Siang, ketika sedang menikmati pemandangan di puncak suroloyo yang sudah lama aku ingin, pemandangan lumayan lah terlihat gunung slamet, gunung merapi, gunung sindoro dan gunung sumbing berdiri dengan gagahnya menembus awan. Disana kita bisa menikmati pemandangan dari 3 gardu pandang yang berbeda.
Ketika ingin beralih ke gardu pandang yang lainnya, menuruni anak tangga sambil memegang kamera sesekali mengabadikan gambar yang aku rasa bagus tapi kreeeek, aduuuh..., bukan suara ranting kering yang tak sengaja aku injak tapi kakiku terkilir ketika menuruni anak tangga. Rasanya sejuta bener deh, suaranya begitu keras dan merdu hingga kini masih terngiang di telingaku bisik cintamu loooh malah dangdutan, beneran sakitnya sampai ke ubun-ubun lha langsung pusing, terasa kesemutan dan untuk melangkah pun teramat perih mengiris hati, menghujam jantung dan menyayat kalbu hingga ku tak berdaya, halaah mulai kumat puitis kacangannya (akibat galau terlalu lama).
Balik lagi
Beneran sakit, kakiku untuk sekedar menuruni anak tangga pun rasanya nyeri dan kesemutan. Mengingat kakiku yang sakit untuk melanjutkan perjalanan ke gardu lain sepertinya tak mungkin lalu aku berhenti di persimpangan jalan antara jalan yang membawa aku naik dan jalan menuju ke puncak selanjutnya. Entah sudah berapa orang yang datang dan pergi tapi aku masih duduk disana sambil mengurut-urut pergelangan kakiku dengan minyak kayu putih yang senantiasa menemaniku kemanapun aku pergi. Lama mengurut tapi masih saja sakit, bahkan terlihat mulai sedikit bengkak, ya Tuhan bagaimana ini semoga besok sembuh. Tiga kali bunyi kreeek ketika kaki keseleo dengan bunyinya yang nyaring dan rasanya yang aduhai membuat kepala jadi sedikit pusing dan sedikit merinding.
Sepertinya ada urat yang keluar jalur, menumpuk antara satu dan lainnya ini aku lihat ketika aku urut pelan-pelan ada beberapa bagian yang terlihat sedikit terasa bergeronjal seperti polisi tidur yang ada di tengah jalan, ngurutnya bukan pas yang sakit, boro-boro di urut di pegang saja sakit banget. Oh ya ketika aku coba goyang-goyang dengan asumsi agar urat-uratnya tidak kaku eeh malah bunyi lagi kreeeeek sakiiit... hingga saking sakitnya air matapun sampai keluar sendiri tanpa dikomando dan itu juga tak mampu mengurangi rasa sakitnya, kalau ga ingat di tempat umum sudah mewek deh dari tadi, maaaaas... Ketika situasi seperti ini yang aku panggil bukan ibu tapi dia, ga tau kenapa dalam hati teriaknya begitu. Apa mungkin karena dari awal penjelajahan hingga hari ke dua ini masih berharap dia ikut serta kali ya :(
Karena bukan tukang urut susah juga memisahkan dan mengembalikan urat-urat ke tempat semula. Sekian lama memijit lumayan lah bisa sedikit di gerakkan, dan aku pun memilih untuk tidak meneruskan ke gardu pandang selanjutnya. Cukup kan melihat pemandangan dengan latar belakang gunung dan perbukitan kali ini, mungkin disambung lain kali meskipun aku tak yakin juga ada penjelajahan selanjutnya, feelingku berkata ini penjelajahan terakhir di kota gudeg ini, walaupun masih banyak tempat yang belum aku datangi.
Ketika di BBM sama adik sepupu yang menanyakan keberadaanku yang memang dia tidak bisa ikut karena ada tes di Solo, karena adik sepupuku sudah pernah kesini ia pun hanya bilang "selamat berfoto bersama awan" jujur aku tak begitu menyukai tempat ini, sudah terlalu komersil dan ga alami lagi (menurut penilaianku pribadi). Untuk mengurangi nyeri serta bengkak, ketika sampai di parkiran aku coba membeli koyo (tanya-tanya ke warung aja siapa tau beruntung) kebetulan kali ini ada meskipun tinggal koyo cabe tak apalah siapa tau cocok. Dengan koyo inilah kaki kananku masih bisa mengontrol rem mengingat jalan berliku, berbatu dan beberapa kali nyasar.
Memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan sempat mampir ke apotek untuk membeli salep buat otot terkilir dan meredakan nyeri. Dengan terpaksa perjalanan berakhir tanpa mencari daerah jajahan baru yang dekat-dekat sekalipun karena aku merasakan kaki kananku mulai berdenyut sedikit sakit ketika di gerakkan, benar saja ketika aku lihat bengkaknya semakin gede ditambah rasa panas koyo yang sedikit menyakiti kulit kaki yang tertempel ketika terkena matahari meskipun aku sudah memakai kaos kaki. Beberapa kali selama perjalanan ke kos ku pandangi telapak kaki dan menggerak-gerakkannya namun semakin sakit dan bertambah gede aja ya sampai-sampai sepatuku pun jadi terasa sempit. Tenang-tenang sebentar lagi sampai kos hatiku coba menenangkan. Mau ke dokter tapi takut kalau malah di perban-perban trus di beri obat gede-gede dan banyak aiiiih, noooo.....
Akhirnya sampai kos juga, setelah tadi mampir sebentar untuk membeli sarapan, aiiiih jam 3 sore baru sarapan ... Baru buka pintu dan naro tas eh kaki ketekuk lagi di tempat yang sama, dan ketika berbalik untuk menggantung jaket sekali lagi ketekuk, lalu ketika di kamar mandi terulang lagi (rasanya pingin nangis sejadi-jadinya) aduuuuh sungguh muantap sakitnya ada kali hingga level 10, sakitnya sampai ke ubun-ubun. Makan tak enak di urut juga sakit sedangakan salep yang aku beli sepertinya tidak ada rasanya katanya mbak yang jaga di apotek tadi bisa meredakan nyeri juga tapi tetep aja sakit. Pengen pulaaaaang...
Bengkak semakin bertambah gede, ada kali sebesar bola tenis. Oh ya tadi di jalan pas lihat mata kaki mulai bengkak buru-buru berharap agar kaki tidak ikut bengkak seperti dulu pas jatuh dari motor yang bengkaknya hampir sampai 1 bulan lebih sudah mirip kaki gajah gedenya. Menghilangkan segalapikiran buruk, ga boleh berpikir macam-macam meskipun sempat berpikir apakah cidera ini ulah dari pikiranku ketika di pom bensin melihat satpam yang tangannya di perban (sepertinya cidera) hmmmm....bisa jadi juga begitu. Teman bilang suruh ngompres pake es batu, buru-buru beli es batu di warung dekat kos sekalian beli counterpain (salep untuk pegal-pegal) untuk mengurut-urut.
Bolang tahun lalu juga di daerah
Kulon Progo aku terkilir gara-gara terpeleset ketika di
Goa Kiskendo dan petualangan sekarang terkilir lagi, dua kali cidera yang memiliki dua persamaan yaitu memakai celana yang sama dan rasa sakitnya sama namun ini sedikit lebih seh sebenarnya. Dan ketika coretan ini aku tulis di pad memo pun kakiku masih di atas es batu dengan rasa sakit, nyeri dan ngilu dengan satu harapan mata kaki yang gede bisa pulih dan sakitnya hilang. Anehnya es yang dingin pun seakan tak terasa padahal di daerah sini juga permasuk daerah yang sedikit dingin.
Tadi ketika akan ke minimarket beli counterpain pas mau menyeberang karena minimarketnya berada di seberang jalan hampir saja ketabrak motor dari arah belakang yang jalannya ngebut, padahal aku udah nyalain lampu sein dan udah ambil arah tengah. Sekali lagi kakiku yang sakit mau tak mau jadi tumpuan, nah tau sendiri kan gimana rasanya. Masih mau bilang aku rapopo kalau jalan saja udah terpincang-pincang lebih tepatnya di seret. Ell ga boleh manja, ga boleh demam, ga boleh sakit, ga boleh lembek ya...
Sempat tadi mau cerita sama bapak kalau kaki sakit pas bapak sms nanyain pulang kapan tapi takut, takut dimarahi, takut bapak hawatir. Adakah yang sudi memberikan pelukan saat ini padaku.
17 agustus 2014