Sebelum mengitari kebun teh Tambi terlebih dulu dahulu rombongan akan di ajak untuk melihat proses produksi teh Tambi yang guidenya dari pihak Tambi sendiri untuk menjelaskan urut-urutan proses pembuatan teh. Berhubung sudah sore dan jam kerja hanya sampai jam 3 sehingga rombongan hanya dapat melihat ruangan dan alat-alat yang digunakan dalam proses pucuk-pucuk daun teh hingga menjadi teh yang siap sedu.
Kesan pertama melihat area pabrik yang luas dan bersih. Perkebunan Tambi mengolah prosuk bahan baku pucuk daun teh menjadi teh kering jenis teh hitam yang siap dikonsumsi.
Proses pengolahan dimulai dari lantai 2, ruang pelayuan di sini pucuk daun teh yang habis di petik oleh pemetik teh di pagi hari akan di layukan di sini. Di ruang pelayuan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam pucuk sekitar 48-50% secara merata setiap bagian pucuk agar konsentrasi polifenol dan enzim meningkat sehingga cocok untuk oksidasi, proses dilakukan sehari semalam agar daun benar-benar layu, baru keesokan harinya daun-daun teh yang sudah layu akan dimasukkan ke dalam mesin penggilingan melalui lubang pipa yang ada di antara barisan rak pelayuan dan terhubung di ruang penggilingan .
Melangkah ke ruang penggilingan yang bertujuan agar daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel keluar dipermukaan dengan merata, memotong daun-daun teh menjadi ukuran yang lebih pendek sesuai pesanan. Sayangnya ketika kesini proses produksi sudah berhenti yang terlihat hanya beberapa orang yang sedang membersihkan mesin dan ruangan dari sisa-sisa rontokan daun-daun teh yang tertinggal saat produksi, dan kita hanya dapat melihat dari kaca lantai dua.
Dari ruang penggilingan selanjutnya menuruni anak tangga menuju ruang pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polinol dalam teh dan mengurangi kadar air hingga mencapai 3%. Oksidasi enzimatis merupakan oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim. Mengeringan untuk memastikan daun-daun teh yang sudah di layukan dan di giling menjadi potongan kecil sudah bebas dari kandungan air yang berlebih.
Proses selanjutnya yaitu penjenisan atau pensortiran. Di ruangan ini daun-daun teh yang sudah kering akan dipilah-pilah dari yang berkualitas bagus hingga berkualitas rendah. Setelah di bedakan jenisnya barulah teh siap di kemas. Hasil pabrik teh Tambi sebagian besar diekspor ke luar negeri seperti Amerika, Jerman, Inggris, Russia, India, Jepang, dsb dan sebagian lagi dipasarkan untuk memasok pabrik-pabrik teh dalam negeri. Perusahaan Tambi memproduksi berupa teh hitam dengan nomor dan jenis teh yang disesuaikan oleh permintaan pasar.
Serpihan daun teh kering berwarna hitam yang bertaburan warna coklat dan putih. Warna coklat muda merupakan batang teh yang menyebabkan rasa sepat, sedangkan yang berwarna putih merupakan pucuk teh yang merupakan bagian terbaik dari teh. Kita bisa menilai kualitas teh dari dua hal tersebut. Semakin banyak batang, tentu rasa teh akan semakin kurang enak, sedangkan semakin banyak pucuk teh akan menjadi semakin enak.
Jenis teh yang di hasilkan di PT Tambi terbagi menjadi 3 grade, yaitu:
- Grade I : Broken Orange Pekoe (BOP), Broken Orange Pekoe Fanning (BOPF), Pekoe Fanning (PF), DUST Broken Pekoe (BP), BT, Broken Moxed (BM)
- Grade II : Pekoe Fanning (PF) II, DUST II, Broken Pekoe (BP) II, BT II
- Grade III : Broken Mixed (BM) II, BBI, BTL, DUST III
Sedangkan produk yang dipasarkan di dalam negeri di kemas menjadi cap petruk, cap cakil, cap gunung, pecco sauchon, Broken orange Pecco dan Tambi (tea bag atau teh celup).
PT Tambi ini hanya memproduksi teh hitam murni tanpa campuran apa pun untuk memasok ke pabrik-pabrik berdasarkan jenis pesanan, dari pabrik-pabrik penghasil teh yang biasa kita konsumsi inilah dilakukan pencampuran untuk memberi rasa berbeda baru di edarkan ke supermarket di penjuru negeri.
Setelah Tambi Factory Tour dan mendapat penjelasan proses pembuatan teh Tambi saatnya memulai penjelajahan kebun teh. Jalan-jalan di kebun teh cuuuuus.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar