Ya sudahlah, mungkin waktu itu memilih keputusan yang salah namun itulah hati, tak selayaknya aku menuntut atau menyalahkan karena memang 100% aku yang salah. Hingga kini belum bisa menuruti apa omongan bapak untuk mengontrol perasaanku sendiri hingga mudah terombang-ambing apalagi sering terlihat bodoh dengan gampangnya termakan orang-orang yang pandai bermain sandiwara dengan memasang wajah iba.
Bukan saatnya untuk penyesalan yang berlarut-larut karena itu juga tiada guna, harusnya bisa mengambil hukmah dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah aku perbuat sebelumnya. Terima kasih untuk semua yang sudah hadir dalam kehidupanku dan mengajakku belajar, memahami dan mengingatkan yang menjadikanku kuat dan mencambukku untuk terus maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar