setelah mereka berlalu ayah masih emosi dengan mahasiswa-mahasiswa yang enggak mau repot.
"Anakku saja kuliah maunya yang bisa terjun langsung ditawari yang instan tidak mau (kuliah yang asal kuliah masuk boleh enggak juga tidak mengapa, namun sudah ada jaminan mendapatkan ijasah dan gelar) mereka maunya hanya terima jadi bagaimana  nanti. Aku mau di bodohi gak bakalan bisa, walaupun aku tidak sekolah tinggi seperti mereka tapi gak bakalan bisa dikelabuhi anak-anak kecil kaya mereka. Belum jadi apa-apa saja sudah main perintah-perintah apalagi nanti jika sudah jadi pejabat... Aku sudah hapal trik-trik seperti itu, katanya tugas mereka juga membantu pendataan untuk pemerintah, waaah pemerintah yang mana jika untuk kepentingan pemerintah pastinya bukan lewat mahasiswa tapi lewat lembaga yang memang berwenang, data yang mereka perolah nantinya juga akan mereka olah sendiri demi kepentingan kelulusan ataupun nilai tugas mereka bukan untuk pemerintah. Mahasiswa apa itu yang maunya enak tidak mau bersusah-susah hanya ingin terima jadi". Aku hanya mendengarkan dan sekali-kali menimpali omongan ayah yang masih gedek dengan urusan formulir, tapi aku sepaham dengan ayah dulu saja aku mencari data sendiri langsung terjun ke lapangan. Padahal saat itu juga banyak tugas-tugas dari dosen lain dan segera harus dikumpulkan, ya pintar-pintar bagi waktu donk di sela-sela kuliah sekalian ngerjain tugas siang atau sore melakukan pendataan (menunggu petugas datang atau menunggu yang pada pulang kerja bila yang terjun ke masyarakat) malamnya melakukan pengolahan data atau mengerjakan tugas yang belum selesai, bila mengeluh kapan tidurnya itu namanya cemen mahasiswa itu sudah biasa begadang bila ada tugas ataupun saat berkutat dengan skripsi.

Bukannya mahasiswa itu bisa membagi tugas untuk pendataan per wilayah dan membagi-bagi tugas tidak semuanya mesti bareng-bareng bergerombol kaya ayam ngekor induknya saja. Dengan membagi tugas juga lebih cepat selesai, tak perlu menunda siapa yang tidak sibuk dia berangkat mendata biar malam bisa di olah data yang masih mentah itu iya kan...., mengapa mereka tak ada inisiatif begitu, ya mungkin ada sebagian pengurus kampung yang mau-mau saja melakukan pendataan dengan alasan dengan membantu mendata berarti sudah membantu pemerintah. Heloooooo....., jika memang itu dari pemerintah pastinya sudah ada orang-orangnya sendiri dan jika tugas itu di lempar orang lain pastinya ada dana yang keluar untuk mendapatkan data dan setiap data ada harganya, baru tahu kan...., aku juga sebenarnya baru tahu dari ayah.

Intinya jika ingin menjadi mahasiswa yang baik berlakulah baik, kerjakan yang bisa di kerjakan jangan hanya ingin ongkang-ongkang dan kerjaan sudah kelar di hadapan, hidup itu keras bila anda terbiasa bermanja-manja dengan fasilitas maka anda tak akan bisa maju dan bila anda tak terjun ke lapangan anda juga tak akan tahu apa yang terjadi di lapangan bisa-bisa nanti jika menjadi pemimpin hanya akan di bodohi anak buah sendiri. Bagaimanapun kalian adalah generasi penerus bangsa jadilah seseorang yang bukan hanya pintar tapi juga cerdas tidak menggantungkan segala sesuatunya kepada orang lain. Jika tidak turun langsung ke lapangan bagaimana nanti bisa memutuskan sebuah kebijakan apakah tolak ukur hanya ada pada anda seorang tanpa melihat langsung keadaan di lapangan.... wah bisa hancur semuanya. (L)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar