"Sampaikapan kamu begini, waktumu akan terbuang sia-sia. Iya kalau dia kembali, kalau dia disana sudah punya anak istri bagaimana..."
Aku tak pernah bisa bercerita tentang apa yang terjadi pada diriku secara gamblang dan terperinci pada siapa pun kecuali padanya, mungkin karena ini juga teman yang sedikit banyak tau tentangku dan mengetahui keadaanku yang seperti ini tak henti-hentinya mencoba membuka mata dan pikiranku memperlihatkan kenyataan, seakan berkata "ini harus diakhiri, hidupmu masih panjang, masih banyak impian-impianmu yang belum terwujud" aku tau itu dan sepenuhnya sadar bahwa hidupku harus terus berjalan dan sudah seharusnya melompat ke zona lain yang lebih menantang.
Mungkin buat sebagian orang ini mudah saja tinggal menutup lembaran lama dan memulai menulis kisah-kisah baru yang sangat teramat manis melebihi permen lolipop kesukaan anak kecil. Tapi apakah kau tau kejadian yang sebenarnya..., aku dulu juga berpikiran praktis sepertimu tapi kini pikiran-pikiran itu perlahan memudar, karena tak bisa segala hal hanya dilihat dari satu sisi cobalah memposisikan di tempat yang seharusnya.
Silahkan saja kau menilaiku seperti apa, aku tak marah bahkan jika dalam hal ini mau menyebutku bodoh pun aku terima. Tapi tolong hargai juga keputusanku, aku bukan diam termangu tak berbuat apa-apa, asal kau tau hingga detik ini aku masih bertarung dengan diriku sendiri. Meskipun keyakinanku mengatakan jika dia masih sama seperti dulu, namun kalau pun dia ingkar biarkan saja, aku tak akan menyalahkan ataupun menghakiminya mungkin itu memang yang terbaik bagi dirinya. Aku tak marah, aku hanya ingin membebaskan diri mengontrol perasaanku secara perlahan karena aku sudah jatuh terlalu dalam jadi tak bisa serta merta langsung berlari, aku tak bisa. Biarkan aku melewati fase penyembuhan dengan sendirinya biar tak ada bekas goresan yang berarti itu saja.
Bisa mengenalnya saja sudah menjadi satu anugrah terindah buatku, jadi apa juga yang mesti aku tuntut apa yang mesti aku sesali. Ga ada, semuanya baik-baik dan dia hingga detik ini juga masih seperti malaikat yang tak ada kekurangan sekecil apa pun dimataku meskipun berkali-kali aku coba mencari hingga kedalam hal terkecil sekalipun tapi aku tak temukan yang bisa menjadi alasan membencinya. Bila dia memang sudah bahagia dengan yang lain, mungkin memang sudah seharusnya begitu. Namun bila dia benar-benar pemilik tulang rusuk ini suatu saat jika waktunya tepat juga akan datang. Aku percaya itu. (24 agt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar