Melihat sebuah mini seri film televisi yang menceritakan perjalanan cinta yang dipersatukan karena nasip merasa di hianati pasangannya, tidak mudah mereka bersatu walau seiring berjalannya waktu timbul perasaan cinta namun mereka sama-sama tak saling menyadari hingga suatu kejadian membuka mata mereka bahwa cinta yang sesungguhnya ada di dekatnya bahkan terlalu dekat. Dan di ujung cerita sebuah pesta pernikahan di gelar dengan gaun yang indah bak putri raja yang ada dalam dongeng-dongeng.
Bukan hanya di sinetron ataupun film, di dunia nyata pun begitu setiap orang yang "mampu" menyelenggaraka pernikahan dengan besar-besaran. Biaya besar, gaun pengantin gelamor, mas kawin yang sangat fantastik dan juga foto priwedding yang tak sembarangan, selalu mencari keserasian dengan pakaian yang indah dan tempat yang terkesan megah semua dengan satu alasan "pernikahan sekali seumur hidup jadi membuatnya terkesan dengan kemeriahan". Apakah harus seperti itu....
Impianku menikah dengan pesta yang bisa berbaur dengan tamu undangan, mahar atau seserahan aku ingin emas batangan (LM) sebuah kamera dan leptop. Alasanku untuk saat ini LM atau logam mulia masih menjadi investasi yang menjanjikan, tidak terkena inflasi seperti mata uang, dan nilainya tiap tahun naik. Untuk membingkai cerita-cerita yang terjadi dalam hidupku kelak, aku ingin mengabadikan dalam sebuah bidikan lensa dan menyimpannya di sebuah tempat yang tak membutuhkan tempat banyak yaitu leptop. Selain untuk menyimpan cerita perjalanan kita nanti laptop juga menjadi sarana untukku menceritakan semuanya. Tahukah jika gambar dan tulisan suatu saat akan bercerita sendiri tanpa bisa direkayasa maupun dikurangi ataupun di tambah. Aku ingin sampai nafas ini berakhir selalu ada coretan yang tertuang dalam diary digital ini.
Sepertinya asik juga memiliki foto prewedding yang tidak biasa. Pernah saat berhayal bersama teman tentang impian ketika menyongsong kehidupan yang baru mengusung konsep yang memakan biaya tak sedikit Itu seh biasa mungkin itu juga menjadi impian hampir semua wanita termasuk temanku ini yang menghayalnya terlalu tinggi. Tapi aku ingin yang beda, dulu waktu kecil menginginkan sebuah pernikahan tanpa keramaian datang ke KUA dan mengadakan syukuran di rumah bersama tetangga-tetangga saja biar uangnya yang buat rame-rame bisa buat DP rumah, karena menurutku yang penting sakral dan aku gak mau menjadi tontonan kaya layar tancap di pajang di muka umum. pernah juga aku berpikir menggelar pernikahan dengan baju pengantin jins belel dan kaos, hahahhaa.... sepertinya belum ada ya konsep semacam ini.
Bila yang lain saat foto prewedding menggunakan baju kebaya yang indah menjuntai tempat yang bagus dengan aksen kota modern dan kelihatan klasik tempat romantis, tapi aku inginnya foto prewedding seperti saat bolang bukan dengan sebuah pelukan tapi tangan yang saling menggenggam seperti bergandengan tangan saat bermain ombak di pantai, menyusuri pasir putih, membantu saat mendaki, berbagi minuman saat sampai puncak, menangkap ikan atau membantu merawat kaktus-kaktus, membantu menyeberang jalan, berdua di depan laptop, atau berdua berburu foto-foto cantik yang ada di alam. Kelihatan norak ya tapi buatku sepertinya itu jauh lebih berkesan karena ada tantangan dan sepertinya unik.
Bukan kemeriahan acara tapi bagaimana kedepannya bisa melalui kehidupan ini bersama-sama dengan kompak saling support dan menjadi partner yang solit tentunya. (L)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar