29/06/14

Cerita Tentang Gerbong Kereta Semarang-Surabaya

Selalu ada cerita dalam kehidupan kita, inilah mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan kisah kali ini. Tahun 2008 pertama kali pergi jauh dari orang tua yang katanya demi masa depan, merantau ke kota orang untuk mendapatkan kepingan receh demi penyambung hidup.

Kisah berawal ketika pindahan kantor, pindah dari kota Semarang ke Surabaya entah apa alasannya yang tau hanya bos dan penggede-penggede saja kalau kita sebagai prajurit tinggal nurut apa perintah bos saja. Tidak hanya satu dua orang yang pindah namun satu bagian semua ikut pindah namun itu juga tidak diharusnkan karena ada penawaran ingin ikut apa enggak dan yang enggak akan di kembalikan ke cabang dimana awal berada mengingat kita semua adalah orang-orang dari cabang yang di rekrut menjadi satu bagian yaitu sattlement pusat.

Ketika pindahan aku ikut rombongan cowok-cowok naik mobil mengawal truk yang membawa beraneka ragam barang kantor dan juga peralatan kita disana sedangkan rencananya Esti dan Prima akan menyusul diantar keluarga mereka. Sebagai konsekuensi berada di tanah perantauan kantor memberi penggantian uang tiket pulang namun hanya untuk dua minggu sekali. Mulai dari sanalah untuk menghemat waktu dan tenaga aku dan beberapa teman yang lain menggunakan kereta untuk mengantar ke kota domisili masing-masing. Pertama kali merasakan ketangguhan ular besi, karena masih awam dan tak mengerti bagaimana prosedur dan memang baru pertama kali menggunakan jasa transportasi darat yang satu ini membuat kami (aku, Esti dan Prima) sedikit kesulitan. Pulang ke Semarang tiket sudah di tangan melalui jasa penyedia tiket. Esti pulang sore sehabis kerja langsung berangkat sedangkan aku pulang pagi hari mengingat malam masih bekerja hingga pagi dan Prima memilih untuk bareng aku pulangnya meskipun Prima kerjanya pagi seperti Esti. 

Belum mendapat tiket balik, Esti yang sudah sampai duluan di kota Semarang setelah sampai di stasiun Tawang berinisiatif membeli tiket balik sekalian dan menawarkan pada aku dan Prima tiket yang sama pikirku sementara pulangnya bareng dulu sambil mempelajari rute dan tata cara menjadi penumpang yang baik, membiasakan lah istilah kerennya. Membeli tiket untuk senin dini hari jam 1an kelas eksekutif, beres tiket balik sudah didapat.

Keesokan harinya hari sabtu aku dan Prima berangkat ke stasiun menggunakan taksi ini karena kami tidak tau jurusan angkot selain itu juga untuk mempercepat agar tak ketinggalan kereta. Berada di tempat yang belum pernah aku datangi, terasa asing diantara hiruk pikuk penumpang yang lain. Menunggu kereta sambil mengamati situasi di sekeliling, hingga akhirnya kereta yang ditunggu pun tiba. Mencari gerbong dan tempat duduk dengan bantuan selembar kertas di tangan (tiket) berebut dengan orang-orang yang ingin turun dan naik berharap tidak salah gerbong apalagi salah kereta. Ternyata begini rasanya naik kereta, enak juga santai dan nyaman terang saja kereta kelas eksekutif gitu loooh...

Jam 08.00 teng kereta berangkat, mengingat kereta yang aku tumpangi adalah kereta kelas eksekutif sehingga berjalan bebas hambatan karena kereta lain lah yang akan berhenti jika berpapasan atau ingin menggunakan rel yang setelah kereta yang aku tumpangi. Segar melihat dari balik jendela sawah dan ladang serta rumah-rumah penduduk. Sesekali jeprat-jepret pemandangan maupun sekedar selfi menggunakan kamera hp yang saat itu hasilnya masih bruwet namun sudah termasuk canggih di jamannya. Di tengah perjalanan di dalam kereta ada petugas mendorong troli dengan beberapa menu makanan di piring seperti nasi goreng, steak, dan beberapa menu lain. Petugas itu hanya menawarkan pilihan menu kepada setiap penumpang, karena aku tak berminat dengan menu yang ada lain halnya dengan Prima yang memilih nasi goreng, kebetulan kami berangkat tadi memang belum sarapan, sengaja juga enggak beli sarapan karena dalam tiket tertulis mendapat sarapan. Nasi goreng yang rasanya amburadul kagak karu-karuan itu pun tak habis termakan, namun yang paling menggemaskan dalam cerita ini adalah ketika seorang petugas yang menyerahkan nota nasi goreng yang barusan dia makan. Bengong dan gondok, wkakakakka..... Ternyata piring-piring yang dijajakan tadi itu dagangan bukan servis dari kereta, karena setelah insiden inibaru deh nasi gratisnya datang. Hmmmm... cerdik juga strategi penjualannya, sepertinya sama dengan menu yang tadi cuma penyajian dan porsinya saja yang beda kalau tadi yang di jual pake piring bagus kalau ini menggunakan piring yang bersekat-sekat untuk tempat lauk dan terbuat dari bahan tahan banting. Namun yang bikinn gondok itu harga nasi gorengnya yang biasanya hanya Rp 6000-10.000/porsi ini harganya kalau enggak salah ingat Rp 28.000;- Kejadian inilah yang sampai sekarang bisa bikin kita tertawa bila mengingatnya.

---***---


Belum juga tuntas meluapkan kerinduan dengan rumah sudah harus balik. Ikut kereta dari Jakarta jam 01.00 dinihari. Terpaksa merepotkan bapak untuk mengantarkanku ke stasiun yang jaraknya dari ujung ke ujung, disana sudah ada Esti yang diantar Lala (waktu itu statusnya masih pacar) dan Prima yang diantar kakak dan sepupunya dengan barang bawaannya yang lumayan banyak, paling-paling persediaan makanan, mie instan dan lauk kering untuk dua minggu kedepan seperti yang sudah kita rencanakan sebelum mudik. Ketika kereta datang kita pun berdesak-desakan dengan penumpang lain untuk berlomba mencari tempat duduk, tidak seperti waktu berangkat yang langsung menemukan tempat duduk kali ini tempat duduk yang tertera di tiket sudah ada orangnya trus kita gimana.... belum mendapat tempat duduk namun kereta sudah jalan hingga mba Febi kakaknya Prima yang ikut mengantar masuk ke kereta terjatuh ketika lompat dari kereta.


Nasib kita gimana, masa sampai Surabaya berdiri kaya naik bus lagian ini juga akan mengganggu kenyamanan pemumpang lain. Tak lama berselang ada petugas yang mengontrol penumpang tiap gerbong, kami pun menanyakan doble tiket yang terjadi setelah mendengar penjelasan kami petugas itu pun minta ijin untuk menanyakan kepada atasanya sambil membawa tiket-tiket kami. Lumayan lama juga menunggu sebelum petugas tadi datang bersama dengan seorang bapak-bapak yang gembul dengan perut membuncit, petugas inilah yang menjabarkan menggurai kejadian yang terjadi memang sebenarnya tidak ada doble tiket hanya kamilah yang salah membeli tiket, di tiket tertera tanggal hari ini seharusnya bila menaiki kereta yang sedang kita tumpangi ini masih menggunakan tanggal kemaren karena kereta yang berasal dari Jakarta berangkat jam 11 malam, sedangkan prosedur yang berlaku saat itu stasiun pemberhentian mengikuti tanggal dimana asal ketera itu berangkat bukan tanggal hari ini, jadi intinya tiket kami salah. Tiket ini untuk keberangkatan hari selasa dinihari bukan senin dinihari seperti penalaran kami.

Terus kami gimana, karena aku dan prima sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud kali ini Esti yang ambil tindakan pake jurus ngeyel dan memelas. Nego dengan bapaknya dan menjelaskan tentang tidak mengertian kami masalah tiket oleh bapak yang gembul itu kita dibiarkan tetap naik namun oleh bapak pemeriksa tiket (bapak yang kurus yang pertama kali menangani masalah ini) tiket kami mau di minta namun Esti dengan beraninya menolak untuk menyerahkan tiket dengan alasan tiket ini untuk ditukar di kantor mungkin karena iba melihat kami bapak gembul itu pun membiarkan kita tetap naik dan tidak meminta tiket yang salah. Mengingat kursi penuh sementara kita bertiga diminta untuk berdiri dulu hingga ada penumpang yang turun di stasiun berikutnya. Ya sudahlah, yang penting tidak di turunin dari kereta.

Insiden ini sudah menyita perhatian sebagian penumpang dan karena tidak mau lagi berlama-lama menjadi pusat perhatian lagian juga tidak enak juga berdiri terus sepanjang perjalanan makanya kami bergeser ke arah belakang, di dekat toilet tapi bukan pas di sambungan gerbong ya. Mulailah lesehan mencari tempat untuk meluruskan kaki yang sudah mulai pegal. Sudah salah kereta, duduk lesehan namun masih saja bisa ketawa, menertawakan kejadian yang baru saja terjadi ditambah lagi bernarsis ria foto-foto dengan kamera ponsel hingga terkadang penumpang lain yang ingin ke belakang dan melewati kami menjadi sungkan sendiri.

Setelah di stasiun selanjutnya ternyata ada yang turun seperti yang dikatakan petugas tiket, dan kami pun di undang untuk menempati kursi kosong tersebut, namun petugas itu masih berusaha untuk mendapatkan tiket kami tapi Esti tetep kekeh tidak mau memberikannya hingga petugas itu pun pergi dengan raut muka yang sangat jelek. Mungkin tiket kami diminta dan akan di tukar di stasiun selanjutnya lumayan kan dapat penggantian uang walaupun separo karena dianggap membatalkan keberangkatan yang sudah terjadwal. Dan karena masih gondok inilah ketika pembagian sarapan dan teh hangat kami bertiga hanya di lewati saja, petugas itu memberi kode kepada pengantar makanan untuk melewati kami. Silahkan saja dilewati kami hanya ingin melanjutkan tidur yang sedikit terpotong malam ini.

Inilah kisah unik yang tidak semua orang punya, berada di gerbong eksekutif namun setengah perjalanan dihabiskan dengan duduk lesehan di dekat toilet. Untung saja tidak di turunkan di stasiun pemberhentian selanjutnya. Belajar dari kejadian ini, kepulangan berikutnya tiket kami beli satu minggu sebelum jadwal pulang dan karena tidak tau jika tiket balik juga bisa di beli pernah suatu ketika aku kehabisan tiket hingga mesti berangkat dari Solo. Semarang-Solo naik bus baru dari Solo naik kereta bareng mas Yonny dan mas Agung. Tapi ya itu berhubung mas Yonny orangnya ngirit dan peritungan sehingga hanya memilih kereta ekonomi  itu juga hampir ketinggalan kereta. Sungguh berbeda dari segala hal antara kereta kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif, inilah yang disebut ada uang ada barang. Dan setelah tau jika tiket balik bisa dibeli di stasiun keberangkatan jauh-jauh hari setelah kejadian-kejadian itu kami (aku, prima dan esti) selalu membeli tiket seminggu sebelum jadwal pulang sekalian membeli 2 tiket berangkat dan tiket balik. Sejak itu juga aku selalu menikmati perjalanan menggunakan kereta walaupun sendirian karena prima seringnya memilih untuk pulang malam bareng Esti.

Aku mulai terbiasa suasana riuh di stasiun ketika menunggu kereta datang ataupun ketika turun dari kereta. Kalau di pikir-pikir sebetulnya mirip anak hilang lho, pakai celana pendek, kaos dan jaket, sendal jepit dan tas ransel di punggung sendirian di keramaian tengak-tengok mengamati kejadian-kejadian yang ada disana, ketika sudah menemukan kursi langsung pasang aerphone, mengatur sandaran dan menghadap ke jendela, aku selalu memilih tempat duduk yang dekat jendela agar bisa melihat dan memotret sawah-sawah ataupun kejadian yang aku anggap lucu dan unik selama perjalanan.

Yang mengingatkan sepanjang perjalanan menggunakan kereta api adalah di kereta selalu mendengar lagu dik-wali dan aku jatuh cinta-roulette pertama kali aku dengar lagunya juga di kereta.

28/06/14

Happy Ramadan

Dear tuan

Malam tuan bagaimana weekendnya apakah masih dengan segudang kesibukan atau hanya bermalas-malasan di rumah memanjakan diri menghilangkan pegal dan pengat setelah semingguan dijejali segudang pekerjaan.

Tak terasa sudah memasuki bulan ramadan lagi, tuan ikut puasa hari ini apa besok....?! Kalau aku ikut yang besok. Hari ini pertama sholat tarawih, mushola penuh sesak, alhamdulillah lebih banyak dari tahun yang lalu, mudah-mudahan penuh terus hingga akhir, enggak hanya penuh di awal dan hari-hari selanjutnya pelan-pelan semakin berkurang. Tuan tau kah segitu banyaknya orang hanya beberapa yang aku kenal, itu juga orang-orang tua angkatan orang tuaku. Tuan apakah aku sebegitu cueknya hingga tak peduli dan mengenal lingkungan di sekelilingku..., kalau memang iya berarti aku sudah menjadi moster kejam :( memang seh di kampungku banyak tetangga baru dan anak-anak yang sudah mulai tumbuh dewasa. Anak-anak sekarang cepat tumbuh dewasa, malahan lebih dewasa dari umurnya. Sedikit mencari alasan pembelaan diri.

Aku tadi seperti melihat teman SD ku, ya cuma tau seh enggak kenal kita beda kelas mungkin kakak kelasku kalau enggak salah ingat dan aku enggak menyapanya, dia duduk di baris depanku bersama kedua anaknya, anaknya yang besar cowek dan yang kecil cowok usilnya minta ampun kagak bisa diam lari sana-sini sampai-sampai ada ibu-ibu setengah baya beberapa kali terlihat mencubit dan menyuruhnya diam, gak tau siapa dia mungkin neneknya kali ya. Melihatnya aku hanya senyum-senyum sempat juga terlintas sekelebat cerita pendek di pikiranku. Kalau tuan bertanya ceritanya seperti apa kagak bakal aku ceritain (tutup mulut rapat-rapat)

Walaupun enggak yakin tuan akan singgah dan membaca coretanku ini namun disini aku ingin bilang, coba lihat ke arahku sebentar tapi berkediplah tuan jangan serius begitu menatap malah bikinku grogi.
Tuan selamat menjalankan ibadah puasa ya, jangan lupa jaga kesehatan biar enggak tumbang hingga hari raya tiba. Ingat minum obat maag pas sahur dan pasang alarm yang bener, alarm bunyi langsung bangun jangan malah di taruh di bawah bantal dan lanjut tidur. Tuan mesti banyak tersenyum dan jangan kebanyakan pikiran ya serta jangan sampai kurus :)

24/06/14

Kosong

Kosong...
Ingin merengkuh namun apakah bisa kugapai
Bagai mengejar bayangan dikala malam menjelma
Sendiri bersama kebisuan
Bergelut dengan keyakinan yang semakin memudar
Tiada daya untuk melihat mimpi

Kosong...
Bagai terbangun dari mimpi dikala pagi menyapa
Biarkan sekali lagi ku terlelap dalam buaian mimpi itu
Biarkanku menjadi berarti dalam hidupku sendiri

Kosong...
Kesunyian bagai momok yang mengekang kebebasan
Bagai berjalan diatas lumpur, berat langkah ini terayun
Jangan biarkan separuh jiwa ini pergi
Pergi bersama awan yang memudar tersapu angin yang datang
Biarkan ku dekap mimpi hingga ajal menjemputku nanti

Melihat Langkah

Setiap mata memandang ada secercah kerinduan
Seakan memory yang tersimpan satu persatu berontak di pikiran
Aku dan sejuta harapan dengan milyaran langkah yang tak terhitung
Mata memandang nanar tiap sudut dalam bingkainya

Teringat tiap tapak yang terlewati
Apakah aku melewati begitu banyak hal dalam hidup ini...
Waktu yang berjalan tiap detiknya tak maksimal terlewati
Tak banyak yang kuraih hingga banyak kekosongan di bejana yang kubawa


20/06/14

Tentang Kata

Tak ada yang bisa aku ceritakan kini coretanku pun mulai tak jelas ujung pangkalnya dengan kata-kata acakadut aku saja yang nulis kadang-kagak gak ngerti apa yang aku tulis apalagi yang lain sepertinya tambah bingung dan sedikit ngedumel "tulisan apa kaya gini, gak bermutu" uuuups.

Mungkin benar apa kata yongsa sementara waktu mesti berhenti dulu corat-coret seperti yang ia lakukan karena merasa tak sanggup mempertanggaung jawabkan apa yang ditulisnya. Ya sepertinya demikian. Otakku akhir-akhir ini mulai karatan, banyak ide yang menguap boro-boro ada tindak lanjut di lirik saja enggak sama sekali, semua yang nyangkut di otak kanya hanya ada satu kata 5 huruf dan itu itu saja yang ada hingga kadang membuatku jengah sendiri. Semua tentang tuan, tentang hanpa yang seakan tak bertepi.

Aku yakin tuan tau apa yang saat ini berkecamuk dalam otakku, hmmmm... Hanya pengharapan-harapan yang terlihat konyol yang kadang terlontar ketika menjelang tidur. Mungkin bila tembok bisa protes bisa dipastikan tanpa sungkan langsung melempar bakiak ke arahku karna hampir tiap malam mengganggu waktu tenangnya dengan ocehanku tentang sebuah mimpi, sebuah rasa dan sebuah asa, terlalu banyak andai yang terlontar dan kata "kangen" yang terucap, bagai mantra yang keluar sebagai penenang ketika rasa sakit di ruang terdalam meraung-raung menghimpit membuatku sesak.

Ingin rasanya menghadirkan tuan dalam mimpi malamku namun tak mudah ternyata walau sudah berusaha, tuan sesekali singgah dan sapalah aku di dalam mimpi agar sedikit terobati kegelisahan yang ada.

Ingin mendengar, melihat, dan merasakan kehadiran tuan disini. Semoga bukan hanya hayalan dan mimpi belaka. Mungkin suatu saat nanti bila memang ada kesempatan dan mendapat ijin Tuhan. Nah kan mulai berhayal, ya sudahlah hanya berharap tuan selalu sehat dan baik-baik disana. Tuan jaga kesehatan dan biasakan hidup sehat, jangan keseringan hujan-hujanan dan senyum go go goooo semangat terus ya tuan. 

Maaf ya tuan sementara akan menghilang dari blog ini untuk rehat, ingin rasanya nyender sambil cerita-cerita dengan tuan :) yaaah mungkin di lain kesempatan. Aku masih bisa cerita tapi enggak disini blue sudah menunggu untuk menyimpan semua emosiku.


14/06/14

Perhatian Ketika di Perantauan

Pagi-pagi bangun tidur masih bermalas-malasan mengingat hari ini weekend. Huuuuft..., seenggaknya bisa sedikit meregangkan otot dan membujuk kejenuhan ini agar menyingkir pergi jauh-jauh dari hidupku. Belum beranjak dari tempat tidur namun pikiran sudah entah pergi kemana, dan tiba-tiba saja teringat dengan Ibu yang jaga kos ketika di Surabaya dulu (tahun 2008),  lupa namanya biasanya hanya dipanggil ibu sama kita-kita, semoga beliau selalu sehat dan diberi umur panjang (big hug). Diantara kita bertiga (aku, Esti dan Prima) hanya aku yang dekat sama beliau mungkin karena aku masuk malam sehingga banyak waktu yang terlibat kontak fisik dengan ibu dibanding Prima dan Esti, mengingat pagi adalah normalnya orang-orang beraktifitas tapi dengan yang lain juga enggak tuh.

Pertama kali melihat sedikit takut juga secara bila dilihat sekilas ibu terlihat galak, tapi perkiraanku salah ibu baik bahkan sangat baik denganku. Sering memasakkan air panas untuk mengisi teremos mengingat waktu di Surabaya aku belum bisa minum air putih sehingga hari-hariku dipenuhi dengan minum teh ataupun minum air sirup yang penting air minum ada warnanya. Namun entah mengapa bagi para cowok ibu tak disukai sedikitpun dan ibu juga gak akrab dengan mereka.

Banyak aktifitas yang aku habiskan dengan ibu, ketika pulang kerja sering ibu ke kamar untuk menanyakan apakah sudah makan dan mengajak untuk memasak bareng ini berawal  kalau siang saat malas mencari makan dikarenakan cuaca yang sangat panas hingga memilih meminjam dapur untuk membuat mie instan atau menggoreng telur mengingat ketika pulang juga dibawain lauk dari rumah, menawarkan diri untuk membeli jus yang ada di seberang jalan (jusnya enak lho, mantap deh) tapi seringnya aku berangkat sendiri sekalian mempelajari keadaan sambil mengunggu antrian yang beli banyak dan jus strowberry menjadi andalan kalau enggak ya jus mangga.

Dari seringnya hilir mudik ke dapur untuk membuat makan siang inilah aku bisa lebih kenal dengan ibu, bahkan kalau siang aku diajak ibu untuk masak bareng ya sekedar membantu menggoreng atau membuat racikan bumbu atau memotong sayur yang akan diolah kadang juga membantu mencuci piring sambil cerita-cerita walaupun terkadang enggak ngerti juga dengan apa yang ibu maksud mengingat logat dan beberapa kosakata yang takku mengerti artinya namun cerita-cerita mengalir saja terus. Ngobrol mulai dari ngomongin dua satpam yang jaga di depan, tentang penghuni kos yang sudah gak disana hingga yang baru masuk, cerita tentang kampung halamannya, ketika ibu masih muda, keluarganya, membahas masakan, banyak banget deh initinya ngerumpi. Sempat heran dan bertanya-tanya juga dengan diri sendiri mengapa hanya aku yang langsung bisa dekat dengan ibu padahal awal-awal yang sering kontak fisik dengan ibu ya Esti sama Prima. Mungkin ibu kasihan kali ya melihat aku hanya sendirian di kamar tanpa teman, merana.... 

Ibu sangat baik denganku, banyak membantuku ketika berada di perantauan. Aku suka kegiatan masak bareng dengan ibu, kadang juga sedikit protes bila melihat ibu sedikit jorok, dan membandingkan apa yang dilakukannya dengan cara ibuku di rumah ketika memasak tapi ibu juga kadang bawel ketika yang aku lakukan salah dan banyak nanya, hehehehe..... Ibu gak marah kok malah ketawa-ketawa, pernah juga memuji kalau aku pinter yeee yeee yeeee horeee..... selesai masak ibu mencuci peralatan masak aku membantu membersihkan dapur trus makan bareng dan setelahnya menyuruhku tidur. Tak jarang ibu juga mrnyuruhku membawa semangkuk sayur ataupun lauk plus sepiring nasi yang barusan dimasak untuk makan kita bertiga. Memang seh masakan ibu rasanya kagak karuan ga ngalor ga ngidul rasanya anehlah menurut kita-kita dan karena Prima dan Esti pulangnya sore maka mereka berdualah yang mendapat jatah menghabiskan. Sebagai anak kos lumayan lah mendapat lauk gratis meskipun rasanya seadanya mengingat warung juga jauh dan parahnya kagak ada kendaraan yang digunakan untuk mondar-mandir. Biasanya massakan ibu dipadu dengan lauk yang dibawa dari rumah untuk menyamarkan rasa.

Menurut cerita ibu, majikan atau yang punya tempat kos ini orangnya sangat pelit, apalagi anaknya tu lebih pelit lagi kalau memberi uang belanja peritungan dan kalau beli-beli sesti di catat uang dibelikan apa saja komplit dengan harganya padahal ibu juga mesti membeli daging untuk anjing peliharaan mereka. Karena tak tega seringnya ibu membeli daging dari uang pribadinya sendiri yang didapat dari mencucikan baju orang-orang yang kos disana. Sepertinya tak hanya anjing yang ibu manjakan kita bertiga pun juga dimanjakannya, sering pas makan siang bareng setelah memasak ketika makan bareng ibu memberikan lauk entah itu tempe, ikan ataupun ayam kepadaku sedangkan ibu makan hanya menggunakan sayur tanpa lauk tambahan. Gara-gara seperti ini ni seringnya aku ribut sama ibu gak bisa kalau seperti ini, makanya aku kembalikan lauknya dan lari ke kamar makan dikamar biar enggak dikembalikan lagi tapi lama-lama ibu paham makanya memilih untuk diparo tapi tetap saja bagian banyak dikasih aku, kalau ibu lengah ya aku kembaliin kadang juga aku sembunyiin di bawah nasinya biar gak ketahuan sebeluma ku tinggal kabur ke kamar. Tak hanya lauk, sebenarnya kalau ibu punya jajan entah itu buat sendiri ataupun beli ketika habis dari pasar kadang mengetuk pintu kamarku dan memberi jajan pasar buatku.

Aku juga pernah ikut ibu ke Pasar Kayoon, mengingat kos yang tidak begitu jauh maka berangkat jalan kaki. Tempatnya seh seperti pasar-pasar lain yang sedikit becek dan bermacam-macam aroma, lumayan lama juga mengikuti ibu menyambangi pedagang-pedagang untuk membeli bahan-bahan yang akan diolah dan setelah selesai pulangnya naik becak. Kalau mau jalan bisa tapi mengingat hari sudah panas makanya lebih memilih naik becak sekalian jalan-jalan katanya sebenarnya naik becak malah memutar memgingat daerah Surabaya banyak jalan satu arah sehingga jarak yang tadinya dekat bisa menjadi jauh.

Nah gara-gara ngikut ibu ke pasar ini lah menjadi masalah baru buatku, ketika melewati Embong Cerme di depan hotel Tanjung Indah, ibu sempat disapa oleh seorang pria kagak tau namun sepertinya mereka saling kenal. Tapi sapaan itu tak sekedar sapaan biasa, menurut penuturan ibu setelah momen naik becak, pria yang menyapanya tadi siang meminta ibu untuk mengenalkannya padaku, karena ibu tau pria itu orangnya gak bener makanya enggak ditanggapi permintaan itu dan imbasnya pria itu dari siang mondar-mandir di depan kos terus. Syereeeem..., apalagi menurut cerita-cerita kalau orang Surabaya itu nekat-nekat semakin keder donk untuk keluar rumah. Lalu bagaimana berangkat kerja ni, secara pria itu tak henti mondar-mandir sampai Prima dan Esti ketika pulang dan tau ceritanya ikut hawatir. Satu-satunya jalan ya telepon teman suruh jemput. Sementara waktu kalau berangkat aku diantar mengingat jalan yang sudah mulai gelap dan jalan menuju kantor juga bisa tergolong sepi hanya mobil dan motor saja yang berseliweran.

Ibu memang baik tapi kita bertiga paling anti sama ibu ketika sudah mulai awal bulan, karena ibu bakalan mengedor pintu tiap penghuni kos muter membawa kwitansi menagih pembayaran kos. Nah kan kalau sudah gini aku sementara waktu memilih ngendon di kamar saja, sampai kosnya dibayar Esti sebagai penanggung jawab, selama ini gak pernah seh menagih uang kos padaku tapi tetap saja gak enak kalau di ketuk buat massak bareng baru mau. Meskipun kos dibayar kantor tapi tetap saja administrasinya lama mesti nunggu transferan dulu dari Bali mengingat dulu kantor pusatnya ada di Bali.

Meskipun ibu sudah tua tapi dandanannya kagak kalah dengan anak muda, pernah aku diajak masuk kamarnya dan disana baju-baju banyak pake banget deh, disetiap sudut ada tumpukan baju dan barang termasuk barang yang di kasih penghuni kos sebagai kenang-kenangan. Di dalam kamar aku melihat rokok dan botol minuman keras pas aku tanya ibu malu-malu menjawab kalau itu punya dia, yang di konsumsi sesekali.

Di Surabaya banyak suka duka yang aku alami, tapi yang paling sulit adalah menghilangkan kejenuhan dan kangen keluarga di rumah, untung saja masih ada teman-teman yang sering sms memberikan semangat agar bertahan dan memang meski bertahan karena ini pilihanku, lebih tepatnya pelarian yang aku lakukan :(

Karena sudah membahas Surabaya aku kupas tuntas saja deh semuanya sekalian nostagila biar skalian melownya. Penasaran Klik disini

Berlindung Kepada Bayangan

Tiap hari seakan semakin banyak potongan puzzle yang berceceran. Melihat begitu banyak gambar yang tak satupun ku mengerti apalagi memahami bentuk utuh dari setiap foto yang tercetak ketika ku memejamkan mata. Mencoba mengingat dan menganalisa, apakah ini hanya mimpi sebagai bunga tidur seperti orang-orang katakan atau ini sebuah penggalan dari satu kisah yang sering aku lihat. Membingungkan dan sedikit banyak menyudutkan otakku memaksanya berpikir hingga terasa jengah dan mendidih tetap tak menemukan satu kesimpulan atau benang merah disetiap gambar yang teracak.

Orang-orang itu banyak berseliweran tapi siapa mereka...., mengapa tak satupun mau memperlihatkan wajahnya..., apakah aku mengenalnya...?! Hanya secuil yang bisa aku ingat dan itu pun tak cukup membantu untuk menjadi satu gambar utuh. Berbeda ya potongan yang lain lagi, entah ini potongan puzzle keberapa dan berada di gambar yang mana semua potongan itu bercampur menjadi satu akupun tak punya bayangan mozaik apa yang terpampang dan ingin diperlihatkannya kepadaku.

Apakah ini sebuah cerita yang saling tersambung atau hanya penggalan cerita pendek ?! Siapa pemeran utamanya dan bagaimana sinopsis cerita jika hanya beberapa potong puzzle yang aku temukan sedangkan untuk membuat satu cerita saja membutuhkan banyak puzzle yang terlibat didalamnya.

Misteri, Hanya Tuhan yang tau bagaimana bentuk nyata cerita dari kepingan puzzle yang hadir dalam setiap mimpi malamku ini. Begitu banyak orang yang beberapa sepertinya aku kenal dari ciri tubuh namun banyak juga yang tak aku tau siapa mereka, pendatang barukah atau hanya sekelebat lewat untuk mempercantik cerita.

Dari sekian banyak potongan puzzle yang terkumpul, hanya satu yang aku ingat dan melekat hingga sekarang, yaitu sebuah tangan cowok yang begitu nyata terlihat dan terekam jelas dalam pikiranku. Lengan yang kokoh dan pekerja keras, milik siapa aku pun tak tau namun yang jelas lengan itu bukan dari orang-orang yang pernah aku jumpai namun aku yakin pernah melihat dan memegangnya. Aku mengingatnya dengan jelas secara mendetail setiap inci dari kulitnya, kalaupun berjumpa dengan pemiliknya tak akan bisa terkelabuhi. Apakah ini tangan yang menggenggamku dan menjagaku beberapa minggu dikala tidur malamku waku itu...?!

Dikala itu aku merasakan jemari yang hangat nan menenangkan, kali ini merasakan lengan yang kokoh dan melindungi benar-benar melindungiku. Dia benar-benar menjaga dan melindungiku namun keduanya memberikanku kenyamanan. 


11/06/14

Hanya Pelampiasan

Kedekatan itu datang tiba-tiba tanpa direncana
Bagai aliran air semua berjalan tanpa bisa diterka
Cerita dan perhatian kau berikan padaku
Bagai putri kau puja aku, hingga buatku mati kutu

Tanpa kusadari hati ini telah kau curi
Namun akan kuredam rasa ini seorang diri
Karna kau sudah punya kekasih

Entah siapa yang salah akupun tak tau pasti
Kau mengucapkan cinta padahal kau ada yang punya
Bingung dan ragu namun hati ingin terus bersamamu
Kau coba meyakinkan diriku jika kau telah sendiri kini
Terlena bujuk rayumu hingga diriku luluh, kini kita bersatu

Bahagia tak lama..., kau buaya yang tak pantas dicinta
Kau jadikanku pelampiasan cintamu yang semu
Segala ucapanmu  bagai debu terkikis air cinta lamamu
Dengan mudah kau akhiri semuanya dan kembali padanya

Mungkin ini memang salahku mudah percaya dan diperdaya
Sungguh Tuhan maha kuasa, menunjukkan padaku siapa dirimu
Biarpun semuanya berakhir sebelum akar menancap lebih dalam
Cabut dan buang tumbuhan beracun dari hidupku

Tak perlu disesali karena semua hanya sebuah ilusi yang tak pasti
Karna kau memang tak pantas tuk dapatkan cinta suciku ini
Terima kasih karna kau, aku belajar tentang kepalsuan


Riques Bayu

Karma, Roda akan Terus Berputar

Membuka kembali tiap obrolan yang pernah ku lakukan bersama yongsa tak menyangka bisa bicara selugas itu, belajar dan berdiskusi sesekali ngeyel dan ngotot. Rasanya ajaib tak menyangka dari sebuah perbincangan santai keluar berbagai kalimat mujarab yang kini bisa membuat plong, mengembalikan sedikit lagi mood dalam diriku. Makasih yongsa kau sudah mengajarkan aku banyak hal dan aku akan selalu kagum dengan perjalanan hidupmu. Tancapkan tombak rapatkan barisan dan buktikan kalau kita masih berada dalam golongan minoritas bukan mayoritas

Dan untuk mereka yang sudah mencoba menghancurkan hidupku, tertawalah senang karena sudah benar-benar membuatku over down tapi itu hanya sesaat sayang, karena sekarang ell sudah kembali bahkan sempat menggantungkan 1 bintang lagi disana. Lihatlah bintangku semakin banyak dan satu persatu berkilauan begitu indahnya bukan. Makasih aja deh sudah melakukan ini dengan begini aku semakin sadar siapa aku dan semakin yakin dengan langkah-langkah yang akan tertapak.

Perlu kalian catat, aku lebih maju beberapa langkah dari kalian coba tanyakan pada diri kalian apa yang sudah kalian lakukan....? Hanya iri dan memelihara dendam, mengais rasa iba dari orang-orang yang kau kenal hanya untuk disebut teman, sendiri dikala terpuruk secara kerabat pun tak sepenuh hati memberi kasih. Apa juga yang sudah kau dapat...? Bagaimana bisa dibilang sukses bila segala jalan dan perjuangan selalu terhenti di tengah-tengah, sudahkah bisa membahagiakan orang-orang yang ada di sekelilingmu terutama keluargamu.... Kalau belum jangan sombong deh.

Bukalah pikiranmu sangkal apa yang sudah aku katakan barusan. Kalian tak ubahnya hanya seorang pecundang yang tak siap menerima kekalahan, pakai saja rok pink dengan renda-renda itu sepertinya lebih macho deh. Aku gak akan menyuruh kalian untuk sadar ataupun bertobat karena aku juga bukan orang suci, itu urusan pribadimu dengan Tuhanmu. Bagaimana sudah cukup atau masih mau lagi.... silahkan, tapi ingat KARMA itu saja pesanku segala hal tak ada yang abadi, semuanya ada waktunya.

Tertawa dalam kebodohan. Lihatlah aku yang telah kalian korbankan, aku masih punya teman-teman yang menghargai aku, sahabat yang selalu ada dan siap memberikan pundak ataupun mengulurkan tangannya tanpa paksaan dan tanpa menanyakan kenapa. Seenggaknya dalam hidup aku masih berguna bagi yang lain, kalau ini biar Tuhan saja yang tau :)
Boleh percaya atau enggak sebelum aku mengetahui ini sepertinya Allah sudah memberikan sinyal lewat mimpi hanya aku yang tak bisa menyabarkannya dan Allah juga tak membiarkanku terpuruk karena masih ada mereka, orang-orang hebat yang ada dalam hidupku.

Aku masih bisa dan lebih tau menikmati hidup ketimbang kalian. Tertawalah sekeras-kerasnya karena sesudah itu akan ada air mata yang lebih dasyat dari badai apa pun.

Berikan sedikit waktu lagi ya untuk kembali, aku rapopo sudah biasa jatoh jadi gak kaget. Makasih buat semuanya dan maaf enggak bisa cerita secara gamblang, bukannya enggak mau tapi enggak bisa (andai dia ada .... ), ell yang suka ngeyel dan usil sudah balik setelah hitungan ke 100 , coba mulailah berhitung dimulai dari sekarang ;)

Thx

Dan Kau Masih Yongsa

>> Bulan juni sibuk ga,bolang yok...
Kepingin banget, malahan dr dulu. Aq masih inget, suatu hal yg belum terealisasi. Masalah waktu mungkin bukan saat ini bukan bulan ini Maap yoo

Gimana Kabar...??
>> Lagi over down
Over down terus, duuuuh.
>> Kaya kmunya enggak aja
>> huuuuuu
Ya terkadang aq jg down tp aq membatasi diri agar tidak over
>> Mungkin biasanya bisa tp kali ini sepertinya sedikit susah mengontrol diri
>> Baru tau kalau benar-benar ada orang yg sangat jahat
Biasanya itu apa ?
Biasa menikmati atau biasa menepis. Apa mungkin terbiasa ke duanya ?
>> Masih bisa mengendalikan diri.
Kan dr dulu aq udah bilang. Semua orang itu menyeramkan.
>> Iya benar, tp yg ini keterlaluan lebih sadis dr pembunuh n lebih buas drpd binatang.
Lebih dan lebih ?! Jadi perbuatan apa yg tlah dy lakukan ?
........

Tak banyak yg q lakukan, bahkan aq tak bs berbuat agar km keluar dr ruang gelap itu.
Hanya sebatas doa, Semoga terang.
>> Yg kmu lakukan sudah lebih" kok, makasih ya slalu ada buat aku ({})
Aq tak tau kronologinya sperti apa, yg jelas km harus sabar yoo.
Mengadu lah sama tuhan,
Percaya pasti ada jalan.

Senyum to ah, Wis sui ora ndelok senyum mu
>> Kan masih ingat senyumku kaya gmn
>> Udah lama lupa cara senyum seperti apa
Senyume isih rodok cecut, urung adus yo, hehe
>> Kan ngikuti kamu

Pasti km pernah berfikir bahwa aq melepas genggaman itu, jk iya brarti km salah Dlm diam aq masih menggenggamnya, dan kau masih yongsa.
>> Aku ga pernah berpikir spt itu, walaupun udah lama ga komunikasi tp aku percaya kmu ga akan semudah itu lepasin
>> Aku percaya
Menyapa dlm diam, mendengar dlm kesunyian Sebegitu percaya nya ?
Hal apa yg membuatmu menaruh kepercayaan itu
Berbisik tanpa suara menyentuh tanpa membelai. Memang terlihat maya namun jk benar merasakan, berarti itu bukan kesamar²an. Dan km pasti tau.
>> Karena aku yakin, yongsa akn slalu memegang janji sampai kapanpun

>> Udah lama ga ngobrol" Seƙαrαnƍ kmu udah smakin dewasa ya
Masih berusaha
>> Sepertinya aku ketinggalan banyak momen
Bukan km tapi aq yg ketinggalan
Jaringan km luas
>> Sapa bilang, udah lama bgt aku gak komunikasi sama siapa pun hp cuma jd pajangan doank.
Sama seperti halnya dengan q,
Bahkan komunikasi sama orang aja aq jarang.
Udah hampir 7 bulan, aq habiskan waktu dikamar.
Lebih banyak berdialog sama diri sendiri
Luar biasa, hikmahnya
>> kok sama
>> Temen ββ♏ aja aku jawab seperlunya bahkan kadang ga aku jwb
>> Lebih peduli ama lepi drpd dunia luar
Lah ko' bs samaan gt
Emang ya psisi raja dan panglima 


kau seperti cerminku apa yang terlihat jelas dalam dirimu bagaiku melihat sosokku sendiri. Banyak kesamaan namun berbeda pemikiran (raja dan panglima), kau masih menepati janjimu untuk terus menggenggam hingga ada satu tangan yang benar-benar mampu menjagaku baru kau akan melepas genggaman itu.
Suatu hari nanti akan aku ceritakan dan memperkenalkanmu kepada si tuan. Aku banyak belajar darimu.


Makasih
yongsacermin


08/06/14

Tunjukan Jalan TerangMu

Mendengar satu pernyataan yang tak bisa aku terima secara nalar maupun akal sehatku. Tak bisa memaklumi, apakah kesalahanku sebegitu besarnya hingga mereka menjatuhkan hukuman yang menurutku sangat berat untuk aku jalani. Bagai terpasung dalam sebuah ruangan yang memiliki dinding tinggi dan kokoh, aku tak bisa napas dan aku tak tau apakah aku masih bisa pertahan dalam situasi ini. Tak tau siang ataupun malam semua aku jalani dengan langkah yang tak terarah. Kosong, jiwa ini begitu kerdil untuk memahami segala yang terjadi. Tak ada seorangpun yang mendengar walau aku sudah teriak sekuat tenaga, lihatlah disini apakah aku hanya sebuah bayangan yang tak kasat mata atau hanya debu yang memedihkan mata. Semuanya bungkan dan aku merasakan perih yang teramat sangat disini (hati).

Tuhan kalau ini ada dalam skenario yang Engkau buat aku terima, namun bolehkah aku sedikit memohon agar Engakau selalu pegang tanganku. Berikan aku keyakinan hingga ku percaya segala yang telah Tuhan rencanakan adalah yang terbaik dan akan berujung manis, janji Tuhan tak pernah ingkar.

Tak pernah aku merasa setakut ini sebelumnya, bagai berada di tengah padang tandus dengan jurang disekelilingku. Yang belum bisa aku terima mengapa ada orang sejahat itu...?! Bukankah berbuat jahat pada orang lain sama halnya menutup segala jalan rejekinya dan aku yakin hidupnya juga tak sebahagia orang yang mereka zolimi. Suatu saat akan berbali, karena roda kehirupan selalu berputar. Semoga ada cahaya yang menuntun arahku hingga bisa kuraih dan kembali ke padang safana. Aku masih ingin membahagiakan orang tuaku, tak bisa aku bayangkan andai mereka mengetahui keadaanku yang sangat kacau dan benar-benar down untuk saat ini.

Semoga ada celah kecil yang terlihat orang lain hingga seseorang itu sadar tentang keberadaanku di tempat yang gelap ini dan bersedia mengulurkan tangan untuk membantuku keluar dari dinding yang membelenggu kebebasanku.

Siapa pun dia aku gak dendam, karena mungkin tanpa sengaja aku telah berbuat salah hingga membuatnya murka namun, apakah sifat labilku yang dulu mesti mendapatkan balasan yang sangat keji seperti ini..., sedangkan mereka lah yang menyulut api lalu mengapa hanya aku yang terbakar... Apakah ini adil ?!

Teman-teman edelweis yang baik, yang telah meluangkan waktu untuk singgah mohon doa untukku ya, agar aku bisa menemukan pintu untuk bebas keluar dari ruang gelap dan pengap yang menjerat hidupku. Semoga ada keajaiban dan terang dari semuanya ini. Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …


Salam,
Edelweis

Menjadi Malaikatmu

Hai tuan, lagi apa minggu-minggu gini...

Semarang cuaca panas padahal dengan sedikit mendung,, tak ada awan putih yang sangat tebal berbentuk senyum, gambar binatang ataupun makanan seperti biasanya dan warna langit lebih menuju biru sedikit abu.

Tuan apa kabarmu disana, sehat-sehat saja kan semoga saja selalu sehat dan hari-harimu diwarnai senyum manis cenderung jahil itu. Aku masih selalu mengingatnya, kangen juga sudah lama gak melihat senyum itu mungkin belum waktunya kali ya untuk bisa melihatnya kembali, adem liatnya kaya habis jalan dari bukit menuju pantai di siang bolong trus ketemu sebotol air putih.

Tuan tadi Ryesa temen adeku main ke rumah, masa dia bilang kalo pandanganku kosong pikiran kemana-mana coba, bukan hanya Ryesa adiku juga membenarkan apa kata Ryesa. Memangnya mukaku terlalu ekspresif ya hingga ga bisa menyembunyikan apa yang aku pikirkan. Ya, memang mereka benar seh kalau saat ini pikiranku blank, bahkan sudah beberapa bulan yang lalu malah merasakan aneh dalam diriku kaya ga ada semangat untuk melakukan apapun semuanya malas hingga rencana yang sudah aku buat dengan begitu rapinya tak satupun yang aku jalankan. Tak mengerti apa yang diri ini mau, bahkan pernah berangkat kerja hingga lupa jalan untung masih ada abu yang ngingetin.

Мααƒ ya tuan bila ceritaku ini membuyarkan mood yang lagi bahagia di hari ini. Sudah gak tau meski gimana, terlalu lelah dengan segala yang terjadi, terlalu sakit dengan segala luka yang aku rasakan. Kalaupun boleh memilih aku akan menjadi malaikat kecil pelindungmu atau menjadi bintang di langit saja, terlalu sakit di disini (hati) tapi kalau aku gak ada bagaimana dengan bapak dan ibu, mereka masih membutuhkan aku. Tugasku disini belum selesai dan saat ini aku hidup juga untuk mereka dan aku bisa bertahan karna bayangan dan kenanganmu.

Tuan mengapa orang-orang itu begitu kejam padaku, tak adakah secuil hati nurani untukku.... Kesalahan yang tak pernah aku tau, kehilafan kecil yang aku lakukan namun mengapa harus aku tanggung seumur hidupku padahal itu tak sepenuhnya aku yang salah.

Tuan bisakah kau beri aku sebuah pelukan, bisakah aku pinjam pundakmu sebentar untuk bersandar dan bisakah ku merasakan kehangatan genggaman tanganmu untuk saat ini. Ingin sekali lagi merasakan kedamaian, kedamaian hati seperti yang pernah aku rasakan waktu itu.


Suara hati 
Edelweis

05/06/14

Pulang Bersama Hujan

Jam pulang, kurang beberapa menit tapi hujan malah turun itu sesuatu banget deh apalagi di malam hari. Yang lain pada nunggu hujan sedikit reda lain halnya denganku yang langsung pulang, peralatan lengkap dari mantel, sendal bahkan kantong plastik juga ada ya buat jaga-jaga kalau mabok darat. Mana ada naik motor mabok, hahahaha.....

Mampir sebentar ke pom bensin sekedar menyenangkan abu yang sudah kedip-kedip minta di gelonggong pertamax gaya beneeeer.... Sepertinya pernah liat mas-mas penjaganya deh, nah kan mulai jelas saja pernah liat langganan bensin di situ. Oooh iya sambil ngelap keringat di kaca helm. Lagi asik-asik ngelihat hujan pikiran mulai bergerilya, kayaknya asik juga hujan-hujan nongkrong di pom bensin. Hujan gini enak di rumah ya mbak, weeeh masnya bisa baca pikiranku, karena aku enggak jawab dan sepertinya masnya tau aku enggak menyimak omongannya si mas-mas itu pun mengulang dan melihat dandananku yang masih rapi (tau darimana secara mengenakan mantel lagian kapan kamu bisa rapi Ell sampai teman-temanmu saja enggak yakin kerja kantoran, kan kerjanya ngawasi monitor sama pesawat telepon biar kagak berkeliaran) omongannya di jawab sendiri baru pulang kerja ya mbak, hanya aku jawab dengan anggukan. Iiiih masnya membuyarkan lamunanku tentang hujan deh.

Walau sudah pake mantel tapi celana terasa mulai basah, inilah kehebatan mantelku. Jalan yang biasanya ramai kendaraan berseliweran saat ini hanya terlihat segelintir yang melintas. Abu menggila, jalan yang dilewati air di terobosnya kali ini airnya lebih banyak ketimban pas hujan di siang hari, Teriak malam-malam mengendarai motor menerobos hujan melawan arus air apalagi dengan pencahayaan redup ditambah kaca helm hitam lebih seru lagi tu. Aah andai aku punya kamera tahan air yang mungil pengen foto di bawah derasnya hujan, melintas cahaya di langit buru-buru berdoa agar gak ada suara petir dan hayalanpun bubar...

Lanjut..., motor melaju dengan lambat bukan karena menikmati hujan tapi karena jalan yang menurun dengan air hujan yang cukup deras gila aja kalau kenceng, punya nyawa doble ya. Persiapan menerobos banjir tapi ternyata perkiraanku salah daerah yang biasanya banjir enggak terlihat genangan air disana, tapi ternyata banjirnya beralih sekarang di tikungan depan pasar, nahkan kena jebakan batman, untung saja abu refleknya bagus jadi langsung bisa mengontrol keadaan biar air tak masuk ke warung-warung yang jam segini masih buka agak panjang juga ni genangan air.

Tak seperti biasanya kali ini agak keder juga pas lewat di pinggir sungai takut airnya meluap, rumah-rumah sudah pada tutup rapat pula apalagi dengan suara gonggongan anjing terasa horor. Melihat 3 anjing yang berada di teras saling sahut menyahut, dalam bayanganku anjing menggonggong bersahut-sahutan kalau enggak melihat setan ya ada bahaya. Aduuuh, jadi merinding apalagi waktu mau melewati jembatan. Saking asiknya melihat dan konsentrasi dengan hayalan tentang suara anjing hingga tak menyadari di ujung jembatan ada genangan air yang sedikit cukup dalam, woooow.... lampu penerangan seakan tertutup dengan hujan hingga terasa gelap jelas saja kaca helm tertutup rapat.

Ginilah resiko rumah di bukit (biar sedikit elit ya), eeh bener rumahku ada di pucuk yo kalau lewat jalan setapak kaya manjat Borobudur kali, ini kan jalan utama hanya memutar untuk sampai rumah. Jalan mulai menanjak dan kali ini benar-benar melawan arus air. Air mengalir dari atas ke bawah itu sudah hukum alam. Benar-benar kali ini aku merasa hujan yang turun sedikit aneh terasa horornya, lebih syerem dari film nenek gayung.

Sampai rumah pamer sama ibu kalau celanaku basah eeh malah dijawab kenapa enggak nunggu disana dulu sampai hujan reda, tuh kan salah lagi.... Alasan aja disana sudah enggak ada orang sudah pada pulang padahal pengen hujan-hujanan. Dan sebagai penghujung segelas penuh teh (semoga penuh bukan karena ketetesan air hujan, uuups...) untuk menghangatkan badan sambil corat-coret walau listrik mati tetap lanjut lah nanggung tinggal dikit tapi akhirnya kalah juga dengan batre lepi yang tinggal 7% cari power bank lupa naronya dimana, emang bisa....? Ya bisa lah, lanjut besok pagi yaah sekarang tidur dengan penerangan senter dari applikasi di hp saja, lumayan daripada cuma ketap ketip kagak bisa tidur karena gelap :D

04/06/14

Tentang Satu Perasaan

Mengapa ya setiap tindakan yang akan aku lakukan rasa-rasanya selalu mempertimbangkan perasaannya, menjaga perasaannya agar jangan sampai marah ataupun kecewa, padahal........ :(

Awal-awal tak menyadari dengan kebiasaan aneh ini, namun akhir-akhir ini baruku sadari keanehan ini. Apasih sebenarnya yang terjadi hingga membuatku mampu mengkesampingkan dan meredam ego demi kalimat "dia marah ga....., boleh gak ya....."

Bagai sudah memiliki rambu-rambu yang paten tentang apa yang boleh dan mana yang enggak. Selalu saja mempertimbangkan dan berpikir tentang menjaga satu perasaan bila aku melakukan suatu tindakan yang tak disukainya, tak menginginkan ada kesedihan yang tersembunyi dalam dirinya.

Menjaga perasaannya dan tau batas atau rambu-rambu mana yang sekiranya boleh dan mana yang enggak agar dia tak marah atau kecewa padaku. Anehnya lagi selalu berusaha menjaga perasaannya walaupun jika aku ngapa-ngapainpun dia tak akan tau, tapi mengapa selalu ada pikiran itu..... Menjaga "kepercayaan" seakan menjadi tembok dalam menjaga amanat yang tak tertulis dan terucap oleh lisan.

Apakah ini hal konyol atau hal yang memang sudah sepantasnya dilakukan......?! Entahlah


suara Edelweis

m.u