Bila perempuan jaman sekarang di tanya ingin jadi ibu rumah tangga apa wanita karir mungkin sebagian akan memilih menjadi wanita karir dengan alasan "buat apa sekolah tinggi-tinggi bila hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, kagak sekolah saja bisa" dan ada juga yang beralasan "untuk membantu suami memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin mahal". Semuanya benar dan sah-sah saja apa pun pilihannya. Ibuku juga berpesan "nanti kalau kamu sudah berumah tangga sebisa mungkin kamu tetap kerja, jangan hanya di rumah biar kamu tidak di anggap remeh sama suami, setidaknya kamu punya pegangan uang bisa juga untuk tabungan hari tua, iya kalau anak dan menantu kamu pintar sama kamu kalau enggak gimana yang di minta seh yang baik-baik, biar tidak merepotkan anak. Kalau suamimu nanti pensiunan enak, jika tidak bagaimana.....". Terdiam dan berpikir, alasan yang aneh tapi masuk akal, bisa di maklumi karena terkadang seorang istri yang di tuntut untuk bisa memilah-milah uang untuk membeli segala kebutuhan maupun iuran-iuran bulanan di buat pusing tujuh keliling dengan meroketnya harga kebutuhan sehari-hari, sedangkan uang yang di dapat dari suami segitu-segitu saja tanpa ada kenaikan yang berarti.
Memang benar menjadi seorang ibu hanya seperti naluri, dan aku yakin setiap wanita pasti bisa karena memang sudah kotratnya seperti itu demikian halnya sebagai seorang suami. Namun untuk menjadi orang tua yang baik itu susah, sekolah tinggi juga belum menjamin bisa menghasilkan anak-anak yang baik dan berbudi pekerti luhur.
Namun bukan itu pembahasan aku kali ini namun apakah kalian pernah mengerti kemuliaan tugas seorang ibu...???
Aku weekend kemaren dari pagi hingga sore bersih-bersih rumah dari angkat-angkat barang, mindah dan nguras aquarium, nyapu, ngepel dan itu juga berlanjut hingga hari selasa selepas pulang kerja hanya bersih-bersih rumah yang kebetulan memang debunya mungkin jika digunakan untuk menanam jangung langsung berbuah kali ya saking banyaknya. Maklum saja rumah dalam masa perbaikan yang hingga kini belum selesai, dan hanya bertugas bersih-bersih saja sudah sukses buat beberapa bagian di tubuhku berwarna entah itu kebiru-biruan atau berwarna agak hitam yang menandakan bahwa badan minta di manjakan (baca: pijit). Itu hanya bersih-bersih yang rumahnya juga kagak besar, lalu bagaimana dengan peran ibu....
Sebelum ayam berkokok sudah bangun sibuk di dapur sehingga kita baik ayah, anak dan anggota keluarga yang lain yang tinggal di rumah sudah tau beres dengan tersedianya sarapan di meja makan plus minuman hangat setiap paginya. Ketika sang suami dan si anak sudah berangkat ibu mulai dengan aksinya bersih-bersih rumah, mencuci, setrika, memasak dan kegiatan lainnya untuk membuat rumah menjadi bersih, rapi, dan wangi. Ketika anak sudah pulang sekolah mesti menyiapkan makan, mengajarinya belajar, menemaninya bermain. Dan ketika anggota keluarga sudah bersantai dan beberapa yang lain sudah tertidur sang ibu kadang masih harus beres-beres meja makan sisa makan malam, terkadang masih di mintai tolong suami untuk memijit badan yang pegal-pegal. Apa lagi jika memiliki seorang anak bayi pastinya lebih sibuk lagi dan belum tentu malam bisa tidur nyenyak karena harus menyusui dan mengganti popok.
Ini beda cerita jika masih ada ikut campur seorang ibu (orang tua ibu atau pun mertua) dan pembantu ya jelas tidak serumit itu seenggaknya ada yang sedikit membantu pekerjaan beres-beres rumah.
Ibu pernah bicara "selagi kamu belum punya anak lebih baik puas-puasin untuk memanjakan diri apa yang kamu mau beli beli kalau punya uang, mau main tinggal pergi, karena ketika kamu sudah punya anak ibaratnya mau ke kamar mandi saja susah" kalau yang ini aku percaya 100% karena bila sudah punya anak, apa pun yang menjadi prioritas utama ya si anak (kayak sudah ngerasain punya anak saja). Eeeet jangan salah walaupun aku belum menikah tapi masalah pengeluaran untuk anak kecil sudah pernah aku alami, walaupun tak seberapa seh ya sekedar beli susu dan jajan (dampak kedekatan dengan putra), pernah juga merasakan susahnya menyuruh anak tidur, hingga menyuruh anak untuk diam juga pernah aku rasakan stresnya.
Memang jika sudah berumah tangga apa pun masalahnya sebisa mungkin di pecahkan berdua, dan alangkah lebih baik jika tinggal jauh dari orang tua dan sodara, biar tidak ada ketimpangan. Namun memang seharusnya seorang istri dituntut untuk tetap aktif, jangan hanya mengurusi rumah saja, karena menurut analisaku seorang istri yang bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga itu memiliki pola pikir yang berbeda, dan tingkat kecemburuan seorang ibu rumah tangga akan lebih besar ketimbang seorang wanita karir. Namun terkadang seorang wanita yang sudah berumah tangga dan memutuskan untuk bekerja terkadang salah kaprah untuk menyikapi perannya. Jangan jadikan pekerjaan sebagai alasan untuk membebankan pekerjaan rumah sepenuhnya kepada pembantu ataupun untuk berkeluh kesah ketika mengerjakan pekerjaan rumah. Ketika berada di luar rumah kamu adalah wanita karier namun saat kembali ke rumah tetap saja kembali ke kedudukan semula, menjadi ibu rumah tangga dan tugas utamanya adalah membuat rumah nyaman. Jadi alangkah baiknya bila selain pintar mencari uang juga pintar mengurus rumah.
Tapi bagaimana dengan anak, nah ini yang terkadang seorang wanita karier tidak menyadari bahwasanya kesibukan di luar rumah telah melewatkan banyak momen indah tentang tumbuh kembang buah hatinya. Tak jarang hanya mendengar cerita tentang kepintaran ataupun kenakalan si anak lewat orang lain, dan yang paling meyedihkan lagi bila si anak lebih dekat dengan orang lain ketimbang ibu kandungnya sendiri. Ini masih untung, terkadang ada anak yang takut di dekati oleh ibunya sendiri, miris ya. Ibu yang melahirkan yang katanya punya pertalian yang sangat erat malah tak di kenal sama anak sendiri. Suatu ketika kakak sepupuku juga bilang jika anaknya yang baru 3 bulan sudah mulai belajar ngomong namun kata yang di ucapkan pertama kali bukan mama melainkan eyang, ya itulah anak mama sekarang berubah menjadi anak eyang. Seorang anak juga punya naluri dan kepekaan tersendiri jadi dia bisa menilai mana orang yang sayang, sekedar sayang atau pura-pura sanag. Sebagai wanita harus tau kodrat utamanya dan yang lain itu anggap seperti selingan.
Aku entar juga enggak mau aah hanya mentok jadi ibu RT (rumah tangga) aja, pengen kerja juga tapi bukan kerja di luar rumah namun bekerja dari rumah biar dapat penghasilan namun juga rumah dan keluarga tidak terabaikan. Kan banyak tu usaha-usaha yang dijalanin dari rumah usaha apa lah yang menghasilkan, untuk bantu-bantu suami juga untuk bayar asuransi yang belum lunas, anggap saja menabung buat masa depan anak atau bekal hari tua biar bisa ongkang-ongkang kaki dirumah. hehehehehe.... Lagian biar ada variasinya gitu dan otak bisa tetap berkembang. Bisa ga yaaa...?! Lalu mau usaha apa donk, sedangkan sampai sekarang saja belum ketemu mau usaha apa modal juga belum ada. Gimana modal bisa ngumpul kalau celengan sapi saja kakinya bolong satu
NB: Inspirasi dengan melihat dan mendengarkan dari jarak jauh serta menganalisa dari lingkungan ketika emak-emak lagi pada ngerumpi dan juga dari teman-teman yang sudah pada nikah.
Jangan anggap enteng pekerjaan seorang ibu,
Hanya ibu yang baik lah yang bisa menghasilkan anak-anak yang berkualitas unggul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar