27/07/14

Menjelang Lebaran


Hari ini hari terakhir puasa dan juga menjadi hari tersibuk untuk sebagian ibu-ibu yang mempersiapkan hidangan lebaran serta hari terkompak senusantara karena hampir di setiap rumah menu masakannya sama opor ayam dan sambal goreng tak ketinggalan kupat atau lontong.

Pagi-pagi ibu sudah ribut untuk diantar ke pasar berbelanja ketupat, memang seh sudah menjadi perjanjian semalam untuk ke pasar pagi ini untuk menghindari ramai dan agar bahan-bahan segera bisa di olah biar cepat selesai dan secepatnya juga bisa dinikmati, tentunya setelah berbuka puasa.

Benar saja jam 6 pagi, pasar sudah dibanjiri ibu-ibu jalan menuju pasar sudah di tutup dijadikan searah guna menghindari kemacetan karena jalan yang hanya pas untuk berpapasan mobil. Di pinggir jalan, tepatnya di emper-emper kios sudah berderet-deret pedagang musiman yang menjual ketupat. Berbekal janur (daun kelapa) satu persatu mereka rangkai menjadi selongsong ketupat, gesit tanpa melihat pun selongsong ketupar sudah teranyam dengan rapi. Tak hanya ketupat mereka juga menjual kelapa, pisang dan ada juga yang menjual ayam. Beberapa minggu terakhir harga ayam melonjak tinggi, mungkin karena kurangnya pasokan sedangkan permintaan berlebih (hukum ekonomi). 

Nungguin ibu ngubek pasar, iseng memperhatikan penjual ketupat yang lagi asik menunggu pelanggan sambil menganyam ketupat, sepertinya mudah cuma blesek.., blesek.., blesek sudah jadi. Kali ini nunggu kagak sampai ngelumut, ibu hanya beli beberapa bahan saja karena yang lain sudah nitip penjual sayur yang biasa lewat di depan rumah. Dan sekarang waktunya bercengkrama dengan panci dan penggorengan. Dua orang lebih baik dari pada sendirian, kerjasama membagi pekerjaan memasak menu andalan lebaran. Enggak sampai sore sayur sudah matang demikian juga dengan ketupat.

Waktu buka pun tiba, berbuka hari terakhir di bulan ramadan. Menu buka yang berbeda dari hari-hari kemaren karena tak ada gorengan, di meja hanya ada kue-kue kering. Hanya segelas teh hangat cukup mengenyangkan juga.

Suara petasan mulai bersahut-sahutan, seperti tahun baru dimana-mana menyalakan kembang api. Bagus seh dilihatnya kembang api warna-warni diantara lampu-lampu kota. Tapi seperti ada yang hilang, ini bukan karena ramadan yang sudah berlalu tapi karena ingat .... Aneh selalu saja di otak keluar kata "andai", sudahlah ga usah di bahas yang satu ini :)

Sementara di mushola tak kalah meriahnya gema takbir mulai berkumandang dan terlihat beberapa orang datang ke mushola untuk menyerahkan zakat sedangkan anak-anak kecil sudah mulai sibuk lebih kearah ribut dengan takbir kelilingnya. Berebut obor yang digunakan sebagai penerangan dan beberapa acecoris komplit dengan lampion-lampion yang akan diusung selama perjalanan berkeliling.

Tetangga belakang rumah, menyalakan kembang api entah berapa doit yang sudah dihabiskan untuk belanja kembang api. Sekali-kali tak mengapa lah sekedar ikut andil merayakan yang katanya menjadi hari kemenangan ini.


Selamat Merayakan 
HARI RAYA IDUL FITRI
Mohon Maaf Lahir dan Batin buat semuanya.


* Awas koletrol dan diabet, jangan kalap dengan hidangan-hidangan yang enak-enak di hari lebaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar