03/05/14

Satu Hembusan Napas

Apakah teman-teman pernah mengalami situasi dimana dalam sebuah pembicaraan tepatnya beradu argumen hingga timbul perspektif berbeda dan parahnya bisa bikin kedua pihak sewot.Seringkali dalam pembicaraan kadang kita menjadi lupa untuk mengambil jeda sebelum akhirnya memutuskan mengeluarkan pendapat kita.  Yang tadinya pengen menjadi teman curhat yang baik malah jadi adu argumen.

Dalam situasi itu, ternyata menarik nafas itu adalah sebuah teknik yang wajib diaplikasikan dan terbukti manjur. Simple bukan... Tarik nafas panjang, hembuskan sambil melepaskan dan menghirup energi baru. Apalagi ketika kita sedang berbicara dengan teman, keluarga, saudara atau pasangan kita, tarik nafas adalah jeda yang paling efektif agar kita terhindar dari ngotot-ngototan. Sayangnya, kadang kita suka geregetan dan nggak sabar. Bukannya mengambil jeda, kita malah nggak sabar memotong pembicaraan untuk mengungkapkan pendapat kita yang merasa punya pandangan atau pendapat lain tentang tema yang dibahas.

Dengan memberi jeda sejenak untuk bernafas, mungkin kita bisa memandang dari sudut pandang yang beda. Yang tadinya mau marah nggak jadi, lebih damai, terhindar dari kontrofersi. Terkadang kita suka sewot kalau sedang berdiskusi, apalagi jika kita penganut sifat enggak sabar, harusnya perlu ambil nafas dalam banget kalau ngobrol atau diskusi agar tidak berujung 'tragis' alias perang mulut dan perang dingin sampai berminggu-minggu. 

Tarik nafas ketika emosi dan ingin marah. itu sering terlupakan, Apalagi saat emosi sedang mengacungkan jarinya untuk dipilih menjadi senjatanya. kadang kita harus jeda sejenak untuk mengambil nafas dengan tenang. karena dengan begitu efeknya hati dan pikiran kita tenang...., hingga menawab atau berkomentar akan lebih terkontrol. Rasa yang gak bersahabat dengan diri, untuk meredakannya adalah tarik nafas..., tarik nafas lagi dan lagi tapi jangan sering-sering juga nanti malah dikira punya penyakit mengki.

Kalau kita melakukan itu mungkin saja sangat berarti baik buat lawan bicara maupun kita. Bukan hanya mendengarkan, tapi lebih dari itu kita menunjukkan respek kita dengan sabar menunggu untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran kita. Toh sebenarnya nggak rugi juga menunggu beberapa waktu sampai teman kita selesai bicara. Selain menghormati dia, mengambil jeda dengan bernafas dan memudahkan kita untuk memberi pandangan dari perspektif berbeda.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar