Sebelum memposting aku ingin tanya apakah mengendarai motor dengan kecepatan 60km/h itu masuk kategori cepat atau sedang...???!
Kalau menurut aku kecepatan 60km/h adalah kecepatan normal. Pada setuju kan...,
Aku rata-rata mengendarai motor dijalan raya kecepatan 60km/h itu
juga pas jalan sepi jarang lebih kecuali perjalanan luar kota dan jalan
sepi baru berani kisaran 100km/h. Tapi buat motor bebek 125cc biasa saja
lah, motor bebek larinya enggak begitu lincah bila di banding motor
cowok namun kenapa teman-teman sering bilang kalau aku ngebut, heran
aku.
Begini komentar mereka;
Teman-teman ada yang bilang
"kamu kalau bawa motor kaya pembalap wees..wees..wess.."
" kalau bawa motor ngebut, serem"
" Bawa motor kaya gak ada remnya, gas terus "
" Bawa motor kaya setan, kenceng banget di tikungan ngepot (kemiringan penuh)
Pernah aku nanya "ngebut bagaimana bukannya kecepatan sama saja seperti yang lain"
" Kamu bawa motornya pegang gas nyantai tapi larinya kencang. Kalau sudah pegang motor seakan gak punya lelah "
Ibu
sering bilang waktu pamitan " gak usah ngebut pelan-pelan saja, bawa
motor seperti pak Daman itu saja" (tetangga depan rumah) dalam hati
kapan nyampenya bu, pak Daman bawa motor kaya di tuntun, bahkan sama
orang lari saja lebih cepat yang lari.
Adeku yang cewek bila
pergi bareng gak pernah mau di bonceng selalu dia yang bawa. Waktu aku
yang bawa selalu di minta. "Sini aku saja yang bawa kamu kalau bawa kaya
setan". Lumayan tinggal bonceng sambil foto-foto, hehehehe...
Si
kecil putra suka ngapsen " ti (adeku cewek) pelan-pelan, pak dhe
(ayahku) pelan-pelan, li (aku) banter-banter, mas do (adeku cowok)
banter-banter, ayahku pelan-pelan banget".
Pak kawit "iyeng, kalau naik motor jangan ngebut sudah malam,
Aku "mana..., pelan yo pak"
Pak kawit " pelan apa, pelan-pelan saja"
Aku " lha iya sudah pelan-pelan kok pak"
Pak
kawit " kalau naik motor pelan-pelan saja. Anak wedok sing iyeng dewe
(anak perempuan yang hitam sendiri)" kalimat terakhir ini yang bikin
keki, sejak pulang dari Yogya pak kawit manggil iyeng (hitam) gara-gara
kulitku memang agak hitam bila di banding dulu pas di semarang (aku dulu
putih lho) sejak pindah Yogya menjadi hitam akibat keseringan bolang, seharian penuh jelajah pantai bayangin saja kalau 2 tahun lebih
pastilah jadi hitam. Stop bayanginnya jangan lama-lama keburu lebaran
monyet datang.
Kalau di banding adeku yang cowok gak ada
apa-apanya dia kalau naik "nyasak" ngepot kanan kiri. Adeku yang cewek
sebenarnya juga sering ngebut.
Masih banyak teman cewek saat naik
motor lebih parah dari aku tapi gak ada cap ngebut buat mereka, lagian
memang aku naik motornya biasa saja, gak begitu main gas juga tapi tapi
tapiiii...huuuuft...
Jadi ingat dulu waktu SMU ayah sering dapat
laporan teman-teman nongkrongnya kalau melihat aku naik motor kencang
sampai-sampai sering kena marah.
Ayah " benk, (panggilan aku dari ayah) bawa motor gak usah ngebut, perempuan bawa motor kok ngebut..!!"
Aku " enggak ngebut "
Ayah " walaupun ayah gak liat tapi ayah tau kalau kamu naik motor ngebut"
Aku "ayah tau darimana...??"
Ayah " pokoknya ayah tau titik, kamu ngeyel kaya apapun ayah gak bakalan bisa di bohongi "
Aku " iya " kalau sama ayah memang susah buat ngeyel apa lagi kalau sudah bilang titik menjadi harga mati.
Gak tau juga kenapa teman-teman ayah hafal bener motor yang biasa aku pakai padahal ayah hanya sekali-kali saja pakai motorku.
Aku
akui bila di banding mobil aku lebih suka motor, bukannya karena aku
enggak punya mobil tapi kalau naik motor kemanapun ayo, apalagi kalau
aku bawa sendiri aku jabani dah. Selama ini bolang di Yogja yang bawa
sendiri motorku, pulang pergi tanpa ada yang gantiin.
Jadi kangen
geber abu menjelajah Jogja, kangen jalan Wonosari yang banyak tikungan,
tanjakan dan turunan, nyalip pengendara yang lain, mencari celah
diantara mobil-mobil dalam tanjakan. Jalan arah Gunungkidul yang
berkelok-kelok, mata dimanjakan pemandangan zamrut katulistiwa yang
benar-benar bikin fres pikiran dan mata. Kapan bisa seperti itu lagi....
0 komentar:
Posting Komentar