Perjalanan
Dari pada lebil lama mendengar ceramah dari ibu, segera saja motor melaju menuju ke kios majalah yang sudah menjadi langganan. Lumayan jauh juga seh sebenarnya jaraknya dari rumah panas pula tapi demi artis idola tak apalah. Apalagi episode bulan ini ada bonus poster gede dan note book makanya mesti buru-buru dapat daripada malah kehabisan. Padahal mendapat bonus poster gede juga enggak pernah di pajang atau di tempel di tempok karena memang sebenarnya tidak suka dengan hal-hal macam itu setelah dulu pernah dinding kamar tertempel poster gede penyanyi idola namun karena kamar mau di cat ulang dan poster-poster itu mesti di copot agar dindingnya nantinya tidak belang namun karena sudah tertempel erat poster itu pun sobek walaupun bukanya sudah pelan dan superhati-hati, rasanya ingin nangis juga seh pas tau tapi enggak sampai tumpah tu tetesan embun di siang bolong dan sejak saat itu tak pernah lagi nempel-nempel poster idola di dinding.
majalah yang biassa aku beli ini tak semua kios menjualnya, hanya kios besar yang menjual banyak majalah dan koran saja yang jual mungkin karena harganya agak sedikit mahal (kurang lebih dua kali harga majalah remaja yang lagi tran saat itu) bila dibanding majalah-majalah remaja kali ya takut kalau tidak laku.
"Ibuuuu majalahnya sudah datang ?!" Suaraku mulai menggema setibanya di kios majalah yang sudah menjadi langgganan.
"Belum, dari agennya juga masih kosong" Jawab ibu penjual yang hingga saat ini belum aku ketahui namanya yang sudah hapal dengan majalah yang aku maksud.
"Kan biasanya tanggal 8an datangnya ".
"Iya, biasanya gitu tapi tadi pagi bapak (suaminya yang kadang ikut bantu jaga kios) tanya ke agen katanya massih kosong. Mugkin dari pabrik pemasarannya juga terlambat makanya sampai sekarang belum ada."
"Walaaaah...." Dengan rasa sedikit kecewa mendengar jawaban si ibu penjual.
Sudah bela-belain kesini malah kagak ada. Sambil melihat-lihat tabloid, majalah, koran yang terpampang di kios siapa tau ada yang menarik. Namun sepertinya tidak ada yang menarik dan beberapa diantaranya majalah lama yang sudah aku miliki..
"Itu sebelah sana majalah baru"
"Yang mana bu, ini ya..." Sambil menunjuk ke majalah yang sepertinya dimaksudnya.
"Iya yang itu, ada bonus stiker di dalamnya."
"Sudah punya"
Waktu masih sekolah kalau beli majalah kadang gila-gilaan bisa sekali beli sampai 3 majalah hingga uang jajan 1 minggu bisa habis, terkadang sampai bobol celengan sapi hanya untuk membeli majalah yang ada liputan tentang penyanyi idola yang saat itu mengidolakan boy band westlife.
"Ya udah bu nanti saja kalau majalahnya sudah datang kesini lagi. Kira-kira datangnya kapan ya ?" Tanyaku yang masih penasaran dengan majalah yang ingin aku beli.
"Wah gak bisa mastiin kapan datangnya karena dari agennya juga belum ada berita."
"Mari bu..." Dengan sedikit rasa kecepa aku pun beranjak pergi meninggalkan kios
"Iya mari mbak" jawab ibu itu yang aku dengar hampir bebarengan dengan suara motor yang aku starter.
Saat perjalanan pulang di tengah perjalanan yang jalannya agak sempit tapi masih muat jika digunakan untuk berpapasan dengan mobil, jalan raya yang tidak begitu ramai. Di depanku ada sebuah mobil yang jalannya pelan, aduh gak sabar pengen nyalip tapi agak ragu mengingat di depan ada lubang yang lumayan besar dan juga ada kendaraan dari arah berlawanan lagi banyak, mungkin lampu merah di perempatan yang ada di depan sana lagi hijau. Setelah agak sepi niat untuk menyalip sekali lagi terlintas, sambil mencari waktu yang pas. Aku sudah membunyikan klakson dan tak lupa menyalakan reting agar mobil di depan memberi sedikit jalan ah sepertinya pas mengingat dari arah berlawanan ada juga mobil yang di belakangnya juga ada sebuah motor yang jalannya agak ke kanan sepertinya juga ingin menyalip mobil yang ada di depannya. Namun pada saat mau nyalip mobil yang ada di depanku tiba-tiba dari arah berlawanan motor yang tadi ada di belakang mobil juga ikutan menyalip dan breeeeeees.....
Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba saja motorku sudah tersungkur dan aku pun juga ikut-ikutan jatuh dengan posisi terduduk dengan kaki kiri sedikit tertimpa body motor dan telapak kaki kanan sepertinya tersangkut pijakan motor. Rasa terkejut hanya bisa membuatku terdiam, tengak tengok tidak ada mobil atau pun motor yang melintas hanya melihat seorang bapak-bapak setengah baya menggunakan kaos putih polos tipis dengan cepala pendek sedang mengambil sandal dan spion sebelah kanan yang patah sepertinya sendalnya juga putus. Sedikit buru-buru segera saja mencoba memberdirikan motornya yang terguling sambil memegangi spion dan sendal jepit yang sudah putus mencoba menstarter motornya. Motor merah yang sepertinya keluaran lama tahun 80an generasi sesudah BMW (Bebek Merah Warnanya).
Dengan sangat tergesa-gesa dia segera menstarter motornya walau agak susah sepertinya, tanpa menengok ke arahku sama sekali. Mungkin takut dimintain ganti rugi dan pertanggung jawaban kali ya. Anehnya lagi aku tak segera berdiri masih dengan posisi terduduk melihat bapak itu pergi, tapi sempat menggerakkan kaki kananku yang terjepit pedal rem belakang. Aku mulai mencoba untuk berdiri, mencoba menggeser kaki yang kiri yang agak tertimpa stang motor dan meluruskan kaki kanan yang tersangkut. Tanpa aku sadari ada seorang laki-laki muda yang menghampiriku entah dia dari arah mana datangnya.
"Mbak gak kenapa-kenapa.....?"
"Bisa jatuh begini bagaimana ceritanya....." Tanya pria itu sambil mencoba mengangkat motorku yang masih terjatuh.
"Tadi di tabrak bapaknya itu." Sambil melihat ke arah belakangku yang tidak ada ada motor lewat, bapak yang tadi pun sudah tidak terlihat.
Di depan motorku aku melihat sebuah motor yang terparkir mungkin ini motor tu cowok. Pria itu mencoba menuntun motorku ke pinggir agar tidak mengganggu pengendara yang lain tapi susah, motor tidak bisa digerakkan. Pria itu mencoba mencari-cari apa gerangan penyebab motor tidak mau bergerak dari tempatnya jatuh, sedikit berjongkok mengamati bagian bawak motor dengan tangan masih memegangi stang dan pegangan belakang agar tidak terjatuh. Aku hanya berdiri di sisi sebaliknya dan melihat dengan seksama apa yang dilakukan pria itu, sambil emmegangi motor juga. Beberapa motor dan mobil lewat dan melihat ke arah kami, mungkin karena takkut nabrak karena kami masih berada di tengah jalan ada beberapa pengendara yang lewat membunyikan klakson tanda agar kami menyingkir.
Dengan mengerahkan kekuatan penuh pria itu mengotak atik rem agar tidak mepet dengan ring ban sehingga bisa jalan dan berhasil motorpun bisa dibawa ke pinggir.
"Ini rem belakangnya 'gepok', mbak " masih sambil mencoba meluruskan pedal rem yang lurus sejajar pijakan.
Akibat dari tabrakan tadi, mungkin karena terlalu kencang benturannya sehingga tuas rem belakang yang seharusnya agak melengkung ke atas berbaris rapi di depan pijakan ini malah lurus sejajar dengan pijakan.
"Mbak dari mana mau kemana.....?"
"Dari sana mau pulang " Sambil menunjuk arah yang sudah aku lewati.
"Sampai kayak gini, mbaknya enggak apa-apa...?!" Sambil melihat lekat-lekat ke arahku
"Enggak."
"Sampai kaya gini " komentar pria itu ketika masih mencoba merenggangkan rem agar bisa berjalan.
"Trus bagaimana mas " Tanyaku kepada pria itu karena aku juga tidak tau harus berbuat apa
"Bawa ke bengkel saja mbak, biar di benerin " Sepertinya pria itu mulai menyerah. berdiri dan melihat ke arahku.
"Sini bengkel terdekat mana " Dengan wajah entah polos atau linglung yang tidak bisa hafal jalan dan jarang memperhatikan keadaan sekeliling.
"Depan sana ada, mbaknya lurus nanti ada pertigaan lampu merah mbaknya belok kiri langsung berbalik arah saja. Dekat asrama depan sana." Pria itu menjelaskan sambil menggerakkan tangan sesuai keterangan yangh diberikannya.
"Tapi motornya bagaimana..."
"Ini sudah bisa jalan tapi pelan-pelan saja masalahnya remnya masih 'gepok', buat jalan sudah bisa kalau cuma sampai bengkel depan."
"Makasih mas sudah di bantu, mari mas " Sambil menstarter motor.
"Iya mbak, pelan-pelan saja jalannya."
"Iya mas, makasih. Mari mas " Sambil mengangguk lalu berlalu meninggalkan pria itu.
Motor jalannya berasa aneh, sudah di gas tapi jalannya masih pelan dan karena pedal remnya masih menyamping sejajar pijakan maka kakiku juga agak menyamping mengikuti arah tuas rem itu berada. Berjalan mengandalkan rem depan kalau begini ceritanya.
BERSAMBUNG...
majalah yang biassa aku beli ini tak semua kios menjualnya, hanya kios besar yang menjual banyak majalah dan koran saja yang jual mungkin karena harganya agak sedikit mahal (kurang lebih dua kali harga majalah remaja yang lagi tran saat itu) bila dibanding majalah-majalah remaja kali ya takut kalau tidak laku.
"Ibuuuu majalahnya sudah datang ?!" Suaraku mulai menggema setibanya di kios majalah yang sudah menjadi langgganan.
"Belum, dari agennya juga masih kosong" Jawab ibu penjual yang hingga saat ini belum aku ketahui namanya yang sudah hapal dengan majalah yang aku maksud.
"Kan biasanya tanggal 8an datangnya ".
"Iya, biasanya gitu tapi tadi pagi bapak (suaminya yang kadang ikut bantu jaga kios) tanya ke agen katanya massih kosong. Mugkin dari pabrik pemasarannya juga terlambat makanya sampai sekarang belum ada."
"Walaaaah...." Dengan rasa sedikit kecewa mendengar jawaban si ibu penjual.
Sudah bela-belain kesini malah kagak ada. Sambil melihat-lihat tabloid, majalah, koran yang terpampang di kios siapa tau ada yang menarik. Namun sepertinya tidak ada yang menarik dan beberapa diantaranya majalah lama yang sudah aku miliki..
"Itu sebelah sana majalah baru"
"Yang mana bu, ini ya..." Sambil menunjuk ke majalah yang sepertinya dimaksudnya.
"Iya yang itu, ada bonus stiker di dalamnya."
"Sudah punya"
Waktu masih sekolah kalau beli majalah kadang gila-gilaan bisa sekali beli sampai 3 majalah hingga uang jajan 1 minggu bisa habis, terkadang sampai bobol celengan sapi hanya untuk membeli majalah yang ada liputan tentang penyanyi idola yang saat itu mengidolakan boy band westlife.
"Ya udah bu nanti saja kalau majalahnya sudah datang kesini lagi. Kira-kira datangnya kapan ya ?" Tanyaku yang masih penasaran dengan majalah yang ingin aku beli.
"Wah gak bisa mastiin kapan datangnya karena dari agennya juga belum ada berita."
"Mari bu..." Dengan sedikit rasa kecepa aku pun beranjak pergi meninggalkan kios
"Iya mari mbak" jawab ibu itu yang aku dengar hampir bebarengan dengan suara motor yang aku starter.
Saat perjalanan pulang di tengah perjalanan yang jalannya agak sempit tapi masih muat jika digunakan untuk berpapasan dengan mobil, jalan raya yang tidak begitu ramai. Di depanku ada sebuah mobil yang jalannya pelan, aduh gak sabar pengen nyalip tapi agak ragu mengingat di depan ada lubang yang lumayan besar dan juga ada kendaraan dari arah berlawanan lagi banyak, mungkin lampu merah di perempatan yang ada di depan sana lagi hijau. Setelah agak sepi niat untuk menyalip sekali lagi terlintas, sambil mencari waktu yang pas. Aku sudah membunyikan klakson dan tak lupa menyalakan reting agar mobil di depan memberi sedikit jalan ah sepertinya pas mengingat dari arah berlawanan ada juga mobil yang di belakangnya juga ada sebuah motor yang jalannya agak ke kanan sepertinya juga ingin menyalip mobil yang ada di depannya. Namun pada saat mau nyalip mobil yang ada di depanku tiba-tiba dari arah berlawanan motor yang tadi ada di belakang mobil juga ikutan menyalip dan breeeeeees.....
Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba saja motorku sudah tersungkur dan aku pun juga ikut-ikutan jatuh dengan posisi terduduk dengan kaki kiri sedikit tertimpa body motor dan telapak kaki kanan sepertinya tersangkut pijakan motor. Rasa terkejut hanya bisa membuatku terdiam, tengak tengok tidak ada mobil atau pun motor yang melintas hanya melihat seorang bapak-bapak setengah baya menggunakan kaos putih polos tipis dengan cepala pendek sedang mengambil sandal dan spion sebelah kanan yang patah sepertinya sendalnya juga putus. Sedikit buru-buru segera saja mencoba memberdirikan motornya yang terguling sambil memegangi spion dan sendal jepit yang sudah putus mencoba menstarter motornya. Motor merah yang sepertinya keluaran lama tahun 80an generasi sesudah BMW (Bebek Merah Warnanya).
Dengan sangat tergesa-gesa dia segera menstarter motornya walau agak susah sepertinya, tanpa menengok ke arahku sama sekali. Mungkin takut dimintain ganti rugi dan pertanggung jawaban kali ya. Anehnya lagi aku tak segera berdiri masih dengan posisi terduduk melihat bapak itu pergi, tapi sempat menggerakkan kaki kananku yang terjepit pedal rem belakang. Aku mulai mencoba untuk berdiri, mencoba menggeser kaki yang kiri yang agak tertimpa stang motor dan meluruskan kaki kanan yang tersangkut. Tanpa aku sadari ada seorang laki-laki muda yang menghampiriku entah dia dari arah mana datangnya.
"Mbak gak kenapa-kenapa.....?"
"Bisa jatuh begini bagaimana ceritanya....." Tanya pria itu sambil mencoba mengangkat motorku yang masih terjatuh.
"Tadi di tabrak bapaknya itu." Sambil melihat ke arah belakangku yang tidak ada ada motor lewat, bapak yang tadi pun sudah tidak terlihat.
Di depan motorku aku melihat sebuah motor yang terparkir mungkin ini motor tu cowok. Pria itu mencoba menuntun motorku ke pinggir agar tidak mengganggu pengendara yang lain tapi susah, motor tidak bisa digerakkan. Pria itu mencoba mencari-cari apa gerangan penyebab motor tidak mau bergerak dari tempatnya jatuh, sedikit berjongkok mengamati bagian bawak motor dengan tangan masih memegangi stang dan pegangan belakang agar tidak terjatuh. Aku hanya berdiri di sisi sebaliknya dan melihat dengan seksama apa yang dilakukan pria itu, sambil emmegangi motor juga. Beberapa motor dan mobil lewat dan melihat ke arah kami, mungkin karena takkut nabrak karena kami masih berada di tengah jalan ada beberapa pengendara yang lewat membunyikan klakson tanda agar kami menyingkir.
Dengan mengerahkan kekuatan penuh pria itu mengotak atik rem agar tidak mepet dengan ring ban sehingga bisa jalan dan berhasil motorpun bisa dibawa ke pinggir.
"Ini rem belakangnya 'gepok', mbak " masih sambil mencoba meluruskan pedal rem yang lurus sejajar pijakan.
Akibat dari tabrakan tadi, mungkin karena terlalu kencang benturannya sehingga tuas rem belakang yang seharusnya agak melengkung ke atas berbaris rapi di depan pijakan ini malah lurus sejajar dengan pijakan.
"Mbak dari mana mau kemana.....?"
"Dari sana mau pulang " Sambil menunjuk arah yang sudah aku lewati.
"Sampai kayak gini, mbaknya enggak apa-apa...?!" Sambil melihat lekat-lekat ke arahku
"Enggak."
"Sampai kaya gini " komentar pria itu ketika masih mencoba merenggangkan rem agar bisa berjalan.
"Trus bagaimana mas " Tanyaku kepada pria itu karena aku juga tidak tau harus berbuat apa
"Bawa ke bengkel saja mbak, biar di benerin " Sepertinya pria itu mulai menyerah. berdiri dan melihat ke arahku.
"Sini bengkel terdekat mana " Dengan wajah entah polos atau linglung yang tidak bisa hafal jalan dan jarang memperhatikan keadaan sekeliling.
"Depan sana ada, mbaknya lurus nanti ada pertigaan lampu merah mbaknya belok kiri langsung berbalik arah saja. Dekat asrama depan sana." Pria itu menjelaskan sambil menggerakkan tangan sesuai keterangan yangh diberikannya.
"Tapi motornya bagaimana..."
"Ini sudah bisa jalan tapi pelan-pelan saja masalahnya remnya masih 'gepok', buat jalan sudah bisa kalau cuma sampai bengkel depan."
"Makasih mas sudah di bantu, mari mas " Sambil menstarter motor.
"Iya mbak, pelan-pelan saja jalannya."
"Iya mas, makasih. Mari mas " Sambil mengangguk lalu berlalu meninggalkan pria itu.
Motor jalannya berasa aneh, sudah di gas tapi jalannya masih pelan dan karena pedal remnya masih menyamping sejajar pijakan maka kakiku juga agak menyamping mengikuti arah tuas rem itu berada. Berjalan mengandalkan rem depan kalau begini ceritanya.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar