Tempat ini tak lagi sama, bahkan berbeda banget dengan yang dulu. Tak ada lagi rumah kayu berdinding gedeg, tak ada lagi rentetan pohon jati yang daunnya berserakan mengotori pekarangan, tanaman sayur dan buah di pekarangan rumah.
Meskipun sudah berbeda namun bila melihatnya masih terlihat dengan jelas kenangan masalalu. Masa kanak-kanak dengan kegembiraan saat berkeliling di rumah simbah menggunakan simbah ataupun bermain petak umpet. Masih ingat letak masing-masing tanaman dan pohon yang dulu menjadi target untuk menjadi mainan. Mencari buah mangga, mencari undur-undur di sekitar dinding rumah simbah, mengambil daun dan bunga untuk mainan, masih terdengar dengan jelas suara sapi milik tetangga yang dulu sering aku dan adik-adik datangi sebagai hiburan dan juga suara pohon bambu yang saling beradu terkena angin.
Orang kota yang ga pernah lihat sapi, sekali lihat terlihat katronya. Hahahahaa.... sampai-sampai ga mau di ajak pulang. Secuil kenangan yang masih terekam dengan baik di otak. Masa yang sudah berlalu, yang sekarang hanya bisa mengingat dan merekam jejaknya untuk memulihkan ingatan akan cerita masalalu. Sekedar menaiki sepeda 'kebo' simbah dan berkeliling rumah menerabas kebun sampai kena marah bapak karena tanamannya rusak tergilas roda sepeda dan terinjak kaki. Mengingat kenangan masa lalu yang mengagumkan.
Rumah simbah yang membelakangi jalan menjadi ciri rumah pada jaman dahulu (menghadap ke selaran). Dan rumah simbah dari dulu sampai simbah meninggal pun masih sama, sama sekali ga ada perubahan paling juga cuma ganti dinding gedeg yang sudah lapuk dimakan rayap. Bahkan lantainya pun masih tanah. Kesederhanaan di era milenial. Simbahku cakep lho, yang terekam di otakku meskipun beliau sudah sepuh tapi tetap ketampanan dan karismanya ga memudar, apa lg pas bawa sepeda terlihat gagah tapi imut.
Kini sekitar rumah simbah sudah rame karena samping dan belakang rumah sudah ada sekolah.
Terlalu banyak perubahan dalam perjalanan hidupku, namun cerita-cerita itu akan tersimpan selamanya di dalam otakku, bila ingatanku memudar termakan usia maka coretanku inilah yang samar akan bercerita.(24/10/18)
Meskipun sudah berbeda namun bila melihatnya masih terlihat dengan jelas kenangan masalalu. Masa kanak-kanak dengan kegembiraan saat berkeliling di rumah simbah menggunakan simbah ataupun bermain petak umpet. Masih ingat letak masing-masing tanaman dan pohon yang dulu menjadi target untuk menjadi mainan. Mencari buah mangga, mencari undur-undur di sekitar dinding rumah simbah, mengambil daun dan bunga untuk mainan, masih terdengar dengan jelas suara sapi milik tetangga yang dulu sering aku dan adik-adik datangi sebagai hiburan dan juga suara pohon bambu yang saling beradu terkena angin.
Orang kota yang ga pernah lihat sapi, sekali lihat terlihat katronya. Hahahahaa.... sampai-sampai ga mau di ajak pulang. Secuil kenangan yang masih terekam dengan baik di otak. Masa yang sudah berlalu, yang sekarang hanya bisa mengingat dan merekam jejaknya untuk memulihkan ingatan akan cerita masalalu. Sekedar menaiki sepeda 'kebo' simbah dan berkeliling rumah menerabas kebun sampai kena marah bapak karena tanamannya rusak tergilas roda sepeda dan terinjak kaki. Mengingat kenangan masa lalu yang mengagumkan.
Rumah simbah yang membelakangi jalan menjadi ciri rumah pada jaman dahulu (menghadap ke selaran). Dan rumah simbah dari dulu sampai simbah meninggal pun masih sama, sama sekali ga ada perubahan paling juga cuma ganti dinding gedeg yang sudah lapuk dimakan rayap. Bahkan lantainya pun masih tanah. Kesederhanaan di era milenial. Simbahku cakep lho, yang terekam di otakku meskipun beliau sudah sepuh tapi tetap ketampanan dan karismanya ga memudar, apa lg pas bawa sepeda terlihat gagah tapi imut.
Kini sekitar rumah simbah sudah rame karena samping dan belakang rumah sudah ada sekolah.
Terlalu banyak perubahan dalam perjalanan hidupku, namun cerita-cerita itu akan tersimpan selamanya di dalam otakku, bila ingatanku memudar termakan usia maka coretanku inilah yang samar akan bercerita.(24/10/18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar