02/09/14

Berikan Penghormatanmu Kawan

Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita

Masih pada hafalkah dengan lagu ini?

Lagu yang melekat dengan bulan agustus. Perayaan kemerdekaan 17 agustus tahun ini jatuh pada hari minggu. Biasanya hari minggu identik dengan acara rekreasi keluarga, jalan yang sepi dari anak sekolah dan televisi yang dipenuhi dengan acara kartun kesukaan anak-anak. Kali ini beda, acara televisi di selingi siaran langsung upacara bendera, dari pagi sepanjang jalan ramai dengan anak sekolah dan juga pegawai negeri sipil (PNS) yang mangikuti upacara bendera, bahkan di lapangan atau alun-alun utama di pusat kota pun tak luput dari penutupan jalan karena digunakan upacara bendera hari kemerdekaan.

Sedikit obsesi yang dari dulu ada yaitu pada hari kemerdekaan melakukan pendakian dan pada jam 10 tepat berada di puncak, seperti ketika Pak Karno yang membacakan teks proklamasi kemerdekaan dikala itu. Meskipun bukan sebuah pendakian namun cukup lah untuk mengukir sejarah dalam hidupku di puncak Suroloyo, kalaupun pergi muncak juga aku tak yakin sanggup. Mengingat alergi dingin yang belum sepenuhnya sembuh. Sebenarnya di ajak muncak pas tanggal 17 ke Prau-Dieng tapi aku masih belum punya keberanian.
Dan di hari kemerdekaan tahun ini merayakannya di puncak Suroloyo-kolon progo Yogyakarta. Memang pemandangan yang tersaji begitu memukau, namun di sisi lain aku melihat kayu bakar dengan abu, dan yang bikin aku tertegun adalah kain berwarna merah putih yang tergeletak ada di antara tumpukan kayu dan sepertinya kain itu habis terbakar. Saking ga percayanya aku sempat bertanya "itu bendera bukan seh..." Pertanyaan itu aku lontarkan tak hanya sekali melainkan berulang-ulang sambil melihat lebih dekat apakah benar kain yang terbakar itu bendera atau bukan. Tak berani menduga-duga bendera itu tak sengaja terbakar atau memang sengaja dibakar dan kejadiannya kapan pun entah siapa juga yang tau bisa jadi semalam atau bisa juga hari-hari sebelumnya.

Sangat disayangakan, mengapa mereka tak mengingat bagaimana pendahulu kita memperjuangkan, mempertahankan bendera itu hingga berkorban nyawa dan keluarga. Bagaimana mereka merebut kemerdekaan, mengusir penjajah dari bumi pertiwi. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya" dimana jiwa nasionalisme itu berada, sedangkan kita hidup, mencari nafkah dan tinggal di negara Indonesia di bawah naungan Pancasila namun apakah ini balasan dari sebuah pengorbanan dengan merah putih yang tergeletak di antara tumpukan kayu dengan bekas terbakar yang nampak jelas...

Hai coba tanya pada diri sendiri "apa yang sudah kita berikan kepada negara"

Apakah benar jiwa nasionalisme anak muda sekarang sudah mulai luntur, jika benar jangan salahkan bangsa lain yang mengklaim apa yang kita miliki bila sang pemilik saja tak bisa merawat dan menjaga. Dengan semangat '45 mari kita bersatu membangun negara ini agar kembali jaya dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Jangan malah mudah terprofokasi dan kemakan isu yang belum tentu benar, yang lebih parah hanya bisa tergilas mode dari negara lain.

Saatnya kita bangkit dan bersatu "Bhineka Tunggal Ika" meskipun berbeda-beda tetap satu jua, kita bersodara satu Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar