" Ga mau aku ingin jadi orang jahat saja, sudah bosan baik sama orang"
" Eeh, mba ga boleh begitu, kita mesti baik kepada semua orang"
" Enggak aah. Yang lain juga jahat, sekarang jadi orang jahat saja "
" Ini orang, enggak boleh. Meskipun orang lain jahat tapi mba kudu tetap baik ... "
Sepenggal percakapan yang aku ingat di suatu sore. Sadar bila berbuat jahat itu tidak baik namun karena satu kekecewaan ditambah aku yang belum bisa menerima kenyataan dengan suatu ujian dari Tuhan yang datang sehingga membuatku kehilangan arah dan berontak kepada diri sendiri. Meskipun sudah tau dan sekali lagi mendapat 'wejangan' dari suatu obrolan yang tanpa sengaja itu namun akan tetap sama, tidak mau lagi baik-baik kepada siapa pun. Jadi memutuskan menjadi orang jahat masih berlanjut.
Jujur ternyata berbuat jahat itu capek. Tiap hari harus beradu argumen dengan hati nurani, harus memberikan alasan dengan apa yang aku perbuat kepada otak malah terkadang masalah sudah selesai namun masih saja kepikiran. Bukan perkara mudah untuk berontak kepada diri sendiri dan imbasnya kalut, dilema, galau dan beberapa teman sejawatnya bukannya berangsur membaik malah semakin terpuruk, jauh terperangkap ke dalam black hole, permasalahan yang seharusnya mudah malah dirasa semakin kusut dan bercampur menjadi satu sampai kepala rasanya ingin pecah, capek.
Namun setelah menyendiri itu juga tidak seketika, ada beberapa kejadian baik yang aku alami, rasakan, maupun yang aku lihat langsung perlahan mengubahku. Berbicara dengan diri sendiri ketika malam tiba, ketika berada di bawah pancuran membuat pikiranku terbuka. Aku mencoba mengkoreksi apa yang selama ini salah dan dari renungan itu aku sadari ternyata banyak yang salah. Aku yang tak bisa menerima kenyataan, iklas yang tertutup egoku, kini perlahan mulai mengendur.
Apa yang aku dapat jika berbuat jahat kepada orang lain...? Ga ada yang kamu dapat karena yang ada hanya masalah, mungkin masalah tidak timbul antara diriku dengan orang lain namun masalah yang menjadikan pikiranmu semakin kalut. Rasa bersalah dan hati ini yang bisa dipastikan akan selalu berontak dan meraung-raung mendemo perbuatan yang sudah aku lakukan. Tidak hanya itu, karena aku tipe orang pemikir apakah mungkin apa yang sudah kamu perbuat, sikap cuek kepada orang lain bisa aku telerir..., aku rasa ga mungkin yang ada malah otak, hati akan bersatu dan menyalahkan tubuh yang tak berdaya ini dan jika itu terjadi maka bersiaplah untuk menuju gerbang kegelisahan dalam siang dan malammu.
Yaa, memang seharusnya aku tak merugikan orang lain. Biarkan orang-orang itu berbuat jahat kepadaku, biarkan mereka menganggapku lemah, biarkan mereka mencoba menindasku namun jangan pernah kau menyakiti orang lain. Karena biarpun kamu yang terluka, kamu yang tersiksa, kamu yang sengsara namun sejatinya kamulah pemenang yang sesungguhnya. Mungkin mereka puas bisa berada di atasmu, mempecundangimu namun kepuasan itu adalah lubang yang di buat untuk mereka sendiri. Ingatkan dengan pepatah, apa yang kita taman itulah yang akan kita tuwai, jika menanam semangka apakah mungkin bisa berbuah mangga enggak kan..., begitu juga bila menanam keburukan/kejelekan maka suatu saat mereka akan merasakan sakitnya dari buah perbuatan mereka sendiri.
Tak ada yang mudah, dan kelemahanmu adalah ujian kesabaranmu. Ingat kesabaran tak ada batasnya, manusialah yang memberi batasan itu. Tetaplah menjadi orang baik ya, jangan ikut-ikut mereka, keteguhan prinsipmu lah yang bisa menjadi tameng dan semuanya akan indah pada waktunya, tidak perlu mencari keindahan, ataupun memperindah yang sudah indah. Nikmati dan resapi dengan bersyukur atas segala yang sudah kau raih di dalam hidupmu. (sept)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar