Kemaren pulang kerja bapak sudah pasang mesin sanyo dan pagi ink tinggal pasang pipa untuk menyambungkan ke penampungan atas agar ngambil airnya bisa langsung ga lewat bak kamar mandi bawah seperti biasanya. Untuk memasang dipercayakan kepada adik lelakiku, awalnya tak kirain hanya untuk mengawasi saja ada tukang yang mengerjakannya tapi kenyataannya adiku lah yang mendapatkan kepercayaan dari baginda raja yang titahnya tak bisa di tawar, aku yakin dengan sangat terpaksa mengerjakannya. Pagi-pagi sudah membangunkanku dan adikku untuk menerangkan sketsa di secarik kertas yang digambarnya mau dibuat seperti apa salurannya nanti. Dirasa sudah cukup jelas bapak pergi bekerja dan adik selesai memanjakan hewan peliharaannya langsung beli perlengkapan, entah apa saja yang dibelinya yang aku tau cuma pipa saja yang lain ga tau namanya.
Dikerjakanlah sendiri semuanya tanpa meminta bantuanku. Namun pukul 12 pekerjaan belum selesai ditinggal untuk 'gabur' penyaluran hobbynya. Aku lihat pipa masih kurang belum ada sambungan ke bawah, dan sepertinya tidak sesuai gambar (hanya menggunakan satu kran), dan ternyata sambungan belum di lem semua terlebih bapak meminta untuk dikirim foto dari hasil kerjanya. Entahlah apa maksudnya, seperti tidak tanggung jawab dari tugas yang sudah diberikan. Udah felling ni pasti bermasalah karena tidak ada komentar dari gambar yang aku kirim. Hati udah mulai ga nyaman dag dig dung dengan pikiran ambyar.
Jam setengah 2an bapak pulang untuk melihat hasilnya walaupun sudah aku kirimi gambarnya. Dan baru juga sampai sudah marah-marah ga karuan. Ternyata pekerjaannya salah tidak seperti yang di inginkannya, terlebih pipanya kurang hingga sore belum selesai padahal menurut perhitungan bapak hari ini air mengalir lengkap sudah kan alasan kemarahannya. Walaupun menurut perhitunganku baru besok airnya mengalir, aku seh santai dengan menenangkan hati untuk sabar (untung saja persediaanku sabar menggunung kalau enggak byeeh bisa trageri cari ortu baru dah). Akhirnya bapak mengajakku untuk membeli pipa karena bapak ga bisa bawa kalau sendiri. Selama perjalanan ke toko bangunan bapak ngomel terus ga brenti ampe merah kuping dengernya, mukanya udah ga enak banget aku hanya diem walaupun sejujurnya emosi sudah mulai kepancing tapi di dalam hati terus saja bergumam "sabar... sabaaar... sabaaaar... sambil sesekali narik napas panjang" ga mau bersuara karena jika di jawab bakal lebih panjang dan lebih serem marahnya.
Tak puas dengan hasil kerja adik yang menurut bapak salah, belum selesai sudah di tinggal, dan pipa belum di lem, terlebih ada telpon kerjaan yang datang makanya bapak harus segera balik kerja biar ga pulang malam, entah bagaimana pemikiran dua pria ini yang pasti akulah yang kena dampaknya sampai ingin nangis rasanya serba salah dan disalahkan terus. Sambil pergi kemarahannya masih terus berlanjut, sampai aku mendengar helaan napas darinya, namun sebelumnya bapak sekali lagi memberi arahan padaku tentang rancangan pipa yang di inginkannya, aku tau kekecewaan bapak, lalu aku harus bagaimana....???! Kenapa aku yang disalahkan... Andai aku tahu caranya...
Hal seperti inilah yang ga aku sukai, bapak yang mudah emosi dan pelampiasan kepada semuanya. Seringnya aku yang kepilih mendengarkan ceramah yang menyakitkan.
Oke aku akan coba kerjakan. Bapak pergi bekerja, aku pergi untuk membeli perlengkapan yang dirasa kurang, namun sesaat aku juga harus mendengar kemarahan simbok yang ga terima anak lelaki kesayangannya disalahkan. Mendengar semua ini semakin remuk hatiku, tanpa memberi sanggahan kepada kemarahan simbok akupun pergi membeli lem dan plat yang aku kira namanya knop. Untung penjualnya tau yang aku maksud. Nekat, entah nanti jadinya bagaimana dan kalaupun salah siap menanggung cacimaki bagaimanapun pedasnya aku terima.
Jujur aku bukannya ga bisa pasang pipanya tapi aku belum pernah lompat tembok dan berdiri di atap rumah yang beralas seng. Sebuah perjuangan berat, terlebih harus melompati tembok yang lumayan tinggi, bertumpu pada kursi yang sudah mulai lapuk sehingga goyang-goyang jika di injak dan puncaknya harus hati-hati untuk berpijak karena berada di atas atap seng. Kali ini dalam hati aku benar-benar meminta bantuan pada semuanya termasuk diriku sendiri agar bisa melawan ketakutan dari phobia ketinggian bisa mengerjakan dengan benar dan diarahkan cara mengerjakannya. Aku persiapkan alat-alat agar mudah ngambilnya dan ga perlu bolak-balik lompat tembok yang lumayan menyulitkan dan mulai mengotak atik menyambung dan menggergaji pipa agar sesuai dengan gambar. Perasaan yang tak ingin membuat kecewa, tak ingin membuat marah, ingin melakukan yang terbaik seperti yang di inginkan, sikap seperti inilah yang tak jarang malah membuatku terbebani dan takut.
Ternyata ga mudah menggergaji pipa sampai-sampai beberapa kali jari lecet karena mata gergari yang meleset. Sebelum di lem dipasin dulu, tapi walaupun sudah di ukur mengapa pipa ini terus saja ukurannya ga tepat ketika di pasang?
Dan sedikit bermain nalar agar kran airnya benar menaruhnya. Jadi keingat pelajaran fisika tentang kelistrikan kalau begini. Pasang, copot, bukan sekali aku lakukan untuk ngepasin bahkan harus bongkar pipa yang sudah dipaku karena kurang pas peletakannya. Aku butuh teman saat ini untuk menemaniku itu saja, karena rasa takut berada di atap seng yang kadang meliuk dan berbunyi saat di injak. Otakku terus berbicara agar adik perempuanku cepat pulang. Sedikit kalut takut salah untuk memasangnya. Sudah tak tau lagi berbagai macam pikiran campuraduk di otakku.
Ketika adiku perempuan datang dan menyapa untuk membanyu ada sedikit rasa plong setidaknya ada teman sekarang. Dia ikut bantu, meskipun hanya lihat dan pegangi pipa dari dalam jangankan lompat naik tembok saja ga berani dia, phobianya lebih parah dari aku dia mah. Buatku yang penting ada teman itu sudah banyak membantu buatku. Ketika ku jelaskan gambaran cara kerjanya dan di rasa benar saat dinalar (menurutku) sementara adikku hanya diam entah paham atau tidak deh ya maka aku mulai menyambungkan pipa dengen mengelemnya. Satu persatu pipa mulai terpasang, nah pas mau nyambung pipa yang menjulur di atap menuju ke bawah yang melewati samping rumah ini agak menyulitkan bagiku karena aku harus mencari pijakan yang benar karena seng di bagian tengah tidaklah terlalu tebal dan aku rasa ga bisa untuk di injak karena saat mencari pinggiran sempat sengnya bunyi dan sedikit melengkung saking takutnya langsung terduduk aku. Untuk sampai di ujung demi menyambung aku jalan sambil duduk (ngesot) di bagian pinggir seng udah gitu lem pipa ketinggalan pula bisa bayangin donk gimana ribetnya balik sambil ngesot. Hehehehe takut, bener-bener takut sengnya amblong (mencoba membunuh pikiran liarku). Walaupun ada rasa takut tapi dengan segala upaya akhirnya bisa menyambung knop ke bagian bawah huuuuuft.... perjuangan yang keras.
Semua sudah di lem, tinggal menggergaji pipa yang dari bak kamar mandi bawah ke penampungan atas. Saat aku gergaji airnya keluar iiiiih ini bikin kaget dan takut. Kenapa airnya keluar saat di gergaji pipanya ???! Buru-buru aku lem biar airnya ga keluar, beneran takut salah potong. Mulai berdiskusi bermain nalas dengan adikku, pipa yang aku potong pipa untuk mengisi penampungan harusnya ga ada airnya donk.... berkali-kali meyakinkan jika pipa yang aku gergaji benar tapi terpatahkan dengan air yang muncrat jadi dagdigdug. Mulai bingung ni, berpikir aku mau coba untuk memasang pipa yang nyambung ke penampungan dulu bukan yang dari bak mandi bawah sudah sedikit mantap dan benar bila dinalar, dan untuk lebih meyakinkan kutanya adikku yang masih setia menunggu di dalam, bahkan adiku sempat bilang nanti kalau salah, dimarahi ya bareng-bareng to. Ya mana aku tega lah ya.
Sebelum sempat aku gergaji, adik lelakiku datang. Menanyakan kurangnya apa, lalu aku terangkan yang di inginkan bapak dan kerjaan hanya kurang menyambung ke bagian penampungan saja. Adiku lama mudengnya (maklumin aja deh ya keduanya temenan ama obat jadi ga ngerti beginian makanya pas aku terangin mereka hanya diam. Sedikit bangga menjadi anak IPA), sempat sedikit panjang untuk menerangkan kembali gambar yang dibuat bapak dan kesalahan pengerjaan sebelumnya lanjut dengan kerjaan yang tersisa. Intinya aku yang paham dan adik hanya ngikut yang kuperintahkan. Ternyata memang sengaja tadi di tinggal dan belum di lem karena dia ingin bapak tau yang dimaksud seperti itu atau tidak dan ternyata memang salah. Coba tadi jika sudah di lem apa ga nambah kerjaan bongkar lagi. Sedikit menjelaskan jika tinggal menggergaji saluran dari bak untuk di pararel agar nantinya sanyo yang dari luar bila tidak ngangkat bisa menggunakan sanyo dari bak kamar mandi bawah seperti biasanya. Ternyata air yang keluar itu bukan dari penampungan tapi dari sisa air yang ada di pipa. Aku serahkan kerjaan ke adiku, karena menggergaji pipa mepet tembok dan berhimpitan dengan pipa pembuangan itu lumayan susah.
Sampai bapak pulang kerjaan belum sepenuhnya selesai. Bapak ga komentar apa-apa ketika melihat aku dan adik lelakiku ada di atas atap seng. Karena tinggal maku pipa saja aku tinggal masuk. Sungguh sedikit menyusahkan ketika lompat tembok ketika dari luar karena kursinya goyang-goyang, tidak ada pijakan lain. Selesai sudah kerjaan, tinggal menyambung di bagian bawah dan kerjaan benar-benar selesai. Anggap saja kerja team. Lega rasanya bisa melewati kerjaan ini, walaupun ada beberapa lecet di jari tak mengapa selama hasilnya baik. Oke bapak puas dengan kerjaanya.
Bapak sempat menerangkan cara kerja dari dua peletakan dua kran di pipa. Walaupun sudah tau tetap aku dengarkan penjelasan bapak. Ketika bapak bertanya kenapa pipanya ga disambung lurus dari pipa kran malah di luruskan mengikuti pipa yang dari bawah ya aku bilang saja untuk menyambung bagian ujungnya susah karena harus melewati seng tipis tanpa tumpuan, dan bapak membenarkan bahkan bapak juga ga percaya jika pipa pojok sambungan ke bawah aku yang ngelem karena memang sedikit susah dan ga mungkin perempuan 'petangkrian' sampai sana, dan nyatanya aku yang nyambung kan.... (inilah yang terkadang membuat sedih, selalu di anggap lemah dan tak bisa apa-apa. Selalu menjadi anak kecilnya yang lucu dan penurut).
Walaupun ga melihat hasilnya, namun melihat kita bekerja simbok sedikit bangga. Kata simbok walaupun perempuan tapi bisa pasang pipa itu pintar. Perempuan harus bisa mandiri dan bisa apa saja. Tak ada jawaban dariku karena otakku masih butek tapi, Oke siaaap kalau hanya pemikiran untuk mandiri mah udah biasa. (03/12/18)
::
Untuk menggergaji pipa gampang-gampang susah. Pegang erat pipa di kedua sisi biar ga jalan, caranya satu sisi di injak dengan kaki sisi yang lain di pegang , saat menggergaji berikan sedikit tekanan di bagian ujung gergaji maka akan cepat tergores pipanya. Peletakan gergaji agak miring sedikit tapi jari jangan terlalu dekat biar ga terluka. Mungkin awal akan miirng tapi beberapa kali di coba bisa lurus sempurna. Hehehehe....