Formalin atau formaldehyde adalah suatu senyawa tak berwarna dan sangat
mudah larut dalam air, dan pada suhu kamar dapat berupa gas yang mudah
terbakar. Formaldehyde juga dikenal sebagai senyawa methanal, methylene
oxide, oxymethylene, methylaldehyde dan oxomethan. Senyawa ini mudah
sekali bereaksi dengan senyawa kimia lainnya.
Secara alamiah, tubuh manusia sebenarnya juga memproduksi formaldehyde tetapi dalam jumlah sangat kecil, sebagai hasil metabolisme. Sumber formaldehyde yang terbesar adalah berada di udara yaitu pada asap di lapisan atmosfir bawah, sebagai hasil pembakaran bahan bakar mesin kendaraan bermotor dan industri, serta asap rokok
Secara alamiah, tubuh manusia sebenarnya juga memproduksi formaldehyde tetapi dalam jumlah sangat kecil, sebagai hasil metabolisme. Sumber formaldehyde yang terbesar adalah berada di udara yaitu pada asap di lapisan atmosfir bawah, sebagai hasil pembakaran bahan bakar mesin kendaraan bermotor dan industri, serta asap rokok
Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari
segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun
seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan
bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. akibatnya
keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang
akan dikonsumssi
Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena
manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang
ada di dalam makanannya. Badan manusia dari waktu ke waktu. Hal ini
terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi,
sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan. Dalam
proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan
suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang
bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun
dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami
perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang
non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang
sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.
Formaldehyde banyak digunakan di dunia
industri, seperti industri pupuk, kayu, kertas, lem, serta industri
yang menghasilkan perlengkapan rumah tangga seperti kosmetik (terutama
pada cat kuku/kutek dan pengeras kuku), antiseptik, produk perawatan
sepatu (semir), dan masih banyak yang lainnya. Penggunaan formaldehyde
di rumah Sakit dan di Lembaga Pendidikan Kedokteran, untuk mengawetkan
jaringan, atau organ tubuh serta mayat, sudah dikenal luas oleh
masyarakat.
Penggunaan formaldehyde di dalam makanan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan atau sebagai pengawet, sebenarnya sudah lama dilakukan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain. Formaldehyde ini digunakan pada keju, makanan kering, ikan, serta mi. Di Indonesia senyawa ini juga digunakan pada mi basah, tahu, ikan maupun bakso. Namun dengan adanya hasil penemuan para ahli dari hasil penelitiannya, bahwa zat kimia formaldehyde yang dimasukkan dalam tubuh binatang dapat menyebabkan timbulnya sel-sel tumor dan kanker, maka para ahli menyimpulkan bahwa formaldehyde di dalam tubuh dapat bersifat karsinogenik. Oleh karena itu formaldehyde DILARANG digunakan sebagai bahan tambahan makanan (food additive).
Penggunaan formaldehyde di dalam makanan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan atau sebagai pengawet, sebenarnya sudah lama dilakukan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain. Formaldehyde ini digunakan pada keju, makanan kering, ikan, serta mi. Di Indonesia senyawa ini juga digunakan pada mi basah, tahu, ikan maupun bakso. Namun dengan adanya hasil penemuan para ahli dari hasil penelitiannya, bahwa zat kimia formaldehyde yang dimasukkan dalam tubuh binatang dapat menyebabkan timbulnya sel-sel tumor dan kanker, maka para ahli menyimpulkan bahwa formaldehyde di dalam tubuh dapat bersifat karsinogenik. Oleh karena itu formaldehyde DILARANG digunakan sebagai bahan tambahan makanan (food additive).
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Sebagian besar paparan
formaldehyde berasal dari lingkungan, melalui udara, tetapi sebagian
besar telah dipecah. Hasil pemecahan formaldehyde di udara diantaranya
adalah asam fomat (formic acid) dan karbon monoksida (CO). Formaldehyde
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, yaitu melalui
saluran pernafasan (menghirup udara), saluran pencernaan (makan dan
minum), serta kontak langsung dengan kulit. Formaldehyde yang masuk
melalui saluran pernafasan akan cepat diserap oleh paru-paru, jika
tertelan akan segera diserap oleh mukosa usus, dan jika kontak langsung
dengan kulit hanya diserap sebagian kecil. Setelah terserap oleh tubuh,
formaldehyde akan segera dipecah, menjadi asam format dan karbon
dioksida (CO2). Asam format akan dikeluarkan melalui urin, sedangkan
CO2 akan dikeluarkan melalui pernafasan. Hasil pemecahan formaldehyde
juga dapat masuk ke dalam jaringan atau sel dan terikat di dalam
deoxyribonucleiic acid (DNA) atau diikat oleh protein di dalam tubuh,
tetapi didak dapat disimpan di dalam jaringan lemak (adipose).
Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan, maka perlu dilakukan
suatu uji terhadap kandungan racun ataupun zat-zat berbahaya yang
terkandung dalam suatu produk makanan.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov
tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida
bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung
dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.
Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari
dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit
kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas,
tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37%
menggunakan merk dagang ‘formalin’ atau ‘formol’ ). Dalam air,
formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam
bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida,
senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida
bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer
linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas
formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi
atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer
menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta
diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005).
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol.
Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran
oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang
lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen
terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan
kimia
2 CH3OH + O2 ? 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur
yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua
reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang
di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH ? H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam
format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di
dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari
konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar