31/03/14

Senandung Lagu Rindu


Di sini dalam ruangan yang sepi dan sendiri, hanya berteman dengan beberapa monitor dan deretan pesawat telepon. Alunan lagu-lagu lama terdengar dari ruangan sebelah. ...Cinta sejati, hampa, tak pernah padam-sandi sandoro,....
Mendengar tiap bait lirik yang terucap ditambah penjiwaan dari si penyanyi sukses menyayat-nyayat hati ini. Mendengarkan lagu-lagu ini membuat hati ini benar-benar sakit, sangat sakit hingga air mata menetes dengan sendirinya tanpa aku sadari.
.....
Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana selalu rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu.
......
Mencoba bertahan sekuat hati
layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapan ku harus
Menanggungnya kutukan cinta ini
........

Ya Allah, alunan lagu hampa dilanjut dengan manusia bodoh yang diputar berulang-ulang sangat-sangat menyiksaku. Peluk aku Tuhan, tak ingin aku mengulang kejadian yang sama seperti setahun yang lalu, kuatkan aku Tuhan hanya berkahmu yang aku inginkan. Aku rapuh saat ini, tak tau meski berbuat apa semuanya tertinggal bersamanya.

Berusaha tegar dan tak memikirkannya namun hingga saat ini aku belum bisa lakukan. Ya seperti setahun yang lalu, masih banyak air mata yang terbuang untukmu. Manusia bodoh...., sepertinya ditujukan untukku. Manusia yang memiliki akal pikiran namun tak bisa menggunakannya dengan maksimal, rela tersiksa demi sebuah rasa yang belum tentu berpihak padaku.

Bisa gak kita bertukar tempat agar kau juga bisa merasakan apa yang aku rasakan ketika tanpamu. Memang aku tak ada hak apa pun atasmu namun apakah kau sudah mati rasa hingga tak mau tau tentangku lagi....

Tuhan peluk aku saat ini, tolong ijinkan aku untuk bersandar, aku lelah bahkan terlalu lelah hingga untuk melihat ke depanpun aku tak sanggup. Apakah memang seperti ini rasanya cinta, seperti coklat yang selalu membuatku pusing bila memakannya. Namun begitu, kini aku mencoba untuk memakannya walaupun dengan resiko yang sudah aku ketahui tapi ini..., aku tak tau bila ujung-ujungnya seperti ini dan berulang-berulang lagi.

Inilah aku manusia bodoh yang terlalu banyak menggantungkan harapan indah tak pernah sedikitpun berpikir bahwa harapan itu pulalah yang akan menyakitiku pelan-pelan. Terlalu polos dan lugu hingga menjadi bodoh. Manusia yang terbunuh dengan rasa nyaman yang sebenarnya semu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar