Mencari Bengkel
Walaupun jarak bengkel tidak begitu jauh namun dalam kondisi kayak gini seperti menempuh jarak ribuan mill jauhnya. Sesekali melihat ke arah bawah untuk mengepaskan antara kaki dengan pijakan. Lama-lama kaki sakit juga mengendarai motor dengan telapak kaki agak serong keluar. Sampai di pertigaan lampu merah aku melihat ke arah kanan, di seberang jalan memang terlihat beberapa orang yang lagi memperbaiki mobil "mungkin itu bengkel yang dimaksud". Namun karena aku berada terlalu pinggir dan saat itu lalu lintas lumayan ramai di tambah lagi dekat dengan tikungan dan lampu merah jadi agak susah buatku untuk langsung menerobos. Ngeper juga mau langsung belok dengan keadaan yang seperti ini. Lalu aku putuskan untuk berputar arah agak kedepan mencari celah ketika kendaraan agak sepi. Nah...nah...nah.... Motor di pacu dengan kecepatan lambat tapi masih tidak menemukan celah untuk berputar hingga sampai di jalan yang agak menanjak "putar sebelah sana saja" pikirku, melihat lurus kedepan sambil sesekali melihat kanan-kiri, berderet aneka ruko yang menyediakan jasa dari makanan, bahan bangunan, hingga peralatan rumah tangga juga ada. Ketika lalu lintas agak sepi tanpa pikir panjang lagi aku putar haluan sebelum terlalu jauh dari bengkel yang aku tuju.
Sesampainya di bengkel yang ada di tepi jalan terlihat para pegawainya sedang pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, walaupun ada yang melihat ke arahku namun tak mendatangi ataupun menanyakan perihal kedatanganku dia kembali lagi meneruskan pekerjaannya. "Hmmmm....., sepertinya aku salah bengkel deh" ini bengkel mobil bukan bengkel motor, jelas-jelas di papan tertulis begitu. Tapi dengan modal nekat dan muka tembok, aku beranikan bertanya yang penting motorku bisa baik lagi.
"Permisi mas....."
"Ada apa mbak" Huuuft akhirnya ada juga yang jawab.
Terlihat seorang pemuda menghampiriku dengan baju dan tangan belepotan entah oli atau gemuk mungkin juga keduanya dan masih membawa kunci di tangan yang dia gunakan untuk mengencangkan skrup bagian bawah mobil
"Ini mas rem motorku bengkok, bisa minta tolong benerin ga ya ".
Laki-laki itu memeriksa keadaan rem motor yang masih terlihat aneh, lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Bingung namun hanya bisa melihat kemana dia pergi. Ternyata dia mengambil palu yang terbuat dari kayu lalu memukul-mukul tuas rem motorku, namun sepertinya tidak ada hasil. Terlihat temannya datang menghampiri dan melihat kearahnya.
"Pake balok besi biar lebih mudah" Laki-laki itu pergi mengambil besi balok dan memasukkan rem itu ke dalam besi yang berlubang kemudian memukul-mukul pake palu (kali ini palu besi bukan palu kayu lagi). Yang satu memegangi motor yang satunya memukul-mukul.
"Susah mbak..."
"Trus bagaimana donk mas"
"Besinya keras, coba bawa ke tukang las, nanti biar dipanasi. Biasanya kalau panas besi lebih mudah dibentuk." Sambil menerangkan dengan peraga tuas rem yang masih sama keadaannya seperti semula.
"Ini mbak dekat tanjakan sebelah kiri disitu ada tukang las. Masalahnya aku coba pukul-pukul juga enggak bisa balik" Sepertinya masnya tau isi hatiku yang memang lagi blank dan tak tau mesti berbuat apa.
Menyimak sambil mengingat-ingat letak tukang las yang dimaksud ketika tadi celingak-celinguk mencari bengkel dan mencari arah untuk berputar arah.
"Iya, iya tau...., berapa mas....?"
"Enggak usah mbak, gak ngapa-ngapain kok."
"Makasih mas, mari...."
"Iya mbak, tempatnya di tanjakan sebelah kiri tidak usah menyebrang lagi, dekat kok dari sini. " Masnya berdiri dan masih dengan sabar menjelaskan. Mungkin waktu itu mukaku terlihat culun dan polos kali ya sehingga masnya enggak yakin aku bisa mencari tempat bengkel las yang dimaksud.
"Iya, makasih mas....., mari"
"Iya mbak"
Berputar haluan dan menuju ke tempat tukang las yang di maksud. Padahal tadi sudah dilewati dan waktu lewat juga ada pikiran tentang tukang las namun karena tujuannya bengkel jadinya ya mengabaikan bisikan hati tentang tukang las. Untung bapaknya tidak ada pasien cuma lagi ngelas-ngelas batang besi entah mau dibuat apa.
"Permisi pak, bisa benerin ini gak ya?!" Setelah menstandarkan motor mendekati bapak-bapak tukang las yang bekerja sendirian di bengkel yang enggak begitu besar dengan besi-besi yang berserakan dimana-mana sampai tak ada tempat yang longgar, terlihat juga bangku panjang dari kayu sebagai tempat yang bersih.
"Apa mbak ?" Bapaknya langsung berdiri membuntutiku menuju ke arah motor yang aku barkir.
"Ini pak, tuas remnya agak bengkok bisa benerin gak ya"
"Ini kenapa mbak sampai bisa begini" Sambil mengamati tuas rem yang aku maksud.
"Jatuh ketabrak motor pak, tadi sudah ke bengkel sana tapi katanya suruh ke tukang las, masnya tidak bisa benerin dikasih tau suruh kesini" sambil menunjuk ke arah bengkel.
"Kalau bengkel susah mbak ini besinya keras, ini mesti dipanasi mbak kalau hanya di pukul pake palu ya susah." Sepertinya si bapak mengerti apa yang mas bengkel tadi lakukan.
Tanpa menunggu lama si bapak berdiri dan mengambil alat las dan palu.
"Duduk dulu mbak." Melihat ke arah bangku panjang yang aku lihat tadi dan menyuruhku untuk menunggu disana.
"Iya pak" Aku masih tetap berdiri di pinggir motor. Ingin melihat proses perbaikan, ada rasa penasaran juga bagaimana bapak ini ngelas.
Dengan memanasi tuas rem dengan alat las lalu memukul-mukulnya sedikit demi sedikit akhirnya rem bisa kembali ke tempat semula, walaupun bentuknya tidak semulus semula namun tak masalah asalkan sudah bisa berfungsi dengan benar. Sesekali aku merasakan perih di punggung kakiku, namun tak aku hiraukan. Tuasnya jadi gosong terkena panggangan api dari alat las.
"Sudah mbak, tapi ya tidak bisa lurus seperti semula " Bapak itu berdiri dan mengembalikan alat-alat yang barusan ia gunakan untuk memperbaiki tuas rem.
"Enggak apa-apa pak yang penting tidak ngunci kayak tadi."
"Berapa pak......?"
"......(menyebut sejumlah angka yang mesti aku bayar) saja." Aku lupa berapa nominal yang disebutkan si bapak habisnya sudah lama sekali.
Setelah membayar dan berterima kasih aku pun berlalu. Rem motor kembali berfungsi seperti semula, ini semua berkat jasa bapak tukang las.
BERSAMBUNG....