31/12/14

Memupuk Mimpi dengan Aksi

Perkenalan singkat dari sosial media yang bisa menjalin sebuah komunikasi bahkan bisa dibilang aku juga banyak belajar dari dia. Seorang ayah dari putri yang sudah abg. Tak ada yang istimewa hanya obrolan singkat dan seringnya hanya membahas tentang asuransi. Dari sekedar tanya-tanya hingga sanggup menggoyahkan keinginanku untuk mencoba menjadi agen asuransi awalnya ia berkata jika ada teman yang ingin ikut bisa menghubunginya dan akan ada bonus buatku, namun mungkin melihatku aktif mencari tahu tentang asuransi (mungkin juga ia sebel ditanya-tanya terus) sampai ia menyarankan untuk ikut tes menjadi agen, ini agar usahaku mendapat imbalan yang sepadan dengan yang aku dapat (komisi) buatku sekarang apa pun itu akan aku coba anggap sebagai ajang mengasah mental siapa tau ada yang tertarik tapi memang tak mudah menawarkan asuransi kepada teman-teman yang aku kenal. Katanya mas Jo saja selama 3 bulan baru bisa mendapatkan nasabah.

Dari beberapa teman yang aku tawari hampir semuanya sudah memiliki asuransi syukurlah jika mereka sadar prntingnya proteksi pada diri sendiri, terang saja mereka PNS tentunya tanpa dikomando juga sudah mendapat jaminan asuransi, ada juga yang sudah ikut BPJS meskipun begitu tak ada kata menyerah segala kelihaianku berkelit aku keluarkan karena menurutku walaupun sudah punya bisa saja asuransi dijadikan infestasi dana pensiun atau bekal usaha di masa mendatang, banyak manfaat yang di tawarkan asuransi namun sebagian masyarakat masih beranggapan jika asuransi itu sama halnya mendoakan untuk sakit, siapa seh yang tau esok akan bagaimana. Oke lah sekaranag kita sehat namun apa ada jaminan selamanya akan sehat seterusnya mengingat makanan yang kita konsumsi bisa dibilang jauh dari kata sehat banyak bshan kimia yang maduk ke dalam tubuh, pernahkah memikirkan sejauh itu....

Sekarang masih muda terang saja seluruh organ masih oke, namun semakin bertambahnya usia tulang dan organ juga tak seelastis sekarang seperti mesin ketika baru akan bekerja secara optimal namun perlahan mengalami masalah dari yang ringan hingga semakin lama usia mesin akan mengalami kendala disana sini meskipun sudah dilakukan pengecekan rutin. Anggapan bahwa "aku sehat ga perlu asuransi" itu sakah, asuransi bukan mutlak untuk kesehatan bisa saja kedepannya buat biaya nambah modal usaha, biaya nikah, biaya pendidikan anak, buat membeli rumah atau malah bisa menjadi dana pensiun di hari tua agar kelak dimasa senja tak mengandalkan pemberian dari anak, masih bisa mandiri meskipun sudah pensiun.

Menurut orang yang aku tawari bahasaku sudah sepeti agen beneran dan munurutku sudah bisa mengunci otak dengan penawaran asuransi tapi tetap saja tak tega untuk memaksa alhasil gagal, hingga sekarang belum bisa meràngkul satu orangpun untuk bergabung... 

Keinginanku mencari calon nasabah yang lain sebenarnya diperkuat dari perkataan mas Jo yaitu menjdi agen agar nisa menutup biaya asuransi yang aku punya. Ya meskipun harus bersusah payah juga mendapatkannya karena aku setidaknya harus punys 8 orang untuk mau berhabung bila ingin lepas dari pos anggaran asuransi tiap bulannya. Tak apalah masih harus terus di coba namun sementara aku mau fokus mengumpulkan semangat untuk jualan sprei dan bedcover terlebih dahulu. Meskipun sering gagal usaha namun yang satu ini benar-benat akan aku tekati tak boleh melempem harus tetap semangat jualan siapa tau kedepannya bisa menjadi pengusaha sukses (asmiin), lagian sampai kapan juga akan kerja ikut orang. Bukannya orang dikatakan sukses bila sudah bisa menjadi bos untuk dirinya sendiri dan itu harus diusahakan sejak dini, tetap bekerja juga mencari sambilan, tak ada perjuangan yang mudah. Bahkan mie instan saja juga membutuhkan perjuangan untuk menyantapnya.

Jualan seprein, bedcover, bantal dan guling, kalau yang ini semangat harus selalu ada, sprei buatan rumahan. Keunggulan dari sprei yang sku tawarkan disini teman-teman bisa pesan sprei sesuai dengan ukuran kasur yang ada di rumah sehingga ukuran nyeleneh yang tidak ada di pasaran pun bisa di buat, jadi harga bukan tergantung motif melainkan dari ukuran spreinya. Jangan hawatir soal harga masih terjangkau dan kualitas jaminan deh. Ada dua jenis kain yang di tawarkan yaitu kain lokal yang tidak panas juga licin ada juga kain jepang yang lebih dingin motifnya juga tidak pasaran, terlihat elegan dan darcon yang di gunakan juga yang baik bukan kw sehingga bedcover tidak berat jika dipakai.

Bagi teman-teman yang ingin melihat motif silahkan saja klik kesini hampir setiap minggu ada motif baru yang di tawarkan. Oh ya jika ada yang minat reseler juga bisa, mari kita berjuang bersama daripada hanya berangan-angan dan selalu mempertanyakan "usaha apa yang bisa aku lakukan" mending gabung ikut jualan sprei karena kalau hanya di omongin sampai lebaran monyet juga kagak bakalan mulai usaha. Jika ingin usaha tapi kepentok sama modal ya seperti ini caranya bergabung dengan yang punya modal (reseler) tunggu apa lagi siapkan aksimu untuk meraih impian yang sudah ada di depan mata. Jangan hanya mimpi di siang bolong, lakukan apapun jangan malu selama itu tak merugikan orang lain tak ada masalah kan.

Bila diantara teman-teman ada minat ingin gabung silahkan tak perlu ragu, juga untuk sekedar tanya ataupun order juga boleh. Bagi yang minat jangan ragu hubungi aku ya. Thx

30/12/14

Ketika Beban Memuncak

Hari ini menjadi hari sibuk dimana bangun tidur kegika meraih handphone sudah ada 4 pesan yang belum dibuka dan satu di antaranya dari seorang teman dari pati yang akhir-akhir ini rutin interaksi denganku. Dia mengatakan ingin ketemu sebentar bila memungkinkan, sebenarnya malas juga untuk ketemu namun mengingat komunikasi semalam yang ia katakan tak tega juga untuk menolaknya. Bagaimana bisa aku hanya diam ga peduli ketika mengetahui ada teman yang membutuhkan tanganku untuk meraihnya.

Semalam kaget juga kegika ia mengatakan sedang berada di tempat sepi sendirian yang letaknya tak jauh dari kotaku. Engahlah apa yang terjadi yang aku bisa lakukan hanya memberikan support agar bisa kuat dan menyarankan untuk berbincang dengan Tuhan agar semua sesak yang saat ini sudah mencapai batas bisa keluar semua. Memang beberapa saat yang lalu sempat ia mengutarakan untuk mendoakannya tapi kan aku ga tau apa yang terjadi dan semalam ia kembali mengatakan bila sekarang ia berada di tempat yang tenang seperti yang ia butuhkan saat ini untuk menghilangakan segala ganjalan di dalam dirinya. Dan yang lebih mengagetkan lagi ketika ia mengatakan bahwa yang tau ia berada di tempat itu hanya aku, bahkan ia juga tak memberitahu istri dan anaknya.

Sebuah kebingungan, ia beberala hari yang lalu mengatakan ingin ketemu dan bercerita semuanya padaku, ketika aku mengatakan alasan ketidak sediaanku karena masih masuk kerja dan itu juga masuk siang sehingga susah untuk meluangkan waktu untuk ketemu. Dan tadi pagi setelah membaca bbm nya bahwa sekarang sudah menungguku di depan salah satu pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota meskipun tidak memaksa namun entah mengapa aku merasa kasihan dengannya, susah untuk dikatakan pokoknya. Oke akhirnya ketemu juga dan sedikit perbincanganpun terjadi sambil menikmati segelas minuman hangat dan sepertinya aku salah pesan karena yang aku pesan hot caffelatte dan itu artinya minumanku ada unsur coklatnya. Aduuuh.... dilema di pagi hari, ga diminum tapi ga enak udah mahal-mahal dibeliin namun kalau di minum efeknya keliyengan seperti sekarang ini.

Selama perbincangan tak ada yang ia ceritakan, hanya perumpamaan kasus saja meski begitu aku juga tak bisa memberi tanggapan lebih mengingat pastilah pengalamannya lebih banyak dibanding denganku namun untunglah dari mulutnya sempat terdengat kata "bisa di terima" huuuuuft... itu tandanya apa yang aku ucapkan bisa dipahami dan bisa disimpulkannya sendiri.

Obrolan sempat terhenti karena aku harus memindah motorku yang larkir di sembarang tempat dan saat itu melihat orang-orang dari dinas perhubungan sudah membentangkan tali agar tak digunakan parkir liar dan sebenarnya dari awal aku sudah melihat tanda dilarang parkir untuk area itu namun berhubung ada beberapa motor yang parkir disitu makanya ikut aja, habisnya parkiran jam segitu juga belum ada yang buka. Memindahkan motor muter mencari parkiran namun tetap saja belum ada yang buka, jangankan buka penjaganya saja satu pun belum ada yang kelihatan. Ya udah parkir saja di delan tempat dimana saat itu aku duduk meskipun sebenarnya itu juga bukan tempat parkir pelangan disana.

Mungkin selama aku tinggal mengurus si abu yang lagi kena gusur ia merenungkan semua obrolan dan berpikir langkah selanjutnya yang akan dilakukannya. Setelahnya tak ada obrolan yang sifatnya serius hanya sedikit perumpamaan dan membicarakan tentang pekerjaanku juga sempag ia menanyakan tentang usaha jual sprei yang baru awal-awal ini aku mulai selain usaha yang ingin aku buat kedepannya. Mungkin ia sedikit bingung juga ketika aku bilang suatu saat nanti aku ingin membuat usaha penitipan anak. "Belum punya anak tapi ingin nengasuh anak" itulah komentar yang ia berikan tentang keinginanku di masa mendatang. Yaaa saat ini anggap saja jualan sprei untuk mencari modal usaha.

Karena sudah tak ada bahan ibrolan lagi dan ketika aku tanyakan keadaannya dia mengatakan mendingan itu artinya tugssku sudsh selesai. Tak perlu berlama-lama aku pun berpamitan karena masih harus meluncur mengambil pesanan sprei yang sudsh jadi sekalian mengirimkannya ke alamat tujuan senentara ia sudah punya tujuan lain sebelum pulang ke rumah.

Bila selama ini kamu bisa bertahan, mengapa tak kau lakukan lebih lama lagi hingga dia tau tergerak hatinya melihat ketulusan usaha yang telah kau lakukan. Komunikasi adalah hal terpenting untuk kita, meskipun begitu dekat jika komunikadi tak berjalan lancar akan sering menimbilkan prasangka dan pemikiran yang lain sama halnya meskipun jarak yang memisahkan begitu jauh namun jika komunikasi berjalan dengan baik tentunya tak ada kendala berarti


28/12/14

Akhirnya Ku Temukan Rumahmu

Tak mudah ternyata menemukan satu alamat meskipun sudah mengantongi secarik kertas yang berisi alamat lengakp secara pastinya, buatku itu membutuhkan satu perjuangan besar bagi orang yang tak tahu jalan.

Hari ini ada janji untuk mengambil pesanan sprei yang dipesan seminggu sebelumnya, sebenarnya sudah lebih dari seminggu ini karena tukang jahitnya beberapa hari absen pergi ke tempat saudaranya sekalian merayakan natal. Aku sama sekali tidak tahu letak daerah yang di maksud sewaktu bertanya kepada adeku juga malah disuruh googling untuk mengetahuinya. Mungkin rumahnya tak jauh dari rumah orang tuanya pikirku seh begitu. Yang penting jalan dulu saja lah nanti di jalan bisa tanya orang, benar saja sebelum sampai di pertigaan aku berhenti di tukang tambal ban disana ada beberapa orang yang entah cum lagi nongkrong atau lagi nenambalkan ban motor mereka yang bocor.

"Permisi mas mau nanya, kalau (menyebutkan alamat)  dimana ya"
"Itu daerah mana mba" tanya salah seorang pria yang ada disana
"Daerah...(menyebutkan daerah yang dimaksud)"
"Lampu merah perempatan ambil kanan nanti ada pertigaan belok kiri lurus saja nanti tanya saja kalau sudah disana"
"Kalau ga ini saja ini lurus nanti ada pom bensin belok kanan lurus sajampai ketemu rumah sakit belok kanan, kalau enggak jika sudah sampai di depan rumah sakit tanya lagi saja mba" timpal orang yang satunya
"Rumah sakit daerah itu ya pak"
"Ketikeng bukan"
"Nah, benar. Kalau duku terkenalnya ketikeng sekarang sudah maju jadi dipanggiknya Sidomulyo biar keluhatab midern" hehehehe....
"Iya, nah kalau sudah sampai sana tanya orang lagi saja daripada kesasar"
"Lewat sini juga bisa (sampil meinjuk perempatan lampu merah yang tak jauh dari tempat dimana kami berada"
Tambah bingung mendengar dua orang ini malah ribut sendiri dengan jalan yang memang sebenarnya sama-sama bisa sampai ke tempat dimana aku tuju.
"Terima kasih mas, mari"
"Iya mba ini lurus saja, nanti tanya saja bila sudah sampai di depan rumah sakit"
"Iya makasih, mari" sambil berlalu meninggalkan mereka"

Aku lebih memilih melewati rumah sakit daripada jalan yang di tunjukkan satunya karena aku sama sekali tak memiliki gambaran jika melewati jalan yang di maksud. Motor terus saja melaju hingga melewati rumah sakit, namun aku tak berhenti untuk bertanya karena sepanjang mata memandang belum ada orang yang jualan, bukan untuk belanja namun untuk bertanya alamat. Ada seh beberap orang tapi sepertinya tak meyakinkan untuk di tanya. Sampai di pertigaan aku belokkan motor ke kiri tengak tengok mencari alamat namun sama sekali belum menemukan tanda-tanda alamat yang aku maksud.

Takut kesasar lebih jauh aku putuskan untuk bertanya lagi, tapi kepada siapa yang ada hanya ibu-ibu yang lewat ataupunan ada di depan rumah ga yakin ibu-ibu tau dan bisa menunjukkan alamat yang aku maksud dengan benar. Aaah ada tukang parkir, aku putuskan untuk bertanya kepad beliau.

"Permisi mbah mau nanya kalau (menyebutkan alamat) dimana ya"
"Ini lurus saja nanti ada pertigaan belok kanan lurus belok kanan lagi" sepertinya aku bartanya pada orang yang salah karena kakek-kakek itu tidak begitu jelas memberikan tanda untuk berbelok
"Ini lurus saja ya mbah, baik terima kasih mbah"
"Iya ini lurus saja nanti kalau ragu tanya saja"
"Iya, makasih mbah"
Kembali aku melaju menyusuri jalan yang sudah lama pake buanget ga aku lewati. Dulu aku kesana untuk bermain ke rumah teman tapi setelah ia pindah sudah tak pernah lagi menginjakkan kaki ke tempat ini.

Motor melaju mengikuti jalan besar, sedikit ragu aku lambatkan laju motor sambil tengak-tengok siapa tau alamat yang aku maksud ada di sekitar sana. Terus saja aku melaju " jika rumahnya sejauh ini mana mungkin mengantar sekolah hanya membutuhkan waktu hanya 20 menit di jalan yang sering terkena macet, sepertinya salah jalan deh" .

Lurus saja mengikuti jalan besar namun sepertinya salah jalan, kalau ini terus bisa sampai ke TVRI itu tandanya sudah masuk ke perbatasan dan jalannya juga seperti hutan juga becek, sepertinya tak mungkin sehingga aku putuskan untuk berbalik arah dan bertanya kepada tukang bengkel yang ada disana. Ternyata benar saja aku terlalu jauh berjalan hingga harus berbalik, kali ini mas-mas yang lagi benerin truk memberi arahan yang benar namun sampai di bundaran ada dua daerah yang menunjukkan tenpat yang aku maksud, aku ambil yang kurus saja perumahan sepi, ingin bertanya juga tak ada orang yang terlihat satu pun disana. Muter-muter akhirnya menemukan seseorang yang bisa aku tanyai. Seirang ibu-ibu yang lagi sibuk dengan cucian kotor.

Menurut ibu itu memang sini ikut daerah yang aku maksud tapi alamat yang aku maksud tidak berada disana, menurutnya alamat yang ada unsur dengan naman bunga sebagian ada di bagian atas, mana lagi itu. Oke lah aku balikkan mitor mengikuti anjurab dari si ibu yang aku temui barusan, katanya dari masjid belok kanan tapi nasjid yang kedua kalau tudak tahu depan masjid ada SD.

Ya berhubung aku terlalu pandai hingga mencari nasjid yang di maksud pun hingga beroutar beberapa kali itu juga pakai acara engak ketemu. Nekat aku arahkan ke perumahab yabg satunya masuh mencari orang untuk menanyakan arah karena jalan di depan sudah kaya hutan ga yakin juga jika sudah malam apakah masih ada yang berani melewatinya karena disamping kanan kuri hanya semak belukar dan hika belik ke kiri itu perunahan yang sepi.

Aku bertanya kepada seorang bapak yang sudah berumur yang lagi bermain dengan cucunya. Ketika menunjukkan arah untuk lurus aky sedikit memotong pembicaraan sekedar meyakinkan jika aku harus melewati jalan yang aku bilang banyak semak belukarnya itu. Sekali lagi aku meyakinkan dan si bapak juga tidak kalah menerangkan bahwa jalan yang aku maksud itu benar jalan bukan jalan tak bertuan.

Meskioun ragu aku pun nengikuti anjuran si bapak dan benar saja ada perumahan yang aku maksud, lunayan tinggal cari jalan dan rumahnya tenyubya tak sulit bila sudah sampai daerahnya apalagi perumahan pastinya penunjuk nama jalan terpampang dengab helas. Benar saha ketemu tapi bukan duawali dengan bukit melainkan tanan, apakah bukit dengan tanan itu sama.... Sebuah pertanyaan yang aku tanyakan kepada diriku sendiri namun begitu motor masih saja melaju barangkali ada beberapa alamat yang mirip-mirip hingga menemukan sebuah pasar.

Aku bertanya kepada pedagang yang lagi membenahi dagangannya tapi bapak itu sepertinya bukan orang sana hingga menyuruhku untuk bertanya kepada seorang bapak yang akan mengendarai motornya, sepertinya ia salah seorang pengelola pasar. Karena tidak pahan akhirnya si bapak yang berperawakan kecil dengan tubuh tambun menawarkan untuj mengantarkanku. Mengarahkan ke jalan yang aku lihat sebelumnya dalam pikiranku emang benar sama ya antara tanan dengan bukit. Aku kura si bapak tau alamat yang akh maksud namun kenyatanbya berbeda ia sempat menanyakan alamat yang aku tuju kepada warga disana, sepertinya tidak mendapat hasil yang menuaskan seperti halnya aku yang sempat bertanya kepada seorang yang ada didekatku namun dengan alibi ia barusaja dua bulan tinggal disana sehingga tidak tau alamat yang dimaksud 

Kembali lagi mengukuti si bapak, kali ini kepentok ke jalan buntu. Si bapak akhirnya mencari seseorang untuk menanyakan alamat biar ga berlarut-larut, ternyata alamat yang aku cari ada di balik tembok pembatas perumahan ini. Sebenarnya bisa jika menyusuri parit namun banyak tanaman perdu yang menutupi jalan sehingga sedikit kesusahan bila menggunakan motor.

Setelah mengetahui alamat yang dicari, aku pun meminta diri untuk kembali tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada bapak-bapak yang sudah membantuku. Kembali je jalan raya menuju ke perumahan sebelah, benar saja ada papan penunjuk yang menyebutkan perumahan yang aku majsud meskipun sudah mulai memudar dan papan penunjuknya juga sepintas tak terlihat dengan jelas.

Masuk perumahan biar tak tersesat kesekian kalinya makanya aku menanyakan rumah yang aku tuju kepada bapak satpam yang berjaga di pos. Huuuuft akhirnya aku temukan juga runahmu, namun begitu yang di rumah hanya anak-anaknya saja sedangkan emaknya lagi mengurusi dompetnya yang jatuh habis dari warung. Lunayan lama juga menanti hingg tak berapa lama berselang hujanpun datang. Karena harus kerja akhirnya aku berpamitan pulang dengan membawa sekarung dagangan di belakang sambil menerobos hujan yang sepertinya enggan berhenti.

Setelah muter-muter kesasar tak tentu arah akhirnya aku temukan juga alamat yang dituju. Bodohnya kenapa tak mengandalkan GPS, pastinya kagak pakai nyasar dan tak akan memakan waktu lama sampai. Lain kali tak akan lagi pakai acara nyasar untyj sampai ke rumah ini lagi.

23/12/14

Hujan dan Flu

Sepertinya hujan kali ini dalam rangka menyambut hari natal yang tinggal 2 hari lagi dirayakan oleh sodara-sodaraku yang beragama nasrani.

Setelah beberapa bulan bisa bertahan di pergantian musim akhirnya drop juga. Sebenarnya bukan hal baru buatku bila datang musim penghujan lalu demam dan bersin-bersin serta influensa melanda ini dikarenakan adanya alergi terhadap udara dingin yang bakal membuat flu melanda. Mungkin ini menjadi satu alasanku saja sebenarnya karena meskipun sudah tau begitu namun masih saja tidak bisa menjaga tubuhku sendiri agar sistem imunku tidak cepat drop.

Dari kemaren hidung sudah mulai gatal, ini pertanda flu akan datang, dan benar saja dari kemaren malam bikin heboh seisi rumah karena suara bersinku yang terus menerus konser tanpa henti baik siang maupun malam. Salahku juga seh sebenarnya sudah tau daya tahan tubuh lagi turun, berangkat kerja pagi hanya menggunakan cardigan bukan jaket seperti biasanya, itu juga tidak dikancingkan ngalamat sampe kantor kedinginan harusnya kan pakai jaket tebal yang bisa menutupi badan sampai leher ini malah pakai kain tipis. Selain itu ditambah makan telat dan sore hari mandinya juga kemalaman, mandi ideal kan sebelum jam 5 ini jam 6 sore baru mandi keasikan corat coret takut kata-kata yang terkumpul tersapu air dan berantakan tak beraturan lagi.

Sudah tau badan mulai ga enak dan hidung berubah jadi mata air yang tak pernah surut melernya tidak langsung minum obat, huuuuft... Satu hal yang tidak aku sukai terlalu ribet karena harus merendam obat dan harus menimbang tingkat kepahitan dengan indra pengecapku.

Hari ini sama seperti kemaren pergi kerja tidak memakai jaket hanya mengenakan cardigan dan itu membuat perut menjadi kembung, namun sudah diolesi minyak kayu putih juga di bagian telapak kaki biar hangat namun tetap saja dingin. Suara sudah mulai sengau, bersin-bersin plus meler masih tetap berlanjut, segelas teh hangat yang aku seduh pun tak mampu menjaga agar tubuhku tetap hangat, entah ini badanku yang lagi error atau memang udara di ruangan memang dingin dari pendingin ruangan yang kebetulan habis selesai di perbaiki beberapa waktu lalu ditambah udara di luar agak sedikit mendung. Cardigan seharian tak lepas di badan untuk menghangatkan tubuhku meskipun tak sepenuhnya hangat tapi lumayanlah sedikit tertolong.

Dan ini tadi pulang kerja sudah tau hujan, beberapa teman juga sudah memperingatkan jika diluar hujan tapi melihat hujan yang hanya rintik-rintik kecil pikirku kalau cuma hujan seperti ini sampai rumah juga baju kagak bakal basah kuyup, akhirnya nekat menerobos hukan tanpa menggunakan mantel yang selalu tersimpan rapi di bagasi. Hanya mengganti sepatu dengan sendal yang selalu aku bawa. Ternyata hujannya tak merata ada yang rintik-rintik beberapa kilo di depan hujan lebat, trus kering, lalu ujan lagi. Aaah hujannya dilema ni.

Di tengah perjalanan ternyata hujan lebat tapi juga masih sama ga merata tingkat intensifitasnya namun beberapa kilo sebelum sampai rumah hujan semakin lebat, nah kalau sudah begini ikut-ikutan dilema antara mau memakai mantel tapi tinggal bentar sampai rumah tidak pakai bisa basah kutup, akhirnya perdebatan dimenangkan si nekat dan sampai di rumah dengan basah kuyup yang berujung demam dan meler.

Mandi biar tidak pusing setelah kena air hujan lalu di hangatkan dengan segelas teh panas namun kepala mulai pusing, intensitas bersin meninggkat "menyerah" obat flu yang beberapa waktu lalu aku beli di minimarket menjadi sejata (beli namun tidak dimimun hanya buat berjaga-jaga saja). Sejak di kantor sudah di suruh minum obat biar tidak tambah parah, aku sendiri pun punya pikiran seperti itu tapi takut ngantuk makanya obat flu yang selalu aku bawa tidak aku minum. Baru setelah di rumah obat flu itu aku konsumsi, pahiiiiiiit...
Saatnya hibernasi Save the energy. Byeeee....(23/12) 

13/12/14

Tak Terjangkau

Tak cukup beraniku merangkai mimpi itu kembali
Hanya bisa dilihat tanpa harus ku gapai
Aku sadar keberadaanku tak setangguh keyakinanku
Jemari tak sanggup meraih
Mata tak bisa menjangkau
Ada namun terlihat samar

Kembali


Setelah kurang lebih 7 tahun berlalu akhirnya menginjakkan kaki di salah satu pusat perbelanjaan ini. Dari sinilah semua petualangan bermula. Aku mulai mengenal dunia luar ; hidup jauh dari orang tua, merasakan menjadi anak kos, menjelajah dari satu kota ke kota lainnya, berpetualang ke alam bebas, bertemu dan berkenalan dengan banyak orang, dan yang lebih penting aku bisa membuktikan kepada orang tua bahwa aku bisa menjaga diri dan bisa dipercaya. Anak kecil yang sangat mereka jaga hingga tumbuh menjadi anak manja, cengeng dan nakal kini sudah tumbuh dewasa lepas bebas belajar dari dunia luar yang sangat keras dan penuh perjuangan.

Kini aku kembali, pertama kalinya setelah hari itu. Sebuah kisah tak mengenakkan yang secara tak langsung membuat ketakutan dalam diriku, kembali terusik masa lalu yang sudah lama terkubur. Trauma yang membuatku takut itu pun harus dilawan, Meskipun sudah di supermarket ini namun langkahku masih tertahan di pintu masuk, belum punya keberanian untuk mengitari setiap sudut pusat perbelanjaan ini. Aku akan mengalahkan ketakutan dalam diriku sendiri, itu pasti. (13/12)

11/12/14

Kita Team Teman...

Memiliki partner kerja yang bisa saling pengertian itu menyenangkan, namun beda cerita jika partner kerjanya tidak bisa saling ngerti hingga tidak bisa diajak gantian yang ada hanya mementingkan dirinya sendiri, jika itu terjadi bakal kacau.

Seperti cerita yang dua hari ini aku dengar ketika ada teman yang ingin tukar jam sebut saja namanya (A) biar ga ada yang tersinggung, (A) ingin tukar jam karena ada acara di rumahnya. Sebenarnya (A) sudah tau jika temannya ini ga akan mau, eeh bukan ga mau tapi mencari alasan menolak, karena ketika (A) bilang ingin tukar jam si teman ini sudah meng 'IYA-kan' namun malam atau hari berikutnya si teman ini akan bilang ga bisa. Selalu begitu jika dimintai tolong untuk tukar shift, namun yang mengherankan alasan selalu sama.
***

Lain cerita dengan cerita yang satu ini dimana dalam suatu bagian yang terdiri dari 3 orang dengan jam kerja yang di buat berbeda untuk menghindari kekosongan. Karena sekarang sudah mendekati perayaan natal sehingga untuk yang beragama nasrani bakal sibuk merayakan bersama keluarga dan orang-orang terdekat juga pastinya akan banyak kegiatan baik di gereja maupun di rumah yang akan di ikutinya, untuk itu mereka akan mengajukan cuti jauh-jauh hari agar liburan mereka tidak terganggu dengan berbagai macam urusan kantor. Sejenak melepas pengat dengan rutinitas yang selama ini banyak menyita waktu.

Bila dari 3 orang dua orang diantaranya menganut keyakinan yang sama lalu apa jadinya....? Tentunya mereka akan mencoba mengajukan cuti bersama, lalu siapa yang menggantikan jam kosongnya, tidak mungkin juga 1 orang akan kerja over time. Ya bisa seh kalau over timenya hanya 1-2 jam tapi jika sampai 8 jam apa iya mau, kalau aku ogah lah..., sedangkan selain kerja juga punya tanggungan lain yaitu keluarga yang harus di urus, terutama anak yang masih kecil.

Jadi bagaimana jika sudah begini...?! Apalagi keduanya tidak ada yang mau mengalah, karena mereka ingin pulang ke kampung halaman sudah seperti bang Toyip aja ya. Si (B) sebut saja begitu dan si (N) saling berebut minta cuti natal, ini sudah perjanjian kerja dari awal jika di bagian ini tidak mengenal libur nasional yang ada mengikuti kalender pasar dunia yang tak pernah off. Oke, keduanya mengajukan cuti bersama ke boss namun si (B) ngotot ingin cuti dengan alasan sudah beli tiket jauh-jauh hari, hingga sangat berat hati (N) mengalah meskipun dengan berjuta rasa gondok yang ga berkesudahan.

Berada di tengah-tengah situasi seperti ini sangat ga mengenakkan. Tidak tau harus bagaimana bersikap kepada keduanya takut dianggap memihak dan bisa-bisa malah mereka salah sangka, sedangkan mana enak seh kerja dengan suasana hening (seperti upacara bendera sesi mengheningkan cipta) dengan muka di tekuk semendung-mendungnya melebihi suasana di pagi ini. Apa jangan-jangan awan hitam di pagi ini imbas dari pertengkaran mereka ya, oooh no lalu bagaimana nasip cucianku dirumah..., cucian kemaren belum kering ditambah sekarang mentaripun enggan datang semakin menumpuk jemuran dirumah. Masa iya seh cucianku harus di panggang biar cepat kering, cucianku jadi ikan asap donk. Kalau begini aku ikut menggalau karena kalian aaah CLBK dah, Cucian Lama Belum Kering.

Sebenarnya sudah ada perjanjian dari awal bila libur natal itu gantian namun entah mengapa kali ini bisa jadi runyam begini, kalau perhitunganku tidak meleset tahun ini giliran (N) untuk cuti namun (B) memiliki trik jitu dengan membeli tiket pesawat jauh-jauh hari selain mencari murah juga. Sudah 7 kali berturut-turut (B) tiap natal mengajukan cuti dan sekarang pun juga sama tanpa menanyakan bahkan meminta persetujuan yang lain ikut-ikutan mengajukan cuti, beli tiket secara diam-diam. Karena rasa kasihan yang terdesak inilah mungkin yang akhirnya membuat (N) mengalah.

Hmmmm..., sebenarnya bisa saja di bagi rata. Begini natal tanggal 25 setahuku kegiatan natal itu ada sebelum hari H dan sesudahnya jadi mengapa ga ambil cuti tanggal 23-24 dan 25-26 nah kalau begini adil kan semua bisa mengikuti acara gereja, biar deh aku mengalah mengikuti jadwal kalian mau masuk apa pun jadi anggap memberi kesempatan teman untuk merayakan hari besarnya.

Tapi sepertinya mereka sudah di butakan ego, menganggap cuti adalah hak yang bisa diambil kapan saja. Iya benar cuti adalah hak karyawan namun bukannya kita ini satu team yang ga bisa jalan sendiri-sendiri. Dan parahnya (B) ambil cuti natal sampai tahun baru tiba, 6 hari kerja bayangkan. Aku ga masalah namun suasanya sekarang tidak kondusif, aku tidak suka dengan keadaan seperti ini di satu ruangan yang hanya diam-diam an. Ditambah muka yang dilipat-lipat seperti cucianku yang belum sempat di setrika. Tidak hanya itu sempat-sempatnya lho (B) koar-koar tidak hanya pakai pengeras suara di masjid tapi di sosmed dengan memasang status tentang kekesalannya, kalau sudah begini tidak hanya satu kampung yang tau bahkan seluruh pelosok negeri ini pun tau, dan orang-orang itu pastinya akan melihat sekilas tanpa tau permasalahan yang sebenarnya dan mereka membela teman yang di kenalnya sedangkan si obyek tentu saja merasa berada di pihak yang benar, lalu.... komentar-komentar yang berdatangan bisa saja bagai bara yang terkena angin, kemarahan tidak mereda malah semakin berkobar.

Mudah-mudahan saja ini hanya berlangsung beberapa hari, karena takutnya mereka akan saling diam dalam waktu yang lama malah bisa saja terjadi saling dendam, trus apa jadinya diriku nanti bekerja dengan orang-orang yang tak sepaham dan memiliki ego diatas kepentingan bersama bisa-bisa aku lagi yang jadi tumbal dari kediaman mereka.

Apa yang harus aku lakukan untuk mencairkan suasana, dari tadi ingin ngajak ngobrol tapi liat mukanya jadi keder sendiri ga enak di lihat. Aaah hanya bisa berharap dengan doa semoga ketegangan antara kedua belah kubu yang berseteru dalam memperjuangkan hak bisa cepat mencair. Aamiin...


siang menunggu alarm dari jam yang mati

Pilih Rapi atau Berantakan....

Tadi siang ketika berangkat kerja, pas di lampu merah ketika menunggu lampu berubah jadi hijau, wiiiiiih... hebat ya lampu aja bisa berubah ga mau kalah dengan satria baja hitam aku menengok ke kanan melihat orang yang baru datang menempati ruang di sebelahku hmmmm, baru dengar kalau di jalan ada ruang-ruangnya, hahahaha....., sepertinya aku kenal dengan orang si sebelahku. Lama mengamati dan aku semakin yakin kalau laki-laki di samping kananku ini Hendy, teman satu jurusan Adi, cieee.. cieeee.... masih ingat aja ama tu nama ehmm.. ehmmmm..... Untung saja orangnya enggak tau kalau dari tadi ada yang melototi dari balik kaca buram helm abu.

Sedikit heran juga melihatnya dulu waktu kuliah walau enggak satu jurusan tapi aku kenal, gimana enggak kenal kalau Hendy kemana-mana sama Adi, hehehehehe.... Dulu Hendy  terlihat bersih, rapi wangi tapi sekarang...., kelihatan kusut. Kulit putihnya terlihat kusam sudah gitu motornya juga terlihat tak terawat begitu kotor dan sampai plat motornya saja menceng gara-gara sekrupnya hilang satu. Ingin menyapa tapi tar malah terjadi reoni di lampu merah dan imbasnya aku bisa telat lalu kena denda no no no...

Lalu pernah juga aku secara tak sengaja ketemu Win kalau yang ini teman satu bangku waktu SD, juga terlihat sama enggak rapi dan sedikit ga terawat lah sampai-sampai naik motor saja aku bisa bengong saking tak percayanya.

Hendy dan Win sebenarnya sudah punya istri tapi mengapa malah terlihat berantakan tak terawat gitu sangat beda jauh ketika masih sekolah, padahal istri mereka juga orang yang sama perempuan yang dipacarinya ketika masih sekolah, apa yang membuatnya seperti ini....????!

Pernah aku melayangkan pertanyaan kepada beberapa orang teman yang sudah menikah maupun yang belum, jawabannya seh berbeda-beda namun kesimpulannya sama mereka terlihat tak terawat karena pasangan yang tidak bisa merawat pendamping (istri/suami/pacar). Mungkin setelah menikah para istri ini disibukkan dengan urusan rumah tangga dan juga anak sehingga tidak sempat lagi memperhatikan penampilan suaminya maupun dirinya sendiri, demikian pula dengan sang suami yang terlalu asik dengan pekerjaannya agar dapur bisa ngebul sampai-sampai mengesampingkan penampilan.

Terkadang seseorang beranggapan bila sudah menikah tidak perlu lagi rapi, wangi dan mungkin dandan yang sedikit nyentrik seperti waktu muda dulu. Sebagian dari mereka akan bilang "halah sudah laku ini tidak perlu aneh-aneh" atau beranggapan jika suami/istri berdandan rapi malah di curigai bisa jadi ada orang lain yang lagi dekat dengannya, nah pandangan yang seperti inilah yang sebenarnya harus di hilangkan. Jangan mentang-mentang sudah 'laku' (beristri atau bersuami) lantas penampilan diletakkan di urutan nomer sekian, mungkin juga ditaruh di urutan terakhir. Buang anggapan salah macam itu karena dengan beranggapan begitu sama saja Anda tak menghargai diri Anda juga pasangan.

Bayangkan, jika suami datang setelah capek bekerja disambut istri dengan dandanan seadanya menggunakan daster lusuh, rambut belum disisir rapi bahkan juga terkadang belum mandi atau dengan muka musam. Bisa-bisa capek suami tidak tambah hilang malah tambah pusing malah bisa jadi suami tidak betah berada di rumah 'sumpek'. Begitu juga dengan istri bila suami berpenampilan apa adanya suatu saat ketika menghadiri acara atau sedang bepergian secara ga sengaja bisa saja mendengar selentingan dari orang lain "istrinya saja dandan menor masa suaminya seperti itu (lusuh/ga rapi)"  atau "katanya orang kaya masa begitu" bisa juga akan merasa minder dengan teman-teman yang lain. Namanya orang kan seringnya melihat dari luar dan mencari sisi buruknya dibanding sisi baiknya.

Meskipun sudah berumah tangga ada baiknya penampilan juga mesti dijaga, memperhatikan penampilan pasangan itu juga penting. Bayangkan jika suami datang istri sudah mandi dandan cantik pasti suami juga lihatnya senang dan jika suami juga terawat ketika pergi berdua nantinya yang terdengar hanya selentingan pujian menjadi pasangan yang serasi, suami bekerja dengan rapi bisa saja menunjang penilaian, ga ada sisi buruk yang bisa di jadikan bahan gosip. Berdandan dan berpenampilan rapi itu seharusnya jangan ketika pergi saja namun juga di rumah, bila pergi berpenampilan rapi untuk menjaga wibawa sedangkan jika di rumah untuk memanjakan pasangannya.

Ciptakan nuansa indah di dalam rumah agar hubungan semakin harmonis dan terhindar dari rasa bosan apalagi jenuh dengan hal yang sama, dan cenderung membosankan yang berujung adanya pertengkaran-pertengkaran kecil. Penampilan yang fress juga salah satu terapi otak agar terhindar dari stress setelah seharian beraktifitas, juga bisa menjadi penunjang karier dan wibawa. Tidak perlu berlebihan hanya menjaga kebersihan dan rapi. Sayangi pasangan anda dan cobalah manjakan mereka seperti ketika saat ingin mendapatkannya dulu. (11/12)

10/12/14

Punggung yang Sejak Lama Kunanti

Pagi-pagi dari kamar sebelah terdengar keceriaan lagu JKT 48, tumben bener ade perempuanku memutar lagu itu. Sepertinya lagu ini sudah lama tidak terdengar di rumah ini, sambil bermalas-malasan memandangi langit yang sedikit mendung dari jendela yang sudah dari subuh aku buka untuk mempersilahkan udara pagi masuk ke kamar. Apa-apaan ini pagi-pagi sudah berisik, sambil mengingat hari tapi setahuku ini bukan hari sabtu yang sudah menjadi rutinitas pagi-pagi akan terdengar suara berisik dari teman-teman kuliah ade yang selalu menginap di rumah tapi ini rabu bukan sabtu, tidak seperti biasanya yang hingga siang tak terdengar satu suarapun kecuali dialog dari drama korea yang selalu menjadi menu pagi di layar televisi maupun lepi miliknya.

Beranjak dari tempat tidur adalah hal yang harus di lakukan jika tidak ingin berlama-lama merasakan dinginnya malam yang belum seluruhnya menguap terkikis kehangatan matahari pagi. Ketika melewati kamar ade aku melihat seragam putih merah tergantung rapi di pintu dan samar-samar aku mendengar suaranya, benarkah itu suaranya..., ragu. Antara iya dan tidak, apakah aku berhalusinasi karena beberapa hari ini memilirkan bocah kecilku. Tidak. Aku tidak mimpi, ini benar dia yang beberapa hari lalu aku pandangi dari balik jendela tempo hari.

Rasanya lega melihat Putra ada di rumah ini lagi, melihatnya tiduran sambil membawa hp yang berisi lagu-lagu penyanyi favoritnya JKT48, sambil sesekali  menggerakkan tangan dan mengikuti lirik yang sudah pasti dia hafal dengan benar. Ingin mendekapnya namun ada sesuatu yang mendorongku untuk tidak melakukan hal itu lalu aku langkahkan kakiku ke bawah untuk beres-beres rumah berlanjut dengan menikmati segelas teh hangat sambil nonton film drama korea yang kini sudah menjadi agenda rutin jika tidak mendapat jawdal kerja pagi.

Segelas susu, sepiring mangga yang sudah di kupas dan juga cemilan sudah ibu persiapkan untuk Putra, bahkan sudah ditawari ingin sarapan sama apa bayangkan sebegitu pedulinya orang rumah kepadanya. Tak lama Putra pun turun dan main di bawah bersamaku, Aku tak percaya bila ini anak kecil yang dulu selalu ada di rumah ini, yang kemana-mana selalu ikut, selalu di cari bapak ketika seharian tak melihatnya dan selalu tertarik dengan hal yang berbau horror. Bukan sebuah kebetulan sebenarnya karena Putra di titipkan di rumah karena ibunya ada urusan yang takutnya akan memakan waktu lama sehingga tidak bisa jika membawa Putra lagian juga harus sekolah. Putra berubah tidak seceria dulu, aku kehilangan sosoknya yang selalu ceria, kecerewetan dengan segala pertanyaan keingin tahuannya dan pipi buletnya itu kini sudah tidak ada.

Anak kecil ini sekarang menjadi pendiam, tak banyak gerak dan tak terdengar tawa hingga teriakannya seperti dulu. Mas Pupu ku sudah berubah, bahkan dia juga seperti asing di rumah ini, beberapa kali kami sempat saling berpandangan seakan masing-masing saling mencari tau apa yang sedang ada dalam pikiran lawan namun berakhir dengan diam, tak ada sepatah katapun yang keluar dan juga tak ada yang bisa aku lihat dari dirinya begitu tertutup dan dalam. Tak sanggup memandang mata sayu itu, binar mata yang dulu sering aku lihat hilang entah kemana perginya.

Segala macam makanan yang di tawarkan di tolaknya bahkan susu yang sudah di buatkan pun tak disentuhnya lagi, iba melihatnya seperti ini. Dia perasa seperti halnya aku jadi ketika kami hanya berdua tak ada perbincangan yang terjadi bahkan obrolan yang aku mulaipun tak ada tanggapan darinya. Aku ingin mas Pupu yang seperti dulu, anak yang ceria, pintar, aktif, kritis dan keceriaannya itu kini seakan tak pernah ada, mata binar sekarang terlihat sendu menyimpan sesuatu entah apa. Andai aku bisa melihat apa yang menjadi pikirannya sekarang, anak kecil yang kuat dimana harus dewasa sebelum waktunya dan mengerti tanggung jawab yang menantinya. Mas Pupu beli es krim lagi yoo..., mainanmu masih banyak tertinggal disini, foto juga video kelucuanmu juga masih tersimpan rapi.

Keadaan membuat segalanya berubah, tak peduli siapa orangnya tak pernah ada yang bisa melewati perputaran waktu dan segala proses kehidupan yang selalu berjalan seiring denting yang selalu berirama.

09/12/14

Loading ~ Nyaman

Kalau nyaman itu sebenarnya apa...
Nyaman itu subyektif yang hanya diri sendiri yang lebih mengetahui. Nyaman adalah merasa tidak ada yang memaksa, tidak dipaksa, tidak terpaksa. Merasa aman menjadi diri sendiri dan tidak dibawah tekanan atau intervensi dari pihak manapun. Aman artinya merasa terlindung, dilindungi atau tanpa perasaan takut, was-was dlsb. Untuk merasa nyaman adalah harus aman dulu. Setelah itu maka akan ada damai, tenang, tenteram.
Trus gimana buat hindari jebakan nyaman
Menghindarinya ya tergantung diri sendiri pula. Sebab apabila sudah paham dan mengetahui "aman-nyaman" bukankah mudah?
Mudah untuk bergerak bebas mau tetap disitu ataupun mau pergi. Bebas...
Kalau mau pergi bebas gimana lepasinnya, kadang kan nyaman seperti ingin pergi tapi kaki berat melangkah. 
Kenapa kebanyakan menyukai nyaman
Nah kalo kaki merasa berat melangkah maka itu dinamakan sudah berada dalam keadaan/kondisi mengalami kemelekatan terhadap nyaman. Tanya kenapa? Karena umumnya orang susah untuk nyaman dan tidak bisa nyaman, selalu terkondisi dalam keadaan yang tidak nyaman, tidak tenang, tidak bisa santai, tidak bisa menikmati hidup yang hanya sebentar di dunia ini. Tentu saja ingin nuansa berbeda. Kemelekatan=ketergantungan.
Cara lepas dari ketergantungan gimana
Duduk diam, lepaskan pikiran agar bebas tanpa penilaian. Karena kekotoran bathin terus menerus ada. Maka tiada cara lain kecuali berupaya untuk membebaskan pikiran tanpa menilai begini ataupun begitu."Seluruhnya adalah berasal dari pikiran". Pikiran sadar akan bertempur terus menerus dengan pikiran lain yang belum tercerahkan. Ada pertanyaan terjawab, maka muncullah pertanyaan lain yang lebih banyak. Karena itu produk dari pikiran yang sejak awal saya katakan "kerjanya berpikir-pikir, apapun dipikirkan".
Lepaskan pikiran agar bebas tanpa penilaian itu kan sama saja pikiran kosong mas. Emang kalau nyaman ada pikiran ini itu ya.... Tuh kan mulai muter lagi, emang nyambung ya pikiran sama nyaman. Setauku nyaman produk dari hati deh bukan pikiran. Benar ga seh...
Salah. Bukan dalam keadaan kosong. Sebab dalam keadaan apapun dan bagamanapun pikiran tidak bisa dikosongkan. Bukan produk dari hati. Soalnya hati merasa nyaman apabila pikirannya nyaman. Semua tidak jauh-jauh dari pikiran.

Loading ~ Jiwa Sosial

Siang mas.... Absen ni, Kenapa kalau bisa membantu orang lain sepertinya hati jadi 'plong' dan kalau ga bisa menolong (berbagi) kadang jadi kepikiran, kadang menyalahkan diri sendiri, menyesal, apakah itu hanya satu bentuk ekspresi semata dari hati
Siang. Sebenarnya setiap orang punya jiwa belas kasih (welas asih). Saat sisi tsb tersentuh maka perasaan merasa terpanggil untuk menolong atau mengulurkan bantuan dapat saja lebih dominan sebagai panggilan jiwa. Pada saat yang berlainan bila tidak dapat membantu atau menolong maka menjadi trenyuh, haru, sedih atau menyalahkan diri sendiri atas ketidak mampuan. Hal ini disebut sebagai ranah "budi".
Trus kalau orang yang ga punya jiwa sosial gimana mas
Sebetulnya tidak bisa dikatakan tidak punya. Justru punya. Akan tetapi karena suka membohongi diri sendiri dan perasaan sendiri, atau justru karena sudah terlalu tebal rasa dendam. Maka mengingkari. Contohnya, ia ketika kesusahan tidak ada yang menolong maka tersulut dendam. "ngapain mbantuin, orang pas kesusahan aja gak nolongin gak ngapa". Contoh mudahnya seperti itu. Maka ada budi dan dendam.
Dendam akan mematikan rasa kan mas. Apakah dendam dan tamak itu udah 1 paket
Dendam justru akan menyeret seseorang untuk melakukan pembalasan yang setara atau lebih banyak. Setiap dendam memerlukan pelampiasan dan atau penyaluran. Terkadang justru menjerumuskan ke penderitaan demi penderitaan. Baik dilampiaskan ke diri sendiri maupun orang lain. Ke diri sendiri misalnya menyakiti diri sendiri dengan miras, narkoba, atau mencoba menyayat tangan sendiri dll. Umumnya karena depresi/putus asa karena ada dendam membara. Tamak, medit, pelit, serakah adalah juga merupakan bentuk lain dari pelampiasan.

07/12/14

Ingin Memeluk Tapi Tangan Tak Sampai

Tadi pagi ketika ingin membuka jendela kamar aku melihat sosoknya lagi asik bermain tali. Lama aku memandanginya sambil dalam hati dilingkupi rasa kangen, sudah lama aku ingin memeluknya, sekedar menghilangkan rasa kangen yang menyelimutiku setiap kali melihat sosok mungilnya.

Putra sekarang sudah besar, dan bertambah kurus. Mungkin inilah yang membuatku miris, melihat dia kurus. Ya memang tak baik juga bila memiliki badan gemuk tapi coba bayangkan dari bayi sampai usianya menginjak 8 tahun tak pernah sekalipun melihat dia kurus seperti sekarang, bahkan baju yang dia pakai kadang saingan dengan ukuranku, jadi mudah saja jika membelikan baju. Tinggal pilih ukuran orang dewasa dipastikan ga bakal kebesaran ataupun kekecilan. Tapi sekarang putra bertambah kurus. Rasanya ingin berlari padanya dan memeluknya tapi bila itu aku lakukan pastinya akan membuatnya takut padaku.

Sejak putra masuk kelas tiga ia sudah tak pernah lagi main kerumah. Dan tadi pagi disela memandanginya dari balik jendela aku teringat pembicaraanku dengan bapak semalam dimana bapak melihat Putra yang sekarang kurus juga merasa kasihan. Apalagi bapak teramat sayang padanya, selalu teringat dengan bocah kecil yang kini sudah mulai tumbuh dewasa ini.

"Kalau lihat Putra kasihan, sekarang tambah kurus"
"Sekarang tidak mau disuruh kesini kok"
"Tidak boleh sama ibunya. Kalau main kesini dimarah-marahi bahkan di pukul"
"Di ajak ibu main kesini ga mau, bahkan ibunya juga menyuruhnya main kesini tapi Putranya yanga ga mau"
"Kalau main kesini dimarahi sama ibunya jelas saja anaknya takut"
"Tapi, kalau ketemu sekarang juga diam saja, bahkan jika mau lewat gitu tau malah milih menghindar pura-pura belok lah, nunggu sambil jalan pelan-pelan lah, bahkan kadang malah ngumpet"
"Makanya itu Putra itu tidak boleh main kesini sama ibunya, dikirain kalau kesini minta ini itu, padahal sini yang ingin membelikan bukan karena Putra yang minta"

Sejak Putra tidak pernah lagi main kesini tubuhnya semakin kurus. Kalau disini dia tak pernah berhenti ngemil, bayangkan kalau tidak ada jajan di bela-belain pergi membelikannya sekantung plastik jajan kesukaannya, kadang juga menyuruhnya beli jaajan sendiri di warung itu juga masih susu sehari 3 kali dan dibuat agak kental. Putra disini sudah seperti anak kesayangan bahkan perlakuan orang tuaku malah melebihi kepada anak-anaknya sendiri kalau sama putra.

Semalam bapak juga mengatakan bila sekarang keluarganya sedang berada dalam masalah keuangan, ibunya tidak memegang uang karena uang pensiun yang seharusnya di terima beberapa kali tidak keluar dan sekarang ini baru di urus
"Enggak keluar bagaimana..." Dengan sedikit ga mengerti ya sebenarnya takut ada kesalah pahaman dengan penalaranku terhadap kata-kata bapak.
"Ya enggak keluar, jadi dari pengurusnya memang tidak dikeluarkan. Mungkin tidak ada ini (sambil membuat tanda dengan ibu jari dengan jari telunjuk yang artinya 'uang') tapi ini masih di urus kesana"
"Lho bukannya yang mengurus itu adiknya Pak Daman yang guru"
"Bukan, yang ngurusi teman-teman kerja suaminya. Adiknya pak Daman malah ga ngerti apa-apa". Aku hanya bisa terdiam mendengar penjelasan bapak.

"Sekarang ibunya Putra kalau beli beras cuma ½ kilo, bapak pernah liat bu Daman pagi-pagi bawa sekantung plastik kecil dari warung ternyata beli beras. Bayangkan beli beras saja sampai ngecer, malah kadang Putra yang di suruh beli. Kalau membayangkan ngeri"
"Lha sudah gitu juga tidak mau usaha, kan bisa jual pop es, atau kalau ga buat roti trus di titip-titipkan buat nambah-nambah".
"Makanya itu. Tapi juga ga nyalahin juga, hidup kaya gitu tekanan lho, jangankan buat beli yang lain buat makan besok saja masih mikir. Kamu belum pernah ngerasain tidak punya uang masih harus bayar ini, bayar itu, belum mikir makan juga. Bapak kan juga gitu kerja dapat uang untuk bayar ini, bayar itu, buat makan kadang ga dapat uang tapi masih harus mikir bayar macam-macam. Kalau di pikir bikin pecah kepala"
"Kamu belum pernah ngerasain ga punya uang tapi juga harus mengeluarkan buat memenuhi kebutuhan jadi ga bisa membayangkan. Bapak saja kalau ngerasain tidak punya uang kepala rasanya mau pecah, budrek"
"Kalau cuma ga punya uang sudah pernah. Lagi ga punya uang sedangkan saat itu lagi pengen beli sesuatu banget pernah kok. Bahkan tidak punya uang, tabungan juga ga ada isinya juga pernah. Ya memang pusing seh"

Mungkin pikir bapak aku masih tinggal ikut orang tua sehingga hasil kerjaku semua aku nikmati sendiri, ya pemikiran bapak tak jauh beda dengan pemikiran teman-teman yang lain dan aku juga yakin semua orang juga akan berpikiran sama seperti itu bila melihatku namun ingat kah tentang 'wang sinawang' pepatah Jawa yang artinya mungkin kita melihat hidup orang lain lebih enak dibandingkan kita begitu juga sebaliknya, dan itulah yang aku pikirkan pada saat itu. Saat itu aku ingin bercerita sesuatu kepada bapak, lebih tepatnya mebuat alibi bahwa aku pernah berada di posisi seperti itu tapi aku urungkan, aku ga mau membuat bapak sedih dan aku juga ga mau dikasihani, bisa-bisa malah bapak menjadi kepikiran bahkan menjadi beban bapak biarkan di mata bapak aku menjadi putri yang baik dan tak pernah kekurangan dalam hal apa pun. Cukup buatku sudah menjadi kelebihan dari yang seharusnya.

Mungkin yang membedakan disini bapak yang penghasilan setiap harinya tak menentu pastinya jauh lebih pusing mencukupi kebutuhan yang seabrek dibanding aku yang gajinya sudah pasti tiap bulannya jadi mau ngapa-ngapain ya mentok segitu kagak bisa di otak-atik sehingga harus benar-benar pintar mengelola dengan membuat pos-pos pengeluaran biar mudah perhitungannya. Sedangkan bapak harus giat bekerja agar dapur bisa ngepul dan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. (07/12)

Ayahku hebat.

06/12/14

Cinta yang Masih Tersimpan

Ada Apa Dengan Cinta

Film yang hadir di tahun 2002 ini digadang menjadi awal kebangkitan dinia perfilman Indonesia setelah sekian lama film bioskop buatan anak bangsa tak pernah lagi terdengar kabar beritanya. Film yang berkisah tentang bersahabatan juga percintaan khas anak SMU dimasanya ini dikemas sangat dengan cerita yang mencerminkan realita di kehidupan nyata sampai-sampai bisa menarik penonton terhanyut di dalamnya. Meskipun sudah beberapa kali melihat, semalam ketika tayang di televisi masih ada gereged yang membawaku kepada masa itu. Bahkan beberapa dialog dan alurnya masih jelas melekat di otakku.

Waktu film ini pertama kali tayang aku sudah memasuki bangku kuliah, dan memang untuk bisa menyaksikan film Ada apa dengan cinta di bioskop butuh perjuangan keras. Sangat ga mudah untuk mendapatkan tiketnya, ketika itu aku dan Ina harus antri di bioskop XXI bersama yang lain dimana dari penayangan perdana hingga entah sudah berapa minggu kedepan masih saja antrian kaya ular begitu panjang bahkan hingga sampai luar.

Sepertinya aku dan teman-teman yang lain sering mengurungkan niat untuk membeli tiket mengingat antrian yang begitu panjang. Ya bisa saja kan ketika sudah sampai giliran tiketnya habis atau kalau enggak dapat tempat duduk paling depan sendiri, malas deh kalau sudah begini bisa pegel ni leher setelah keluar dari gedung bioskop. Sementara bila kita membeli untuk hari berikutnya juga tidak dilayani, ya mungkin karena antusias masyarakat yang ingin menyaksikan begitu besar atau juga karena tidak ada kenalan orang dalam kali ya sehingga agak susah. Dan hal seperti ini juga dirasakan teman-temanku yang lain, bagaimana susahnya mendapatkan selembar tiket hanya untuk menyaksikan cerita percintaan anatara Cinta dan Rangga.

Bahkan banyak diantara mereka yang melihat lebih dari sekali, nah mungkin ini juga yang membuat gedung bioskop masih tetap membeludak antriannya. Dan setelah selang beberapa minggu tayang, barulah aku bisa mendapatkan tiket. Rasanya seneng banget ketika mendapati tiket sudah ada di tangan, tapi ini juga butuh perjuangan keras dimana aku dan teman-temanku harus bergantian antri bahkan sampai SKSD (sok kenal sok dekat) dengan cowok yang antri di depanku, memanfaatkan peluang dimana mereka hanya bertiga dan ikut antri semua karena ada juga titipan dari teman-teman yang lain, katanya begitu. Setelah terlibat pembicaraan dan juga memasang tampang memelas meskipun aku yakin mereka ga menghiraukan karena lampu di ruangan itu tidak seterang di luar akhirnya mereka mau kita titipi. Yeeees..., berhasil.

Karena batas maksimal pembelian tiket adalah 5 lembar jadi masih bisa lah jika nitip 2 lagi. Tak perlu ikut antri, tinggal tunggu tiketnya datang, dan si mas (siapa ya namanya lupa deh) pokoknya kedua cowok itu lah mendapatkan tempat duduk yang juga ga di barisan depan ataupun belakang. Memang dalam film itu ceritanya seru dan dikemas secara eksclusive hingga alur cerita bisa tertangkap dengan mudah bahkan sampai bisa menjadi seperti candu dimasa itu karena setiap adegan dan tokoh masih saja melekat di pikiran para penikmatnya meskipun penayangan sudah berakhir bahkan mungkin sampai sekarang pun kita semua masih hafal bagaimana roman antara Cinta dan Rangga ini tercipta.

Sepertinya waktu itu aku sempat nanton dua kali di bioskop pertamana sama Ina yang kedua bareng-bareng dengan teman yang lain dan sempat juga beberapa kali nonton vcd nya juga dan itu juga ga membuatku bosan, bahkan malah masih penasaran seperti apa kelanjutan kisah cinta dua anak manusia ini apakah akhirnya bisa menyatu atau malah mereka punya kehidupan dan cinta di antara jarak yang terpisah...

Dan sejak saat itu pula aku suka dengan pemeran Rangga, ya Nicholas Saputra. Bahkan setiap film yang di bintanginya pun tak pernah absen untuk menonton, karakter dan pembawaan yang cool dan penjiwaan yang bagus itulah yang membuatku kelepek-kelepek setiap melihat sosoknya. Kelihatan kalau orangnya memiliki tujuan dan pandangan hidup yang terarah dan yang paling bikin gemas sifat cool dan smart terpancar jelas dari matanya. I like it....

Beberapa waktu yang lalu kita di hebohkan dengan mini drama dari kelanjutan Ada Apa Dengan Cinta yang dibuat oleh salah satu penyedia media sosial yang lagi in saat ini. Masih sama geregetan dan terlihat natural kebimbangan cinta antara ingin mebalas massage dari Rangga ataukah enggak. Massage Rangga yang tanpa sengaja itu membuat CLBK (Cinta Lama Belum Kelar ) yang belum sepenuhnya hilang di dalam hati Cinta mulai menumbuhkan tunas-tunas harapan. Lalu apakah Rangga dan Cinta memang ditakdirkan untuk bersama atau malah sebaliknya, hmmmm... Penasaran. (06/12)

Foto dan Komentarnya

Ketika iseng buka sosmed milik temannya teman (benar-benar kurang kerjaan) aku tertarik dengan satu foto yang di ungguhnya, yaitu foto seorang nenek penjual jajan pasar di suatu sudut kota Jogja.

Tidak ada yang salah dengan fotonya, yang terlihat hanyalah seorang wanita menggenakan baju kebaya lengkap dengan kain dan selendang yang disampirin di bahunya, mungkin selendang itu digunakan untuk menggendong dagangan kali ya. Terlihat rambut hitamnya yang hampir semuanya berubah warna. Nenek itu sedang memotong-motong sementara di depannya ada bakul tempat dagangannya digelar. Ga terlihat ekspresi si nenek karena fotonya dari samping dan sepertinya ngambil fotonya secara diam-diam.

Benar tak ada yang menarik hanya saja komen dari si pemilik account inilah yang sedikit menggelitik ketika dia menjawab komen dari temannya yang mengatakan "Jajan langka di Jakarta" ya mungkin benar apa yang dikatakan temannya ini, jangankan di kota besar seperti Jakarta di kota ku saja jajan seperti itu juga tak mudah ditemui. Dan si empunya pun memberi jawaban dari komen yang temannya katakan "iya (nyebut nama) kayanya enak, sayang kita ga beli cuma motoin ajah :( "

Membacanya hanya bisa melongo kok ya bisa lho. Bukannya sok suci namun sepertinya kurang pas saja dibacanya, ada yang membuat ganjalan. Ya tau seh setiap individu itu berbeda-beda tapi andai ia ga komen seperti itu tentunya ga akan membuatku berpikir lain. Jadi inikah sekelumit jawaban dari ketakutanku melihat selembar potretnya pertama kali juga mentelaah pendapat dari teman-teman yang semua (6 orang) mengatakan hal yang sama. Lihat komennya jadi geregetan sendiri ya... (06/12)

05/12/14

Kau dan Hatiku

Sepi....
Dalam diam aku hanya mampu bertanya mengapa ini terjadi.
Dalam harap aku menginginkan dirimu kembali.
Dalam mimpi aku ingin dirimu ada disini

Entah apa yang terjadi pada diriku
Nafas terasa terhenti ketika bayanganmu melintas di benakku
Sakit...perih...ingin serasa mati meninggalkan dunia ini
Bagaikan berada dalam jurang kehampaan

Cinta....
Apakah tangis ini akan selalu ada...???
Mengapa mencintaimu membuatku hilang akal
Terlalu sulit melepas segala hal tentangmu
Belenggu kasihmu mematikan syaraf di otakku

Andai kau rasakan apa yang aku rasa...
Ilusi keindahan cintamu menyiksaku
Semakin kuingin lepas semakin ku tercekik jerat hampa cintamu
Berharap semuanya hanya mimpi dan ku terbangun dari tidur panjang,
Hingga semuanya sirna disaat mata terbuka

Cinta.... berpihaklah padaku
Sirna, meleburlah segala kenangan tentangmu
Menguaplah segala janji dan senyumanmu
Biarkanku berjalan mengikuti arah hidupku dimana kaki melangkah
Sembunyilah kenangan di dalam hati yang terdalam

03/12/14

Peduli

Berangkat pagi di kala musim hujan mulai datang itu perlu perjuangan tersendiri, beda acara kalau bangun langsung berangkat kagak pake mandi itu cuma butuh secuil kemalasan yang terbuang (memang dasarnya malas mandi pagi jadinya cari alasan). Sebelum jam 6 harus sudah sampai kantor bila tak mau kena potong. Jangankan sarapan untuk membuat segelas teh panas pun tak sempat, sebenarnya bukannya tak sempat namun karena bangunnya mepet dan ga mau ribet makanya milih buat di kantor saja meskipun rasanya sudah tak senikmat seduhan teh di rumah.

Minggu ini aku kalah cepat dengan pak Kawit, bapak yang satu ini kedisiplinanya masih terjaga walaupun sudah pensiun dari TNI. Baru datang sudah ditawari makan, sekalian saja daripada nanti kesusahan minta tolong buat beli makan, terlebih kalau hujan datang. Walaupun begitu ketika makan juga harus nunggu sampai kerjaan selesai.

Kali ini menu sarapan sama seperti kemaren nasi gudeg, ga di rumah juga di kantor menu utama gudeg. Sedikit perubahan jika minggu-minggu lalu menu pagi pecel sekarang gudeg. Tapi yang sekarang lupa request nasi separuh. Inilah bukti kebaikan orang-orang di sekelilingku, kalau ga nawarin beli makan ya sering ngasih sesuatu bahkan kalau ga keliatan juga di tanyain kaya satpam dan beberapa pekerja gedung lainnya aku sudah balik ke semarang sejak dua tahun lalu tapi kadang masih ditanya "lama ga keliatan kemana...?!" Ya mungkin mereka baru ada kesempatan tanya sekarang kali. Jika papasan selalu saling menyapa, ini sebenarnya cuma untuk menghormati mereka namun malah menjadi kebiasaan setiap keremu selalu saja ada interaksi yang terjadi meskipun banyak yang ga aku kenal namanya.

Pagi ini ga hanya bisa nitip beli sarapan tapi juga mendapat segelas teh hangat sebelum aku minta, jarang-karang OB membuatkan teh kalau ga di suruh, tapi selama aku masuk pagi sering dapat tuh, bahkan kalau masuk middle ataupun sore kalau yang jaga pak Yus juga mendapat segelas air putih meskipun akhirnya ga aku minum karena sampai sekarang belum bisa minum air putih pakai gelas kaca, ga enak juga sudah susah-susah bawain tapi enggak di terima, kalau yang lain sudah hapal kalau aku selalu bawa botol air minum sendiri kalau kerja.

Selain mendapat segelas teh hangat aku juga mendapat oleh-oleh beruba dodol yang bahan dasarnya bukan dari kelapa namun dari waluh. Sayur yang biasa dibuat kolak. Manis namun juga rasa waluhnya tetep terjaga, semakin kreatif saja ya kuniler di negeri ini, dulu ubi yang dibuat berbagai macam jajan sekarang gantian waluh.

Tidak sampai disitu, siangnya kita makan pizza. Kalo yang ini bukan mendapat rejeki dari orang namun kita sendiri yang iuran untuk membeli pizza. Ini gara-gara dengar hari jumat besok ada yang mau ke pizza hut, mengingat bos-bos pada pergi sehingga bisa bebas kemana pun suka. Dan karena sudah lama tidak makan-makan masa ya makan cuma gorengan terus sekali-kali naik tingkat lah. Lagian juga sekarang sudah ga ada yang di palak makanya hasil kesadaran sendiri iuran untuk beli pizza. Ok, lain waktu kita pesta lagi teman kalau ada rejeki ya. Janji

Inilah untungnya punya teman-teman yang bisa gantian. Karena tidak mudah mendapatkan teman yang bisa saling toleransi antara satu dengan yang lainnya di tempat kerja, seringnya malah saling sikut, seling menjatuhkan dan saling cari muka di depan bos. Kalau yang ini sudah seperti sodara sendiri, bahkan kalau dipikir-pikir waktu kita lebih banyak dihabiskan bersama di kantor ketimbang dengan keluarga, sodara ataupun teman di tempat lain. Bayangkan jika kebersamaan dari awal kerja hingga sekarang, dari "babat alas" kantor berdiri hingga pindah nama sampai juga pindah kepemilikan masih saja sama-sama. Sudah 10 tahun kita bekerja bersama, bosan ga bosan juga seh sebenarnya jadi sedikit banyak sudah tau sifat masing-masing bahkan kadang saling berbagi cerita, berbagi keluh kesah bersama yang berujung dengan kata SABAR..., dinikmati saja, ga usah terlalu dipikir malah bikin pusing. (3/12)