Jika ditanya apakah tidak capek setelah muter-muter kebun teh ini mau nambah lagi, dengan lantang akan aku jawab "enggak" . Aku, Otong dan pak David mulai petualangan dengan kembali ke jalan besar dan memilih kebun teh yang ada di seberang jalan sebagai obyek sasaran penjelajahan. Mencari jalan di sela-sela kebun teh, terlihat di seberang sudah rumah-rumah penduduk, jika di lihat seperti ada cekungan mungkin sungai pikirku tapi setelah di lihat ternyata bukan sungai hanya cekungan atau turunan yang di penuhi pohon-pohon teh. Berhenti sejenak untuk menganalisa, aku ingin ke seberang atas demikian juga pak David kalau Otong ngasal ngikut saja, maka dari itu kita berdiskusi (cieee bahasanya) ya ngobrol lah mencari jalan agar bisa sampai ke atas (di atas pemukiman penduduk) dengan menganalisa dari motor yang baru lewat di tempat yang ingin kita tuju. Tak butuh waktu lama, kita nurut Pak David sebagai driver pastinya sudah ahli mencari jalan tikus ketika menghindari macet dan agar cepat sampai tujuan.
Melewati pematang diantara rimbunnya pohon teh menuju pemukiman penduduk meski hati-hati karena jalannya menurun dengan tanah yang agak licin. Wiiih ternyata jalan di perkampungan ini sempit walaupun sudah rapi, dengan kanan kiri rumah penduduk yang begitu rapat dari satu dan yang lainnya. Lurus berjalan menyusuri jalan setapak sambil sesekali bertegur sapa dengan penduduk sekitar untuk menghormati, mendengar jawaban mereka dengan logat ngapak-nya ketika di sapa sepertinya penduduk di sini ramah-ramah dan ada juga beberapa yang nampak heran dengan melihat ke arah kita.
Terus berjalan sampai di pertigaan memilih jalan lurus saja yang langsung menuju kebun teh. Dan woooow dari sini sudah terlihat hamparan kebun teh yang sangat luas banget dan pemandangan di sekelilingnya sungguh memanjakan mata, dengan bukit tinggi, gunung dan awan-awan yang sebagian berwarna putih dan sebagian lagi berwarna ke abu-abuan yang cukup tebal menutup sebagian langit yang berwarna biru cerah.
Inilah gambaran dari empat penjuru mata angin yang berbeda (padahal kagak ngerti arah sok-sok an pakai bahasa intelek). Kalau di gambar saja sudah seperti ini apalagi kalau lihat langsung..., bikin betah deh berlama-lama disana. Karena di sini sepanjang mata memandang hanya pohon-pohon teh maka dari itu tak ada yang bisa di ceritakan, hanya melukiskan lewat jebretan kamera dan mengabadikan dalam memory otak. Udara yang segar dan pemandangan yang luar biasa indah seimbang dengan sedikit rasa gatal setelah belusukan menerobos kebun teh. Sayang birunya langit tertutupi awan yang begitu banyak sehingga sedikit mengganggu hasil jepretan kamera. Sudah seperti acara pemotretan saja aku yang meminta di potret dengan sedikit memaksa seh sebenarnya, Otong sebagai fotografer dan pak David yang mengarahkan tempat agar mendapatkan gambar yang bagus.
Sepanjang jalan hanya tertawa melihat Otong yang tersiksa, sudah tak ada tenaga untuk melanjutkan perjalanan, salah sendiri acara jalan-jalan masih saja pakai celana jean ketat. Berbeda jauh dengan pak David yang masih bersemangat seakan tak punya rasa capek dan haus terus saja berjalan menyusuri jalan diantara kebun teh. Sebagai pecinta burung ketika ada burung yang melintas langsung saja pak David ingin mengejarnya bahkan sampai berkata "kalau penduduk sini ada yang punya burung di beli saja pasti harganya murah bahkan malah bisa saja cuma dikasihkan begitu saja, disini burung masih banyak" deeeer, hadah kenapa laki-laki di sekeliling aku memilih burung sebagai binatang peliharaan seh kenapa gak pelihara semut atau nyamuk gitu.
Melihat Otong yang hanya memiliki sisa-sisa tenaga pak David berkata sebentar lagi itu disana ada warung yang jual teh, melihat arah yang di tunjuk pak David memang ada bangunan diantara rimbunnya pucuk teh walaupun hanya terlihat gentingnya saja tapi mana ada yang jualan disini apalagi di kebun teh siapa juga yang mau beli. Mendengar perkataanku Otong ngomel-ngomel karena menghancurkan kembali semangatnya yang mulai terbangun setelah mendengar perkataan pak David tentang warung teh, hahahahha...... Kasihan juga melihatnya dan langsung saja aku buka tas ajaibku, kalau doraemon punya kantong ajaib aku juga punya tas ajaib aku kasih dia permen. Berhenti sebentar menikmati pemandangan sambil mengunyah permen dan oreo, pak David sudah enggak kelihatan masih asik dengan burung-burung yang berseliweran.
Matahari sudah mulai bergeser dari tempatnya, mengingat sebentar lagi gelap tujuan kita selanjutnya mencari jalan raya untuk pulang walaupun awalnya ingin jalan lurus terus penasaran sampai dimana ujungnya, Pak David sempat bertanya dengan bapak pencari rumput yang kita jumpai tadi tentang arah yang menuju ke jalan raya. Jika lurus terus akan menemukan jalan raya tapi masih jauh lagi, mengingat matahari yang meyuruh kita untuk segera balik ke pondok untuk itu kita memilih mencari jalan memotong, mencari jalan belok ke kanan (insting mendengar deru motor yang menanjak) yang agak besar tidak menerobos pohon teh takutnya kalau kejeblos. Di depan sudah ada pertigaan dan sepertinya ada jalan yang lumayan besar, di pertigaan eeeh tak disangka dan tak direncanakan kita bertemu lagi dengan rombongan yang naik sepeda yang kita jumpai di perempatan di awal jalan-jalan di kebun teh.
Sambil berjalan-jalan dan sesekali mengambil gambar agar ada sesi memoryalnya. Di sore hari beranjak petang, di sela-sela perjalanan aku menjumpai beberapa penduduk yang mencari kayu bakar dan mencari rumput. Bayangin saja tu kayu bakar sebanyak itu mereka kuat mengangkat. Walaupun sudah tua tapi semangat mereka '45 perlu di contoh tu, nah dengerin ell perlu mencontoh mereka ingat itu... (bicara sama diri sendiri). Tak terbayang beratnya seperti apa dulu waktu bolang di Goa Kiskendo yang berada di daerah Kulon Progo, Yogyakarta pernah mencoba untuk mengangkat keranjang yang berisi penuh dengan rumput-rumput untuk makan ternak tapi enggak berhasil hanya mampu bergeser sedikit doank, berat ternyata. Di Tepi kebun teh yang dekat dengan pemukinam penduduk sempat juga menjumpai tiang-tiang dari bambu yang cukup tinggi dan berbentuk seperti kubus, katanya ini biasanya untuk mengadu atau melatih merpati.
Sepanjang jalan hanya tertawa melihat Otong yang tersiksa, sudah tak ada tenaga untuk melanjutkan perjalanan, salah sendiri acara jalan-jalan masih saja pakai celana jean ketat. Berbeda jauh dengan pak David yang masih bersemangat seakan tak punya rasa capek dan haus terus saja berjalan menyusuri jalan diantara kebun teh. Sebagai pecinta burung ketika ada burung yang melintas langsung saja pak David ingin mengejarnya bahkan sampai berkata "kalau penduduk sini ada yang punya burung di beli saja pasti harganya murah bahkan malah bisa saja cuma dikasihkan begitu saja, disini burung masih banyak" deeeer, hadah kenapa laki-laki di sekeliling aku memilih burung sebagai binatang peliharaan seh kenapa gak pelihara semut atau nyamuk gitu.
Melihat Otong yang hanya memiliki sisa-sisa tenaga pak David berkata sebentar lagi itu disana ada warung yang jual teh, melihat arah yang di tunjuk pak David memang ada bangunan diantara rimbunnya pucuk teh walaupun hanya terlihat gentingnya saja tapi mana ada yang jualan disini apalagi di kebun teh siapa juga yang mau beli. Mendengar perkataanku Otong ngomel-ngomel karena menghancurkan kembali semangatnya yang mulai terbangun setelah mendengar perkataan pak David tentang warung teh, hahahahha...... Kasihan juga melihatnya dan langsung saja aku buka tas ajaibku, kalau doraemon punya kantong ajaib aku juga punya tas ajaib aku kasih dia permen. Berhenti sebentar menikmati pemandangan sambil mengunyah permen dan oreo, pak David sudah enggak kelihatan masih asik dengan burung-burung yang berseliweran.
Matahari sudah mulai bergeser dari tempatnya, mengingat sebentar lagi gelap tujuan kita selanjutnya mencari jalan raya untuk pulang walaupun awalnya ingin jalan lurus terus penasaran sampai dimana ujungnya, Pak David sempat bertanya dengan bapak pencari rumput yang kita jumpai tadi tentang arah yang menuju ke jalan raya. Jika lurus terus akan menemukan jalan raya tapi masih jauh lagi, mengingat matahari yang meyuruh kita untuk segera balik ke pondok untuk itu kita memilih mencari jalan memotong, mencari jalan belok ke kanan (insting mendengar deru motor yang menanjak) yang agak besar tidak menerobos pohon teh takutnya kalau kejeblos. Di depan sudah ada pertigaan dan sepertinya ada jalan yang lumayan besar, di pertigaan eeeh tak disangka dan tak direncanakan kita bertemu lagi dengan rombongan yang naik sepeda yang kita jumpai di perempatan di awal jalan-jalan di kebun teh.
Pulang-pulang kembali ke pondok, mengingat sebentar lagi sudah jam 06.00 acara makan malam, nanti kalau ketinggalan cacing dalam perut bisa meraung-raung demo malah repot sendiri. Di tengah perjalanan Pak David menelefon keluarganya di rumah sekedar menanyakan lagi apa dan menceritakan apa saja yang sudah ia lakukan sepanjang hari ini, duuuuh senengnya trus aku yang menelefon siapa donk.... (ngarep dikit aaah, tapi itu aja yang telepon jangan yang lain apalagi sales yang menawarkan panci jangan deh)
Akhirnya tiba juga di jalan raya tapi sepertinya butuh sedikit tenaga lagi ni untuk sampai pondok, pikiranku dengan Otong ternyata sama menumpang mobil yang lewat untuk menghemat tenaga, hahahhaa.... tapi melihat pak David masih telepon dan beristirahat ya hanya membiarkan saja mobil-mobil yang lewat. Ketika ada mobil pick up lewat aku kiranya ingin berbelok karena agak minggir dan di depanku ada jalan, jalan yang barusan aku lewati untuk sampai ke jalan raya, tapi ternyata mobilnya menepi dalam pikiranku akan menanyakan padaku apakah membutuhkan tumpangan eeh ternyata mobilnya berhenti karena memberi jalan kepada mobil dari arah berlawanan mengingat jalan yang baru di perbaiki, wkakakaka....keburu ge er duluan.
Lanjutkan perjalanan menuju ke pondok penginapan, lumayan juga jauhnya dan kakiku bagian jari-jari sedikit sakit kepentok ujung sepatu karena jalan yang menurun, tidak hanya itu pergelangan kakiku juga mulai terasa pegal tapi semangat tak pernah kendur maju terus sampai tujuan. Aku dan Otong sepanjang perjalanan hanya bercanda terus sedangkan Pak David masih asik mengobrol dengan anak-anaknya di telepon. Tak terasa akhirnya sampai juga di pondok, huuuft...petualangan selama 2 jam sangat berkesan. Melihat kanan kiri sepi tak ada orang yang berlalu lalang, hanya beberapa orang yang lagi ngobrol di teras kamar, mungkin lagi pada mandi mengingat hari sudah mulai malam dan sampai pondok bertepatan dengan suara adzan tanda Magrib sudah datang.
Istirahat sejenak untuk menghilangkan keringat sebelum mandi, capek juga ternyata. Beberapa teman juga sempat bertanya karena baru kelihatan, melihat Otong yang tak berdaya kehabisan tenaga jadi ketawa sendiri, habisnya dia ngomel-ngomel bilang kalau aku kerjain dan menyiksanya, bodo amat yang penting sesi bebas 2 jam setelah jalan-jalan di kebun teh dan sebelum makan malam terbayar dengan melihat pemandangan yang begitu indah. Ini baru awal karena besok masih ada sesi perjalanan naik ke puncak Sikunir melihat sunres.
Saatnya mandi dan siap-siap makan malam dilanjut acara api unggun dan hiburan malam klik disini