23/03/17
Perawatan dengan Putih Telur
20/03/17
Pedagang Buah Sawo
Tadi siang rencana awal ingin beli perdana internet yang habis sejak hari sabtu malam. Pagi menjelang siang, berangkatlah ke kios langganan mencari perdana internet. Ga makan waktu lama tinggal tunjuk dan angkut, karena kartu sudah di daftarin pihak kiosnya. Waktu mau pulang tiba-tiba saja keingat mau beli gunting gelombang, yah mumpung keluar sekalian saja biar sewaktu-waktu mau pake tidak bingung dan repot lagi mencari, sebelum hilang ide makanya bisa langsung eksekusi kerajinan tangannya saat ide bermunculan.
Toko perlengkapan jahit tidak terlalu jauh, ga nyampe 10 menit juga sudah sampe dan kebetulan toko tidak ramai pembeli, mungkin karena masih pagi kali ya makanya ga berjubal kaya biasanya. Ternyata harganya lumayan mahal, beberapa kali tanya waktu ke toko selalu saja kosong untuk yang ukuran kecil adanya gunting gelombang kain yang gede, tapi akhirnya aku beli juga mengingat butuh dan beberapa kali cari di tempat perlengkapan jahit lain juga kosong (waktu main ke toko perlengkapan jahit). Sekalian mau beli flanel tapi bingung mau beli warna apa, lagian flanel aneka warna yang di rumah juga masih tertata rapi di rak. Ginting sudah didapat, sudah di coba juga, saking gedenya jadi bingung sendiri nanti pakainya gimana yang kebayang malah gunting pangkas tanaman. Mungkin terbiasa gunain gunting imut liat gunting super jumbo makanya bingung sendiri. hehehehe....
Di parkiran ada adegan drama, si mas yang jaga parkir dikasih bungkusan makan siang sama perempuan (sepertinya penjual di sekitar sana juga), waktu ditanya harganya bilangnya ga usah alis gratis. Dan si masnya sukses dah jadi bulan-bulanan ledekan teman-temannya. Motorku juga ga segera di keluarin, si masnya mah gitu....
Yang sudah dibeli sudah didapat. Pulang...... Oh tidak, ada pikiran untuk mencari toko perlengkapan dan mainan bayi yang ada di cabang lain yang lebih lengkap untuk lihat-lihat siapa tau ada yang bisa dibawa. Tapi ga bawa aerphone trus bagaimana bisa menemukan lokasi ?! Karena selama ini aku mencari tempat atau toko menggunakan google map, ya maklum saja meskipun di kampung sendiri tapi sama sekali ga kenal nama jalan, pernah waktu itu cari toko kain malah muter-muter melewati jalan pemuda sampai 4 kali, aku tau tempatnya tapi berhubung sekarang jalan banyak yang di buat searah makanya tidak bisa lagi lewat jalan yang biasa aku lalui makanya malah muter-muter ditempat yang sama.
Pikiran yang labil, awalnya mau cari toko perlengkapan bayi eh malah di tengah jalan pengen cari kura-kura. Dulu pernah liat orang jual kura-kura di pasar johat tapi sebelum pasarnya kebakaran kalau sekarang ya ga tau masih ada disana atau sudah pindah. Melewati daerah Johar, tengak-tengok siapa tau ketemu toko mainan atau penjual kura-kura tapi malah tergoda sama sawo. Iya sawo yang menggunung di 'tampah' penjual buah. Sementara abaikan sawo....
Hmmmm..., Sepertinya toko perlengkapan bayi ada disekitar pasar tapi disebelah mana...?! "Kebingungan yang tidak berdasar, disana banyak orang tinggal tanya beres kan..."
Mau nanya tapi sedikit keder, akhirnya balik arah dan berhenti di penjual sawo yang tadi aku lihat.
"Pados nopo mba..., karpet, salak nopo sawo...?! Kata ibu muda yang ada di lapak sebelah.
"Niki...." kataku sambil mematikan mesin kotor dan membuka sleyer yang menutup sebagian muka.
"Salak..." Kata ibu tadi memperjelas
"Mboten, niku..." kataku sambil menunjuk sawo.
Di sampingku ada ibu-ibu yang membeli sawo juga. Di lapak itu ada 2 penjual, satu mengkadap ke arahku yang satunya menghadap ke arah samping menjaga timbangan. Aku bertanya harga sawo yang dihargai 20 ribu per kilonya. Aku ga bisa menawar tapi, aku tanya harga pasnya lah. Si penjual yang ada di depanku itu berkata 17ribu sama kaya ibunya (pembeli yang ada di sampingku). Okelah aku beli sekilo, ga pake nawar selain ga bisa nawar kasihan juga kalau ditawar-tawar. Kita beli di supermarket yang lebih mahal saja tidak pakai nawar padahal udah jelas yang punya orang berduit lha ini di pasar masa ya ditawar sampai dower padahal untung pedagang juga ga begitu besar.
Si ibunya main masuk-masukin sawonya saja, padahal kan aku mau milih sendiri. Ya sudah pasrah 'pongkoan' sama penjualnya, hanya bilang untuk memilihkan yang masak siap makan jangan yanh hijau. Ibu yang tadi awal menawariku ikutan nimbrung dan mengambilkan sawo yang ada di kardur, pikirku itu stok yang belum dikeluarkan dan memasukannya ke plastik. Setelah dirasa cukup si ibu yang ada di depanku memberikan plastik berisi sawo kepada ibu yang disampingnya (yang menghadap kesamping) untuk di timbang.
Selain sawo aku juga membeli salak untuk bapak per kilo dihargai 10 ribu, lebih mahal dari tukang buah yang biasa lewat depan rumah. Aku ngikut saja, ga pakai nawar (antara ga tega, ga bisa nawar dan takut di omeli emak-emak pedagang yang pedes kalau ngomong *pedesnya melebihi sendal jepit). Menunggu ditimbang aku lihat buah-buah yang dijualnya, disana ada salak, buah naga, mangga, jambu biji dan entah apa lagi ga sempat memperhatikan seluruhnya karena diajak ngobrol sama yang nimbang katanya sekilo lebih dua sawo yang kelebihannya itu diambil dan diperlihatkan padaku, mau digenepi menjadi 20 ribu untuk dua sawo yang diambilnya tapi aku tolak, kelebihannya dikasih salak saja. Salak ditimbang sekilo baru ditambahin untuk menggenapi pembelian menjadi 30 ribu. Mau beli buah naga buat ibuk ga jadi, lain kali saja belusukan pasar lagi. Sudah ada dua buah, kebanyakan buah malah bingung makannya.
Aku llihat sekitar pasar tidak ada yang jual kura-kura, sampai aku nemerobos pasar juga ga ada kura-kura. Akhirnya pulang. Sampai rumah pamer ibuk. Tapi, waktu di buka alangkah terkejutnya melihat nasip sawo yang aku beli. Sedikit, padahal tadi si ibu yang jual banyak banget masukin sawonya tapi kenapa jadi dikit gini, ada sawo yang udah potongan, mungkin sawo ga layak jual bagian yang busuk sudah dibuang menurutku itu ulah ibu-ibu yang mengambil sawo di kardus yang aku kira stok baru.
Berkali-kali aku bilang sama ibuk tepatnya ngeyel kalau lihat si penjualnya masukin sawonya banyak, ya pas ditimbag di ambil 2 yang dibilang lebih dari sekilo. Ibu menyarankan untuk ditimbang ulang, kebetulan dirumah ada timbangan juga. Aku masih keheranan dan mulai sedikit emosi dengan barang yang aku beli, lalu ibuk mengambil sawonya dan membawanya kebelakang untuk ditimbang. Ternyata timbangannya tidak tepat sekilo, masih kurang 1 ons ya kira-kira 2 sawo lah.
Bagaimana ini...., begitu curangnya si pedagang. Mengganti barang yang aku beli saat ditimbang tanpa aku sadari, karena timbangannya tertutup oleh badan penjual yang menghadap ke samping, dan buahnya juga amburadul penyok, busuk dan yaaaah begitulah. Aku ingat lagi kejadian dipasar tadi, ingatanku masih oke ibu penjual memasukkan sawo begitu banyak, dan ada beberapa yang berwarna agak hijau tapi ketika dilihat ulang ga ada tu yang warna hijau malah yang ada buah rusak. Memang ga semua pedagang seperti itu tapi.... ya sudahlah, mudah-mudahan berkah saja barang yang mereka jual. Buat pelajaran agar lain kali lebih hati-hati dan benar-benar memilih sendiri barang yang dibeli tidak usah mengandalkan penjualnya untuk memilih karena terkadang penjual malah memilihkan yang sedikit penyok bahkan busuk. Kalau kaya gini bikin kapok saja belanja di padar. Mungkin didasarkan pengalaman dari penjual bisa membedagan pembeli berpengalaman dipasar sama yang enggak makanya kena kibul.
Oh ya hati-hati juga bila membeli buah yang sudah dibungkus, terkadang buahnya sudah dicampur sengan stok lama yang tidak laku untuk mengurangi kerugian. (20/03/2017)
19/03/17
Membersihkan Tulisan Spidol Label Harga
Terkadang saat membeli barang, harga yang dicantumkan tidak menggunakan label yang ditempel melainkan hanya menggunakan spidol yang langsung dituliskan di barang yang dijual tersebut. Ini biasa kita jumpai di pedagang-pedangang kelontong atau warung kecil. Iya kalau barang yang dijual dibungkus plastik terlebih dahulu sehingga harga yang ditulis tidak mengenai barang yang dijualnya, tapi bagaimana bila barang tersebut tidak ada pembungkusnya....?! Ya tentu saja bakal ada coretan harga dari spidol yang ditulis di barang dagangan oleh penjual...
Sebagai pembeli terkadang jengkel juga bila menemui hal semacam itu, bukan barang yang bersih tapi barang yang kita beli malah kotor dengan coretan harga dari sepidol. Seperti kemaren sepulang kerja bapak membawa jam dinding, entah mau ditaruh mana lagi itu jam setiap ruangan sudah ada jam dinding tapi masih beli jam lagi. Katanya kasihan sama yang jual, beberapa kali pas nongkrong toko jam tidak ada yang beli, gapapa harganya juga murah. Meskipun di bungkus dengan kardus tapi di kacanya ada coretan harga dari spidol warna merah.
"Beng cara ngilangin ini gimana....?! Tanya bapak sampil melepas stiker yang tertempel di samping harga yang ditulis dengan spidol warna merah.
"Pake remason (merk yang identik dengan barang/produk)"
"Ini lho ngilanginnya gimana"
"Kasih balsem" Mungkin kata remason membingungkan bapak makanya mengulang pertanyaan.
"Balsem...."
"Iya, balsem diolesin kan langsung ilang" sambil berpikir di rumah punya balsem ga ya..., kalau pakai minyak kayu putih kira-kira bisa ga ya... sepertinya tidak bisa (bicara dengan diri sendiri).
Bapak bediri dan menuju ke arah tangga, disana ada beberapa botol yang di taruh disana (kebiasaan biar mudah nyarinya)
"Pakai ini bisa ga..." sambil munjuk botol, entah yang dimaksud yang mana karena disana ada dua botol warna kuning dan biru.
"Tidak bisa, pake balsem pak'e" Mungkin bapak mengira botol-botol tersebut alkohol padahal dua botol itu revanol semua.
Aku masih berpikir apakah punya balsem, sudah lama aku ga melihat ada balsem yang biasa dipake bapak. Ibu kalau badannya ada yang pegal tidak menggunakan balsem melainkan obat oles (eh itu termasuk balsem kemasan modern ga seh...)
Dan bapak menemukan balsem wadah kaca juga akhirnya.
"Di olesin gini...." sambil mengambil balsem dan mengoleskannya ke tulisan spidol di kaca jam.
"Begini..., kaya orang masuk angin saja diolesi balsem"
"Hu um. Nah to ilang, tinggal di lap udah bersih"
Bapak mengelap tulisan yang sudah luntur karena olesan balsem. Dan.... seketika harga dari coretan spidol yang ada di kaca jam dinding pun hilang, bersih tak berbekas.
Balsem juga bisa digunakan untuk membersihkan whiteboards yang sudah buram akibat sering digunakan termasuk menggunakan spidol marker. Tinggal oles dan mengelapnya, tidak perlu tenaga ekstra dan cepat bersih.
Ilmu ini aku dapat dari pak dhe yang saat itu pulang dari belanja alat tulis dan ada tulisan di barang-barang yang dibelinya. Walaupun di plastik pembungkusnya tapi bisa membingungkan nanti saat memberikan harga kepada pembeli.
Bila ingin membersihkan benda dari spidol yang membandel pakai saja balsem. Selain itu balsem juga punya kegunaan lain, yaitu bila terkena knalpot atau tersengat api atau puntung rokok agar tidak melepuh jangan dioles odol (pasta gigi) tapi oleskan saja balsem, katanya tidak akan melepuh dan berair seperti biasanya. Tapi bila dinalar kok bisa, kena luka bakar (luka ringan yaah disini yang aku ceritakan) yang rasanya panas di oles balsem yang panas malah cepat sembuh dan tidak melepuh. Kok bisaa.....????!
Waktu aku tanya alasannya kenapa begitu, pak dhe juga tidak bisa menjelaskan hanya berkata ilmu itu ada sejak dulu. Pak dhe sendiri juga bingung, penjelasannya seperti apa ga ngerti.
Ini bukan hanya ilmu katanya ya, soalnya pak dhe sudah membuktikannya.
p.s:
Coretan ini sekedar apa yang aku tau, bila ada yang salah mohon maaf dan semoga bermanfaat yaah. (19/03/17)
06/03/17
Micin untuk Mawar Merahku
Lihat bunga mawar yang sudah merekah. Sebenarnya ga ada yang aneh dari bunga mawarku. Ya walaupun tidak seperti pendahulunya dimana bunganya banyak belonteng putihnya, kalau yang sekarang putihnya hanya saiprit dominan merah, dua sudah rontok bunganya.
Biasanya jika membeli bunga, saat berbunga pertama bakal indah dengan kelopak yang besar dan berbunga banyak tapi semakin lama bunganya bakal kecil bahkan bantat (seperti roti saja ya). Ya begitulah kira-kira, setelah beberapa kali berbunga hasilnya mengecewakan, begitu juga dengan tanaman buah yang ditanam semakin lama malah mengecil. Begitu juga dengan nasip bunga-bunga di rumah termasuk mawar merahku, eh milik bapak deng aslinya. Awal beli bunganya banyak dan kelopaknya gede lalu semakin lama udah jarang berbunga, bunganya dikit trus kelopaknya keriting kecil-kecil kaya kerupuk bantat pokoknya.
Suatu ketika di pagi ketika mengamati setiap bunga, sedikit memberi waktu yang ijo-ijo untuk mata biar seger gitu mindah pot dari sini kesono-kesitu-kesene, menggesernya agar mendapat tampilan yang pas, mencabuti rumput liar disekitar bunga, juga merapikan daun dan memotong ranting kering. Lalu bapak ikut-ikutan tu. Menceritakan bunga yang disukai sampai usaha mendapatkannya.
Mengganti pot, menyiangi tanah, menambah tanah yang sudah dicampur pupuk trus menanam dua macam tunas bunga secara bersamaan agar terjadi persilangan dan mendapat bunga dengan warna dan bentuk yang lebih bagus.
Bapak menyuruhku untuk mengambilkan micin atau penyedap rasa di dapur. Lalu disuruhlah menaburkannya sedikit di sekitar bunga mawar. Kata bapak untuk mendapatkan bunga dengan kelopak besar dikasih micin, itu ilmu di dapat dari penjual bunga. Hmmmmm...., kalau setau aku yang pernah dikasih tau teman untuk memberikan nutrisi kepada tanaman memang dikasih micin tapi bukan menaburkannya secara langsung melainkan micin dicampur ke air yang digunakan untuk menyiram tanaman, dan itu sudah aku praktikkan di bunga kaktusku dulu sebelum punah. Ya memang kaktusku sempat berbunga dan beranak pinak, tapi aku kagak tau perubahannya seperti apa, apakah itu karena micim yang aku semprotin atau memang sudah saatnua berbunga dan beranak pinak. hehehehe....
Tapi sekarang ini aku percaya. Bunga mawar yang diawal beli bunganya gede perlahan bunganya semakin jarang, berbunganya lama, warnanya ga tajam, juga kerdil tapi setelah dikasih perangsang bunga dan micin mulai deh sering berbunga dengan kelopak yang besar warna yang tajam, kelopaknya tidak mudah rontok dan itu tidak hanya di bunga mawar, juga diterapkan di bunga anggrek juga beberapa bunga yang lain. Temanku sampai sekarang juga masih menerapkan hal tersebut di tanaman bunga dan tanaman sayurnya.
Lalu suatu ketika disuruhlah aku menaburkan micin lagi ke bunga mawar yang baru akan berbunga, ya sekalian saja aku kasih semua bunga taburan micin entah itu tanaman yang berbunga atau yang hanya berdaun saja. Biar warnanya menjadi tajam jadi bapak senang. (06/03/17)
05/03/17
SPBU yang pembelinya melayani sendiri
Bila punya tujuan pergi ke suatu tempat hendaklah langsung menuju ke tempat yang dimaksud, jangan malah mampir ke tempat lain terlebih dahulu baru ke tujuan awal. Jangan jadikan tujuan awal sebagai persinggahan.
Karena tujuan awal ke Sampokong maka sebisa mungkin aku akan langsung menuju kesana tanpa mamir kemana-mana dulu. Nah setelah selesai urusan, pulangnya baru mampir SPBU. Sebenarnya agak sedikit bingung mau isi bensin di dekat Sampokong atau di pusah kota, dimana yang di dekat Sampokong searah jalan pulang walaupun harus putar balik terlebih dahulu tapi ya agak sangsi dengan SPBU-nya, bagus ataukah enggak (maksudnya nakal) namun kalau ngisi di pusat kota yang sudah rekomendasi bagus (kata orang-orang) sudah beda arah. Daripada nanti mogok di jalan dan muter-muter jauh, akhirnya mengisi bensin di SPBU dekat Sampokong saja yang searah jalan pulang, lagian juga ga begitu antri (pengamatan saat lewat).
Antrian motor tidak panjang, baru kali ini ngisi bensin di SPBU sini. Celingukan mencari tulisan pertamax yang diperuntukan untuk sepeda motor. Ada 3 tempat pengisian, 2 baris pertama untuk mobil dan 1 untuk motor di bagian belakang. Dapat antrian ke 5, tapi kenapa yang ada petugasnya di tangki Dex sementara di sebelahnya tangki pertamax tidak ada yang jaga. "Eh benar ga ya..." Celingukan mencari tulisan khusus sepeda motor seperti yang sering ada di beberapa SPBU tapi ga ketemu, kebetulan ada mas-mas yang pakai baju hitam (seragam) jalan melewatiku. Mau tanya agak ragu, ia karyawan atau orang yang mau ke toilet tapi setelah melihat logo di bajunya baru deh yakin.
"Mas mau nanya, kalau pertamax disebelah mana ya...?!"
"Sebelah sini atau sana bisa mba, sama saja" Sambil menunjuk baris kanan dan kiri diantara box yang ada depan.
"Makasih" Si mas-nya itu pun pergi dan ternyata masuk ke kantoran.
Tapi kan ga ada penjaganya, pikirku saat itu lalu aku melihat orang di depanku saat mengisi pada pegang sendiri pompa bensinnya. Aku masih berpikir, mungkin si mas petugasnya lagi sibuk dan takut kalau beleber makanya dipegang sendiri selang bensinnya. Lalu aku lihat lagi seorang pria setelah membayar petugasnya menunjukkan ke box bensin pertamax di depannya lalu pria itu pun menuntun motornya ke box yang dimaksud dan mengisi sendiri.
"kok ambil sendiri to..." Masih bingung, tanpa sengaja mata menangkap tulisan yang ada di pilar dimana menjelaskan tata cara pembelian yaitu dengan membayar kepada petugas lalu mengisi sendiri bensin yang sudah di beli yang diarahkan petugas tersebut.
"Pelan-pelan ya mba ngisinya" Kata si petugas sambil mengarahkan aku untuk maju mengantri di depan saat membayar, pria yang ada di depanku juga mengisi bensin pertamax soalnya.
Nah sekarang giliranku, Buka tangki motor, ambil selang masukkan ke tangki dan tarik tuasnya. Horeee aku bisa, yaaa sebenarnya cara pengisian sudah di tulis di kertas yang di tempelin di tiang tapi aku tadi kagak selesai bacanya, hanya mengingat cara petugas SPBU saat mengisi bensin. Beberapa kali aku lihat nominal yang ada di meteran dan selangnya takut kalau kelebihan dari yang dibayar, bensin beleber, juga selangnya meleset. Baru tau kenapa saat dipertengahan isi bensin selangnya bunyi, itu menandakan jika selangnya sudah menyentuh bensin yang ada di tangki motor sehingga harus sedikit ditarik ke atas agar bensin yang di dalam tidak 'ciprat' keluar (ini kesimpulan dari pengamatanku ya). Amaaaan..., tapi sedikit gerogi juga, soalnya sudah ada yang antri terlebih si mas yang ada di belakangku liatin terus, mungkin mikir ini orang katro banget yaaah ngisinya lama.
Selesai sudah, huuuuft.... tapi saat mau meletakkan selang ke tempatnya sempat salah, baru tau kalau di bagian pegangan (tuas) ada lubang dan di box tempat selang ada cantolan yang gunanya sebagai cantolan selang. Bagian depannya itu di masukkan ke kotak besi yang seperti pintu agat tidak jatuh. Lha awalnya tuas bisa dicantelin tapi bagian depan kagak tak masukin kotak, ya miring mau jatuh trus aku amïbil lagi dan disanalah baru aku tau jika di bagian pegangan ada lubang, di box tempat selang ada cantolan dan tempat selang depan itu bisa goyang otomatis kaya pintu, lalu aku masukin depannya baru deh bagian tuas di pas-in di cantolannya. Hehehehe...
Baru kali ini ngisi bensin tapi melayani sendiri. Seperti makan di pujasera, ngambil sesukanya baru bayar tapi kalau ini bayar dulu baru ngisi, soalnya si petugas yang masukin nominal atau jumlah yang dibeli sehingga pembeli hanya perlu mengoperasikan selangnya saja karena sudah otomatis tersetting sesuai urutan saat membayar di awal.
Aaaah..., kelihatan katro banget ya aku. Hihihihi...., ini pengalaman pertama, setidaknya pernah merasakan ngisi bensin sendiri seperti film bule yang ada di tv yang ada adegan ngisi bensin di pom bensin gitu, kan sebelumnya kalau isi bensin selalu saja dilayani oleh petugas. Lain kali coba lagi aaaaaah....., seperti dapat mainan baru, nanananana..... (05/03/17)