24/03/13

Formalin


Formalin atau formaldehyde adalah suatu senyawa tak berwarna dan sangat mudah larut dalam air, dan pada suhu kamar dapat berupa gas yang mudah terbakar.  Formaldehyde juga dikenal sebagai senyawa methanal, methylene oxide, oxymethylene, methylaldehyde dan oxomethan.  Senyawa ini mudah sekali bereaksi dengan senyawa kimia lainnya.

Secara alamiah, tubuh manusia sebenarnya juga memproduksi formaldehyde tetapi dalam jumlah sangat kecil, sebagai hasil metabolisme.  Sumber formaldehyde yang terbesar adalah berada di udara yaitu pada asap di lapisan atmosfir bawah, sebagai hasil pembakaran bahan bakar mesin kendaraan bermotor dan industri, serta asap rokok

Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang akan dikonsumssi

Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya. Badan manusia dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan. Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.

Formaldehyde banyak digunakan di dunia industri, seperti industri pupuk, kayu, kertas, lem, serta industri yang menghasilkan perlengkapan rumah tangga seperti kosmetik (terutama pada cat kuku/kutek dan pengeras kuku), antiseptik, produk perawatan sepatu (semir), dan masih banyak yang lainnya.  Penggunaan formaldehyde di rumah Sakit dan di Lembaga Pendidikan Kedokteran, untuk mengawetkan jaringan, atau organ tubuh serta mayat, sudah dikenal luas oleh masyarakat. 

Penggunaan formaldehyde di dalam makanan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan atau sebagai pengawet, sebenarnya sudah lama dilakukan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain.  Formaldehyde ini digunakan pada keju, makanan kering, ikan, serta mi.  Di Indonesia senyawa ini juga digunakan pada mi basah, tahu, ikan maupun bakso. Namun dengan adanya hasil penemuan para ahli dari hasil penelitiannya, bahwa zat kimia formaldehyde yang dimasukkan dalam tubuh binatang dapat menyebabkan timbulnya sel-sel tumor dan kanker, maka para ahli menyimpulkan bahwa formaldehyde di dalam tubuh dapat bersifat karsinogenik.  Oleh karena itu formaldehyde DILARANG digunakan sebagai bahan tambahan makanan (food additive).

Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.

Sebagian besar paparan formaldehyde berasal dari lingkungan, melalui udara, tetapi sebagian besar telah dipecah.  Hasil pemecahan formaldehyde di udara diantaranya adalah asam fomat (formic acid) dan karbon monoksida (CO). Formaldehyde dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, yaitu melalui saluran pernafasan (menghirup udara), saluran pencernaan (makan dan minum), serta kontak langsung dengan kulit.  Formaldehyde yang masuk melalui saluran pernafasan akan cepat diserap oleh paru-paru, jika tertelan akan segera diserap oleh mukosa usus, dan jika kontak langsung dengan kulit hanya diserap sebagian kecil.  Setelah terserap oleh tubuh, formaldehyde akan segera dipecah, menjadi asam format dan karbon dioksida (CO2).  Asam format akan dikeluarkan melalui urin, sedangkan CO2 akan dikeluarkan melalui pernafasan.  Hasil pemecahan formaldehyde juga dapat masuk ke dalam jaringan atau sel dan terikat di dalam deoxyribonucleiic acid (DNA) atau diikat oleh protein di dalam tubuh, tetapi didak dapat disimpan di dalam jaringan lemak (adipose).


Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan, maka perlu dilakukan suatu uji terhadap kandungan racun ataupun zat-zat berbahaya yang terkandung dalam suatu produk makanan.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang ‘formalin’ atau ‘formol’ ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005).

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia

2 CH3OH + O2 ? 2 H2CO + 2 H2O.

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi

CH3OH ? H2CO + H2.

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar