28/01/23

Ketika

Mencoba berdamai dengan keadaan, memaafkan diri sendiri dari segala yang telah terjadi, dan tak terbaca. Bukan maksud, namun rasa sesak dalam diri terus saja menteror otakku.

"Hai, penggembala tolong kembalilah, jangan terlena dengan semilir rindangnya pohon yang kau sandari. Lihatlah pada dunia, stop hentikan mimpi, buka mata dan kembali tolong jangan jadikan otakku liar seakan tak bertuan".

Tak mengerti, namun terus mencoba berjalan bersama ketakutan yang tak sudi undur diri meski sekuat tenaga mengenyahkan. Jiwa yang kosong, waktu seakan tak peduli dan menggilas tubuh yang ringkih ini. Penerimaan bukan sesuatu yang patut untuk dipertemukan, itu suatu lingkar waktu yang menuntut adanya perubahan bagaimanapun keadaannya.

Kaki ini terus berjalan, meski tak lagi ada tujuan pasti hingga di mana pencarian berakhir. Sulit memahami, ketika hati sudah tak lagi punya kuasa meskipun itu tentang titik temu ataupun sudut yang hanya tau tentang garis sejajar namun tak berdekatan.

Inilah hati yang tak lagi sama, hati yang berkali terperosok dalam cerita kehidupan yang tak pernah sama dengan yang di lihat sekalipun. Karena hitam bukanlah abu, ataupun biru, melainkan segala warna yang berada di dalamnya. (09.12.22)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar