01/10/13

Goa Kiskendo ~ Legenda dan Keindahan

Bila Anda suka petualang menjelajah kota Yogyakarta sekali-kali arahkan haluan ke daerah lain jangan hanya berkutat di daerah Gunungkidul ataupun Bantul saja. Kali ini kita menjelajah kota Kulon Progo yang masih masuk wilayah Yogyakarta ya.

Sasaran mencari kebun teh tapi mampir dulu ya ke Goa Kiskendo, Goa Kiskendo merupakan goa alam di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas permukaan laut, Goa Kiskendo terletak di dusun Sukamaya, desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, kira-kira 35 km Barat Laut dari arah Yogyakarta. Perjalanan dari pusat kota Yogyakarta menuju Goa Kiskendo memakan waktu sekitar 2 jam. Dari kota Yogyakarta, Anda tinggal mengikuti jalan raya yang menuju Wates, ibukota Kulon Progo. Setelah melewati jembatan Kali Progo, Anda akan menemukan pertigaan lengkap dengan penunjuk wisata menuju Goa Kiskendo dan Puncak Suroloyo. Anda tinggal belok kanan dan mengikuti petunjuk yang ada. Kalau masih bingung tanya pada penduduk sekitar yang sangat ramah, tentunya dengan senang hati penuh senyum mereka akan menjawab.
Untuk menuju Goa Kiskendo yang berada di bawah kita mesti melewati jalan setapak dan beberapa anak tangga. Dari tempat parkir terlihat beberapa kios penjual makanan dan kamar mandi, menyusuri anak tangga terdapat taman bermain anak yang dilengkapi ayunan, perosotan, permainan tali dan gazebo mungkin buat orang tua yang menunggui anak-anaknya bermain. Di arena bermain ini juga ada sebuah kandang burung entah buat burung apa waktu kesana masih kosong belum berpenghuni. Tempat yang sejuk luas, bersih dan rapi. Enak dan nyaman itulah kesan pertama yang aku dapat di tempat ini.


Di samping goa pengunjung dapat melihat relief alur cerita tentang Goa Kiskendo yang dipautkan dengan kisah pewayangan (epos Ramayana) yang digambarkan dengan begitu detail dan rapi. Menurut cerita Goa Kiskendo adalah sebuah tempat tinggal raksasa Mahesasura yang berkepala kerbau dan Lembusura yang berkepala sapi, Dalam cerita pewayangan di tempat ini terjadi pertempuran antara Subali-Sugriwa dengan Mahesasura dan Patih Lembusura yang menghuni tempat ini, seperti yang dilukiskan dalam relief yang ada di dinding halaman Goa Kiskendo di sebelah kanan atau kiri goa .


Kalau di bayangkan Goa Kiskendo ini bisa di ibaratkan sebuah rumah, dari pintu masuk terdapat tulisan "Goa kiskendo", dan menuruni deretan anak tangga yang agak berkelok menuju mulut goa. Oleh seorang juru kunci kita akan diantarkan berkeliling dengan menggunakan senter kecil sebagai penerangan jalan. Menyusuri jalan yang sudah di cor blok sehingga kita tidak perlu berkotor-kotor saat menyusuri goa. Jalan cor blok dibangun pada tahun 1988, pembangunan jalan tidak membutuhkan waktu lama hanya saja kendalanya ada pada memasukkan matrial dan penerangan saja.

Goa Kiskendo tergolong goa basah karena di dalam goa terdapat aliran air yang tak pernah kering walau musim kemarau tiba, sehingga oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya aliran air ini dijadikan sumber irigasi sawah maupun untuk kehidupan sehari-hari.


Seorang juru kunci yang sudah tua dan sudah secara turun temurun dari pendahulunya menjadi penjaga tempat ini mengantarkan pengunjung untuk berkeliling dan menceritakan tentang asal maupun kisah Goa Kiskendo ini. Dari anak tangga menurun pengunjung akan menyusuri jalan cor blok yang berkolok dengan aliran air di bawahnya yang juga hidup ikan-ikan kecil di dalamnya. Sebelum menuju ruang utama kita akan menaiki anak tangga dan celah yang agak sempit sehingga mengharuskan kita untuk sedikit menunduk agar kepala tidak benjol. Di ruangan utama yang di ibaratkan sebuah ruang tamu ini memiliki ruangan yang luas dan besar.

Keadaan Goa Kiskendo sejak pertama ditemukan hingga sekarang keadaannya masih sama, hanya dibangun jalan setapak cor blok untuk memudahkan pengunjung dalam penelusuran. Dalam ruangan yang cukup besar ini ada dinding-dinding cekung yang dulunya digunakan untuk bersemedi atau bertapa orang-orang yang memiliki keinginan tertentu. Dinding-dinding cekung yang dulunya digunakan untuk pertapaan ini memiliki lingkup nama-nama pertapaan seperti:
Pertapaan Ledhek ~ Untuk meningkatkan seni pendalangan dan seni tari
Pertapaan Kusuma ~ untuk jabatan, yang ingin naik pangkat, atau mempertahankan jabatan
Pertapaan Santri Tani ~ Untuk yang menginginkan tanamannya berhasil, tanahnya subur dan panennya baik. Tanah di sekitar pertapaan ledek sering di ambil sehingga menyisakan lubang atau cekungan.
Dari ruang utama terdapat persimpangan yang masing-masing memiliki keunikan dari masing-masing tempat, namun tidak terhubung antara satu dengan yang lainnya hanya akan sampai sudut ruangan dan harus kembali ke ruangan utama terlebih dahulu untuk menuju ruangan yang lainnya.

Di dalam Goa Kiskendo ada sebuah lubang bernama sumelong yang bisa menembus ke luar. Menurut cerita lubang itu digunakan untuk keluar Subali. Subali ingin masuk goa untuk membunuh Mahesasura-Lembusura.  Subali-Sugriwa menepati dawuh dari Batara Guru yang berada di Suroloyo untuk membunuh Mahesasura-Lembusura yang menetap di sekandang, dalam titah atau tugas itu siapa nanti yang menang akan mendapatkan seorang putri. Subali yang pergi bersama adiknya untuk menjalankan tugas dari sang barata guru, sebelum sugriwa memasuki goa ia menyuruh adiknya untuk menunggu di luar goa dan berpesan " setelah saya masuk ke dalam goa, adik lihatlah aliran air yang mengalir dari dalam goa, jika airnya berwarna putih berarti saya yang mati tetapi jika airnya berwarna merah berarti Mahesasura-Lembusura yang mati". Sesampainya di dalam goa mereka berselisi tegang karena di adu domba, lalu kepala mereka berdua pecah sehingga aliran air menjadi merah putih. Pikiran Sugriwa yang menunggu di luar goa Subali masih di dalam, dia masih hidup dan keluar lewat lubang di atas diding yang ada di dalam goa.

Dari ruangan besar kita menuju ke arah kanan menuju pertapaan kusuma, dinding yang tinggi sehingga lebih mudah untuk masuk ruangan walau ada celah yang agak rendah namun tidak sampai harus merangkak-rangkak untuk melewatinya, hanya perlu sedikit merunduk. Di pertapaan kusuma menurut cerita sebelum Indonesia merdeka raja yang memimpin Yogyakarta prihatin di sini guna memprihatinkan negara dan rakyat Yogya terutama.

Setelah melewati pertapaan kusuma penelusuran dilanjut hingga ke ujung ruangan, disana pembangunan cor blok tidak sampai ujung, bila maju kurang lebih 8-10 meter ada lorong pendek yang berbelok namun sekarang tinggal celah kecil karena tertimbun tanah yang terbawa air saat hujan tiba. Di ruangan ini ada stalagmit yang masih aktif berbentuk menyerupai lidah, menurut cerita stalagmit ini adalah lidah Mahesasura-Lembusura sedangkan aliran air dari stalagmit dianggap sebagai air liurnya. Dahulunya ruangan ini menjadi sarang kelelawar, ini ditunjukkan dari lapisan bagian tengah yang memiliki warna tidak sama karena tanah yang bagian tengah inilah berasal dari kotoran kelelawar yang tertimbun tanah yang terbawa air saat hujan tiba. Di dinding yang berwarna cerah sudah terdapat coretan yang dibuat oleh pengunjung yang memiliki tangan jahil dan tidak memiliki jiwa seni dan keindahan (ciri orang ababil).

Kembali ke ruangan utama untuk menyusuri lorong yang ada di sebelah kiri, di sini ada terdapat aliran air kecil (seperti parit atau selokan) dan diatasnya dibangun sebuah jembatan kecil sebagai penghubung. Sebelah kiri ada tetesan air yang tak pernah berhenti dan ritme tetesannya konstan. Satu lagi terlihat cekungan di dinding goa yang dinamakan pertapaan orang tani dan di dekat pertapaan inilah terdapat lorong yang tembus keluar yang katanya digunakan untuk keluar Subali. Entah bagaimana caranya bila benar Subali bisa melarikandiri sedangkan melihat ketebalan dan ketinggian dinding goa, bila dilihat secara seksama lubang atau pintu keluar ini tidak lurus namun agak sedikit bengkok, ini menjadi keuntungan tersendiri karena air hujan yang dari atas tidak langsung mengucur ke dalam goa sehingga tidak merusak isi goa.

Di sudut ruangan untuk bertapa orang yang ingin pegang aji pancasaka tapi entah apa namanya lupa. Lalu ada ruangan yang namanya sekandang termpatnya agak panjang dengan banyaknya gundukan-gundukan tanah yang memang sudah ada sejak dulu, yang uniknya lagi menurut juru kunci yang mengantarkan kita berkeliling jumlah gundukan disana dari awal ditemukan hingga sekarang tidak berkurang atau bertambah. Gundukan-gundukan tanah ini diibaratkan letong kebo/sapi (kotoran kerbau/sapi), Mahesa adalah kerbau sedangkan Lembu adalah sapi. Dulu sebelum di bangun jalan cor blok orang-orang yang masuk ke ruangan ini lewatnya di sela-sela gundukan dengan menggunakan obor sebagai penerangan.

Lumbung kampek, bila di desa lumbung adalah tempat untuk menyimpan padi atau hasil panen lainnya. Ruangannya luas bisa digunakan sebagai tempat perjamuan dengan dinding yang berbentuk setengah lingkaran seperti kubah masjid, uniknya batu yang di dindingnya kering tidak ada setetes air pun yang menetes maupun tidak juga terlihat rembesan dari ruangan-ruangan di sekitarnya. Dindingnya agak sedikit kotor lagi-lagi ulah tangan jahil yang mengambil tanah lempung dan melemparkannya ke atas sehingga menempel di dinding-dinding goa. Dulunya ruangan ini juga digunakan untuk bertapa dengan tujuan agar simpanan hasil panennya aman.

Lurus kedepan ada jalan agak berkelok di sebelah kanan ada kolam kecil yang menampung tetesan dari stalagmit, airnya sangat jernih dan dingin, saat dibasuhkan ke muka segar terasa bahkan airnya juga bisa di minum, kalau yang bawa botol minum tak perlu ragu untuk mengisinya sebagai bekal. Menyusuri Goa kiskendo tidak membutuhkan tabung oksigen tambahan karena sirkulasi udaranya berjalan baik, ini disebabkan tiap bagian memiliki ruangan yang luas dengan dinding tinggi.

Menuju ke ruangan selanjutnya, di ruangan inilah menjadi tengah-tengannya atau jantung hatinya goa. Ini dikarenakan adanya sebuah batu menyerupai sebuah jantung manusia. Bila melakukan meditasi di tempat ini dipercaya akan menjadi rileks. Di tempat ini biasanya juga menjadi tempat atau ajang pembuktian gelap abadi, untruk merasakannya cukup dengan mematikan semua penerangan dan memejamkan mata lalu berdoa dalam hati. Kalau kita berada di tempat ini dengan hati yang panas, kita duduk di dalam sini dengan suasana sepi, sejuk akhirnya baik pikiran maupun hati bisa jernih, bening. Ruangan ini pun tak luput dari coretan tangan-tangan jahil, karena sudah berada di ujung lorong saatnya berbalik dan kembali ke ruangan utama.

juru kunci goa
Stakagmit di dinding goa memiliki keindahan tersendiri dengan warna-warna yang memukau mata seperti ada yang berwarna kunning seperti emas, seperti berlian, merah, agak kehijauan. Kata guru kuncinya banyak yang berfoto di sini dengan pose seperti pejabat yang baru di lantik akan terlihat batu yang berwarna merah dan putih (seperti berlian) sebagai bendera. Penasaran ya.... sayangnya aku gak punya fotonya.

Di dekat tangga menuju ruang utama ada sebuah lubang di dinding agak ke atas seperti rumah marsupilami, pada tau ga marsupilami.... kalau gak tau silahkan googling saja pasti ketemu binatang berwarna kuning yang bertotol dan memiliki ekor yang sangat panjang. Bila ingin melihat-lihat ke atas mesti bawa tangga dulu sepertinya. lubang itu juga salah satu tempat untuk bertapa yang mengisahkan orang itu kadang kala punya tujuan mendapatkan aji lembu sekala dalam pertapaan dia masih bisa makan tapi makannya hanya buah-buahan saja atau sering disebutnya dengan tapa kalong.

Sebenarnya Goa Kiskendo sangatlah panjang, apalagi jika mau mengikuti aliran air yang ada di bawah bisa tembus ke Goa Sumitro. Nama Sebenarnya goa ini adalah Goa Kriskendo yang menjadi kerajaan Subali-Sugriwa. Tetapi dalam papan nama yang ada di depan pintu masuk memang sengaja di tulis Goa Kiskendo, penulisan ini digunakan untuk memperjelas pengucapan semata. Jika ditulis Kriskendo ada sebagian orang yang membaca atau mengeja Keriskendo, nah malah melenceng jauh dari arti sebenarnya bahkan bagi yang mendengarnya saja bikin bertanya-tanya terasa aneh dengan pelafalan namanya, makanya di perjelas dengan memberikan nama Kiskendo. Seperti kebanyakan goa yang lain, goa Kiskendo dulunya juga dihuni banyak kelelawar, namun sewaktu di bangun jalan cor blok kelelawar-kelelawar itu pindah ke depan dekat aliran air, mungkin mereka merasa terganggu dengan suara bising dan cahaya dari aktifitas para pekerja.

Pengen sekalian menyusuri goa sampai ke Goa Sumitro tapi penjaga kunciny sepertinya tidak mau malah bilang lain waktu saja, sekalian ajak teman-temannya biar rame. Walah kapan lagi coba bisa kesini lagi :(
Puas menikmati keindahan goa Kiskendo, mumpung berada di sini sekalian saja melihat-lihat lingkungan sekeliling.

Selain tempatnya yang terjaga kebersihannya walau hanya ada dua orang yang bertugas bersih-bersih. Di komplek Goa Kiskendo ini bisa dibilang memiliki lahan yang luas, bahkan untuk yang mau mengadakan kemping bisa langsung melakukan koordinasi dengan pengelolanya langsung. Mengikuti penunjuk arah sekalian cuma sekedar melihat-lihat keadaan sekeliling sepertinya komplek Goa Kiskendo sudah tertata rapi dan terjaga keasriannya, cuaca yang agak mendung dan sempat hujan rintik-rintik menjadikan udara sejuk pegunungan makin terasa. Masih suasana pedesaan dengan orang-orang yang sangat ramah terlihat beberapa penduduk setempat yang sedang mencari rumput. Hebat lho ibu-ibunya keranjang penuh rumput hanya dibawa sendirian padahal saat aku dekati dan coba mengangkatnya keranjang itu tak berkeming.

Kata bapak penjaganya (aduh namanya siapa ya, padahal aku sudah kenalan bahkan sempat foto bareng, pak aji, kalo gak salah) ada sebuah sungai yang mengalir di bawah. Tapi pak Aji gak mau mengantar, katanya lain kali saja kesini lagi, ajak juga teman-teman yang lain biar rame. Yaaah..., kalau tau gitu mending gak usah ngomong kali pak bikin kecewa aja ni bapak :(
Di sekitar tempat ini juga ada beberapa tempat wisata lainnya antara lain  menyelusuri goa Sumitro (sekitar 30 meter), Grojogan Sewu ( air terjun dengan ketinggian 20 meter), Watu Blencong (berada kira-kira 250 m di atas Gua Kiskendo), Gunung Krengseng, Watu Gajah, dan gunung kelir. Penasaran lalu kaki melangkah menyusuri setiap jalan setapak maupun anak tangga yang ada di sekitarnya. Semua sudut telah tertancap jejak kami. hahahaha...., walau tak kelihatan tapi inilah sebagian buktinya:






Capek juga berkeliling, apalagi pagi belum sarapan, lemes... gak ada warung tapi untung saja ibu yang punya warung baik hati yang tadinya rencana hari ini warung tidak buka karena melihat kita kelaparan dibuatkanlah mie rebus. Lumayan buat ngisi amunisi melanjutkan perjalanan walau cuma segelas teh hangat dan semangkuk mie rebus plus telur diatasnya. Tapi sepertinya ada yang kepalaran banget sampai nambah mie, hahahaha.....oh ya selai mie di waarung ini juga ada yang jual geblek pada penasaran kan yang namanya geblek itu seperti apa.... silahkan lihat lihat di halaman selanjutnya (L)


NB: karena kamera ataupun kamera HP saat berada di dalam goa tiba-tiba batere low makanya hanya beberapa saja foto yang dihasilkan. Entah mengapa jika foto di dalam goa hasilnya membayang.


0 komentar:

Posting Komentar