29/10/14

apa sebenarnya

Apa sebenarnya yang aku mau ?
Hati ini gelisah, bergemuruh, mengaduh, hingga berteriak tentang satu rasa yang aku sendiri tak bisa menerjemahkan. Begitu sakitnya hingga ku terbiasa, jiwa ini sebenarnya rapuh dan akan berantakan bahkan mungkin saja melebur bersama abu lalu menghilang bila tersentuh.

Apa sebenarnya yang aku harapkan ?
Aku, sebuah pengharapan untuk bisa tersenyum. Merenda hari esok dengan semangat membara membuat mimpi-mimpi lalu bergerak untuk mewujudkannya satu persatu. Terlihat indah tapi sekarang aku sungguh tak mengenal diriku, tak mengerti dan tak tau apa yang aku mau. Begitu abu-abu hingga terkadang terlihat samar.

Apa sebenarnya yang aku cari ?
Bila keyakinan dalam diriku yang mulai menggoyah bagaimana bisa aku menentukan arah tujuan hidupku, di depan bagai tertutup kabut tebal hingga aku harus meraba dan memicingkan mata untuk bisa melihat meskipun yang terlihat hanya putih terkadang hingga membuat mata pedih. Aku terperangkap di dalamnya. Bagaimana aku bisa bertahan bila aku tak tau medan, semuanya terlihat sama.

Meski ada keyakinan kemana aku harus menuju. Mencari pegangan pada diri yang rapuh, mencoba mengerti tentang keyakinan yang menyemaikannya dalam hati. Itulah jiwaku, yang mengembara dan terperangkap dalam satu masa.

26/10/14

Minta Satu Pelukan Sama Tuhan

Terkadang perkataanmu yang sebenarnya biasa saja pun bisa begitu berarti dan berpengaruh kepada orang lain

Kemaren tepatnya hari jumat dini hari aku membuat nangis orang, dia bukan seorang wanita melainkan pria. Tapi kali ini dia menangis bukan karena sakit hati ataupun tersakiti. Awal cerita ketika hari kamis, mungkin karena banyaknya pikiran hingga aku susah tidur bayangin saja baru tidur jam 11 malam eeh jam 1 dini hari sudah kebangun dan mata tidak mau dipejamkan hingga matahari kembali meringkuk di sarangnya. Kebetulan pada hari itu aku juga di sibukkan dengan bbm ya walaupun hanya beberapa orang tapi semuanya menuntutku untuk bercerita, mungkin kamis kemaren menjadi hari tersibuk untuk jariku.

Kembali lagi, aku memang lagi diskusi sama pria ini ya tepatnya seh meminta pendapat dengan sedikit argumen dan perdebatan belum lagi ditambah dengan kata-katanya yang gak aku mengerti, emang dasarnya saja otak lagi karatan hingga tidak bisa berpikir cepat. Meskipun yang lain sudah pada berhenti karena pembahasan sudah selesai juga karena jaringan yang lemot juga karena sudah larut malam kali ya sehingga mereka lebih memilih memeluk mimpi ketimbang ngerumpi denganku. Aku juga sempat ketiduran juga tapi gara-gara kebangun dan melihat lampu hp berkedip-kedip jadilah melanjutkan obrolan yang belum selesai ya sebenarnya hanya tinggal si cowok ini doank seh.

Hingga pukul 3:00 alarm di hp ku berbunyi di tengah obrolan aku menyela "sebentar mas ingin ketemu Tuhan dulu, lanjutiun saja jawabnya" aku pun berlalu dan setelah selesai aku membaca tulisannya "salam buat Tuhan", nah dari sinilah cerita dramatis ini bermula "kata Tuhan di suruh datang sendiri Dia kangen katanya" jawabku asal. "Bener Tuhan kangen, yo besok tak sowan kesana" setelahnya obrolan pun berlanjut membahas inti permasalahan namun itu juga ga lama karena dia pamit mau rehat. Sementara aku masih ketap-ketip di dalam kamar memandangi langit-langit kamar hingga terkadang ada desir ketakutan ketika pandangan mengarah ke sudut jendela dan terlihat gelap suasana di luar dari horden yang tersingkap karena terkena tiupan kipas angin, serem juga seh apalagi dari sore tadi aku sudah mencium bau asap rokok sedangkan di rumah tidak ada yang ngerokok, sedikit kebiasaan kalau malam jumat sering tercium bau rokok kadang malah bau bunga kantil kalau kaya gini cerita sama ibu pasti cuma bilang ga apa-apa trus malah di takut-takuti iiih emang anakmu ini penakut asal jangan nampak saja seh, hahahaha....

***
Hari jumat masih sama, melanjutkan membahas permasalahan yang sama meskipun sudah agak sedikit menyimpang tapi dikit, namun kali ini bedanya aku berkali-kali ga paham apa yang dia ucapkan. Oh ya sama seperti kemaren aku pamitan buat bertemu dengan Tuhan dulu, karena jam sudah menunjukkan pukul 20.00 mata sudah sedikit ngantuk makanya sebelum ketiduran mending sholat isya dulu, padahal ada niat tirakatan berhubung ini malam 1 suro. Setengah perbincangan dia mengatakan kalau sementara obrolan sampai disini dulu karena dia lagi fly otaknya sudah berat
"Non Tuhan nanyain ga" tanyanya tiba-tiba. 
"Itu lho di tanyain terus sama Tuhan"
"Iya besok-besok tak sowan"
"Besok itu ga ada habisnya"
"Ini sudah lama ga bisa kontrol" 
"Lha dirimu menikmati kok, lawan dari dalam. Coba minta 1 pelukan hangat dari Tuhan mas"
"Susah masih banyak yang ngajak. kalau obat bisa berhenti"

Berhenti juga karena sudah pernah sampai sekarat di ambang maut kalau enggak mungkin masih kali ya sampai sekarang.

"Semala kamu punya tameng gampang saja. Kalau mau maksiat ingat saja ibu"
"Tau sendiri aku sudah lama enggak berkomunikasi dengan Tuhan. Jangan sebut ibu"
"Kamu di dekati saja malah lari. Itu mujarap buat penangkal"
"Gak aah Dia yang menjauh"
"Kamu yooo"
"Nangis ini aku kalau nyebut ibu"
"Coba pejamkan matamu dan sebut namaNya pasti hatimu sedikit damai, hahahahha...., makanya jangan durhaka nanti kalau di balas anakmu gimana..."
"Ampun nonnnnn.... Aku sudah terlampau tinggi, up normal otakku"
"Di stop. Cukup ga perlu nambah. menepilah dan berbincanglah dengan hati, itu cukup membantu"
"Butuh orang yang bisa mengontrol. Aku sudah tidak punya teman yang bisa ngontrol aku"
"Coba berdiri di depan kaca, orang yang kamu lihatlah yang bisa ngontrol bukan yang lain"
"Iya, jangan buat aku menangis nonnn. Ampun nonnn....sedih aku"
"Puuk puuk puuk kamu bisa mas asal mau. Menangis juga tak mengapa biar lega"

Lama enggak ada balasan ternyata dia pergi ke suatu tempat.

"Sampai ga bisa ngomong aku. Jika diibaratkan main catur skak mat. Sumpah non yang bisa buat aku menangis cuma kamu, kakak perempuanku sama ibuku. Aku sudah sowan. Sampai habis air mataku (kaya judul lagu saja ya)
"Hu um, percaya. Gimana sudah tenang sekarang, Tuhan tersenyum kan kamu datang, enggak marah"
"Selalu dibalas dengan senyum. Sangat sangat hangat dan welcome"
"Ya sudah silahkan curhat saja semuanya Tuhan akan sabar mendengarkan. Gak bakal cerita juga dengan yang lain malah dikasih bonus pelukan"
"Gak bisa curhat hanya nyender saja di pundak"
"Ya itu juga boleh"
"Dibawah pengaruh alkohol saja masih diterima. Sampai aku di buntuti temenku tadi.
"Hahahahaha...."

Membayangkannya saja sudah membuatku tertawa coba bayangkan juga, cowok yang lagi fly sibuk dengan hp-nya tiba-tiba nangis di keramaian lalu dengan agak kesusahan berdiri sedikit sempoyongan berjalan menemui ke rumah Bundanya untuk meminta pelukan, teman-temannya yang keheranan melihat dia pergi memanggil-manggil namun tak dihiraukannya. Terus saja berjalan, selama perjalanan mata masih berlinang-linang bagai anak sungai habis hujan sedikit terisak dan ingus yang tak mau kalah derasnya. Hahahahha.... tak terbayangkan bagaimana kacaunya dia dan juga muka teman-temannya yang terheran-heran sedikit hawatir hingga membuntutinya pergi, membayangkan saja sudah bikin ketawa apalagi melihat sendiri dia pergi ga bilang sambil mewek pula.
"Gara kata-katamu, Coba minta 1 peluk sama Tuhan, beneran aku bisa nangis lebih dari satu jam"
"Ya dihabisin sekalian biar puas. Mungkin dengan tangis itu racun-racun dalam tubuh ikut keluar"
Musuh utama manusia adalah dirinya sendiri ga perlu menyalahkan oranglain atau mencari kamping hitam tapi langsung saja berperanglah dengan dirimu sendiri. Kamu mau bangkit dan membutuhkan teman berkacalah bayangan itu yang akan membantumu, kamu berbuat jahat berkacalah salahkan bayangan itu, kamu berbuat baik berkacalah tersenyumlah dengan bayangan itu. sudah itu saja pesanku.
"Tadi aku disambut ibu-ibu pas di goa Maria.... manggil aku le (sebutan untuk anak laki-laki di Jawa) seperti anak sendiri. Malah ibu itu bertanya dari pulang kerja kenapa langsung ke Goa Maria"
"Ya ibu-ibu kaya gitu apalagi di desa, kamu cerita saja didengerin, minta 1 cerita dari mereka juga akan diberikan"
"Bisa balas budi ga ya non sama ibuku ?"
"Bisa, meski hanya kecil"
"Ga bakalan impas ya..."
"Cukup kamu sehat, sukses dan perhatian sama beliau itu sudah lebih-lebih. Ibu melahirkan bertaruh nyawa, belum merawatnya. Saat yang lain tidur ibu banguntengah malam nenangin bayinya yang menangis, ganti popok, buatin susu apalagi saat sakit ga tidur jagain terus"
Ibu kerja dari pagi, siang, malam ga ada habisnya. Kalau bapak kan hanya dari pagi sampai malam saja kan, saat bapak sudah tidur ibu masih beres-beres, nidurin anak, jahit sedangkan di pagi hari bapak masih enak tidur ibu sudah bangun nyiapin sarapan, bersih-bersih rumah, ngurus anak sekolah"
"Padahal kemaren pas kebanjiran order badanku rasanya seperti remuk...,lalu aku minta tolong ibu untuk mengoleskan minyak kayu putih badanku langsung enak. Butuh sentuhan ibu ternyata"
"Tangan ibu hangat. Sebentar mas gantian mau curhat sama Tuhan dulu"
"Bilangke aku sudah sowan ya"
"Gak perlu bilang Tuhan sudah tau, bahkan sebelum datangpun Tuhan sudah tau kamu mau kesana"

Teruslah berusaha hingga kau menemukan apa sebenarnya yang kau cari dan yang bisa menjadi pegangan hidupmu, tak perlu menjadi sempurna ataupun menjadi seperti malaikat cukup berusahalah selalu berbuat baik dan sebisa mungkin jangan menyakiti orang lain. Ayo kita sama-sama berjuang untuk lebih mengenal diri kita yang sebenarnya.

Aku masih ingat ketika kau mengatakan "kamu bisa mumet juga to non, kirain ga bisa" dan ketika aku mengatakan "lagi berusaha berperang dengan diri sendiri..." dan waktu itu kamu bilang jika melawan diri sendiri itu bukan hal yang mudah namun itu harus aku lakukan untuk menekan egoku, karena tak selamanya skenarioku digunakan oleh Tuhan seperti saat itu. Banyak rencana Tuhan yang lebih indah namun sebelum hadiah indah itu kita dapat sudah sepantasnya kita memenangkan riword dari setiap permaian yang sudah di tentukan oleh Tuhan jadi tetaplah semangat ya. Kamu bisa dan Tuhan akan selalu memberikan pelukan hangat dan tidak akan pernah meninggalkan kita barang sedetikpun, tersenyumlah untuk Tuhan, Berkaryalah untuk Tuhan dan tau kah banyak hal yang bisa di syukuri atas nikmat yang sudah diberikannya karena setiap ujian yang diberikan sebenarnya bukan emmbuat kita lemah namun untuk mempersiapkan kita menjadi tangguh dan di setiap kesulitan selalu ada makna yang terselip asal kita bisa jeli melihatnya.



Memory perubahan dari seorang teman.
ingatlah ini suatu hari nanti :)

19/10/14

Kangen Mas Pupu




Sekarang aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, aku mendekatpun dia malah beranjak pergi ataupun sembunyi bahkan terkadang lebih memilih untuk pura-pura tak melihat meskipun kita sudah bertatapan meskipun kucoba yang lebih dulu mengawali menyapa dan senyum kepadanya namun dia memilih untuk diam dan mengalihkan pandangannya.

Dia sudah besar sekarang, sudah bisa menentukan sikap maunya apa dan bagaimana. Ya dia sudah pergi dan sepertinya tak mau lagi mengenal kami di sini, dan kami menghargai keputusannya karena meskipun di paksa dia tak akan mau kemari lagi. Sejak puasa kemaren Putra sudah tak mau lagi main ke rumah bahkan selalu menjauh dan mengelak untuk tidak berpapasan dengan kami. Entah ada apa gerangan yang membuatnya berubah begitu dengan cepat, mungkin ada kata-kata diantara kami yang menyinggung perasaannya yang sensitif. Dia memang masih kecil namun pemikirannya jauh lebih dewasa dari umurnya.

Keluargaku mengenalnya ketika dia masih bayi, waktu itu keluarganya yang menjadi tetangga baru yang kebetulan tinggal di depan rumahku, kesibukan ibunya yang mesti mengurusi tukang-tukang yang mengerjakan rumahnya inilah yang sering membuat ibu membawanya ke rumah, kebetulan juga setelah Dila yang juga masih anak tetangga sudah besar dan orang tuanya pindah tidak ada lagi anak kecil yang menyita perhatian dan bisa dipinjam untuk diajak main ke rumah.

Sejak kecil Putra sudah terbiasa di rumah bahkan tak jarang ia tak mau pulang, memilih untuk tidur di rumahku bahkan untuk bisa tidur disini ia sering beralasan menunggu Ayahnya pulang jualan (ayahnya kalau pagi jadi dosen sedangkan sore memantau anak buahnya yang berjualan sepatu) itu juga kalau sudah tidur dan di bopong pulang selalu pakai acara nangis. Kami mengasihinya seperti keluarga sendiri, pakaian, susu, jajan bahkan hingga mainan banyak di rumah. Sampai-sampai sering ada tamu yang salah sangka jika dia cucu di rumah ini. Kalau weekend selalu diajak jalan-jalan meskipun hanya ke toko buku, putar-putar kota ataupun hanya membeli cemilan bahkan belanja bulanan ia sudah menyukainya bahkan menikmatinya dan dia tidak pernah rewel minta ini itu.

Aku ingat jika dia sudah di janjiin untuk pergi pas harinya tiba bakalan di tagih dan tak menerima alasan apapun, aku sering berdalih belum bayaran dan seperti orang dewasa Putra akan bilang "nanti Putra beli pake uang Putra yang diberi pak dhe, uangku kan banyak nanti tak belike jajan wes" hahahahaha.... menggemaskan. Kalau enggak dia akan bilang "hutang Li bayarnya nanti kalau Ti sudah gajian". banyak celotehnya yang tak disangka-sangka, bahkan jika diantara kami ada yang sakit Putra begitu perhatian bertanya ini itu sampai tau lho kebiasaan dan kesukaan kita semua.

Yang aku ingat ketika sudah bergulat dengannya dia tak pernah aku perlakukan seperti anak kecil, gak mau mengalah dan menjatuhkannya ataupun saling tindih adalah hal biasa, sering jika sore tiba berburu sanres bareng aku menggunakan kamera poket dia menggunakan kamera hp dan lup untuk memperjelas (ini dia belajar dariku setelah melihat hasilnya) selalu menyukai acara misteri, antusias bercerita yang dia dengar ataupun dia alami, bertanya hal yang dia lihat adalah sudah menjadi kebiasaan hingga mendapatkan jawaban yang diterima nalar dan ngeyelnya itu lho (bukan aku yang nularin ya) selalu ada saja jawaban untuk ngeless. Kadang bikin jengkel tapi seringnya bikin kangen. Kini hanya tinggal kenangan-kenangan yang bisa aku ingat lewat barang-barangnya yang masih ada disini, foto maupun video tentang keceriaannya yang menghidupkan rumah ini. Miss you mas pupu, Jadilah anak yang pandai, melindungi ibu dan kakak perempuanmu dan sekolah  hingga tinggi biar kaya ayah ya hingga S3 jadi kebanggaan keluarga. Kami menyayangimu dari jauh.


Artikel yang lain:

15/10/14

Kuberanikan Menyapamu

Baru awal bulan aku memutuskan untuk melangkah pergi namun belum juga bulan berganti kaki-ku sudah mulai berulah tak mau melanjutkan langkah. Kalut, dari pagi rasanya sudah gak karuan mungkin masih terpengaruh kemaren habis kena semprot bos, mungkin juga karena lagi ada pikiran tapi bisa jadi juga karena keduanya. Menjelang sore tiba-tiba merasakan nyesek, "sakitnya tuh disini..." perih bagai teriris dan semakin lama semakin nyesek semakin menjadi, rasanya ingin nangis (dasarnya saja cengeng).

Untung ada sapaan dari mas Momu yang habis ngarung. Ijin nyender sebentar di punggungnya karena kali ini aku ingin cerita sama dia, baru kali ini aku bisa terbuka sama orang, aku bilang kalau aku terkena jebakan nyaman, sedikit cerita untuk memudahkan dia mendefinisikan apa yang aku maksud dan dia menyuruhku untuk menemuinya biar plong tapi bagaimana bisa sedangkan jarak begitu jauh dan apa mungkin juga orangtuaku mengijinkan..., ok dia menerima alasanku lalu mas Momu mengusulkan untuk meneleponnya. Jujur aku enggak berani, sebenarnya ingin namun aku benar-benar enggak berani.

Dari perkataannya aku memiliki sedikit keberanian yang mendorong untuk mengirimkan pesan di YM (yahoo massanger), sedikit kesulitan karena aku lupa password ya harap maklum sudah lama tidak aktif disini, namun itu tak lama, dan ketika list terlihat yang langsung aku cari namanya yang selalu berada di urutan teratas dan ketika aku melihat fotonya, seketika gemuruh di dada yang dari tadi serasa ingin meledak seketika lumer dan kembali tenang. Inikah jawaban dari semua kegelisahan itu, bukan yang lain.

Aku mainkan tombol-tombol abjad di keyboard, aku hanya mampu menuliskan dua kalimat dan setelah itu rasanya bener-bener plong hilang sudah semua ganjalan, hanya menyisakan harapan-harapan untuk mendapat balasan darimu terlebih lagi kau menyapaku, kau datang kembali kepadaku.

Sepertinya aku sudah terbius rasa nyaman yang kau suguhkan hingga ku tak bisa beranjak meninggalkanmu, lebih memilih hidup bersama bayangmu ketimbang dunia yang menjanjikan sejuta kebahagiaan. Aku hanya inginkan dia, aku ingin bercerita tentang segala hal yang telah ia lewati. 
Bisakah ini menjadi nyata, kau datang untukku selamanya. Semoga Tuhan berbaik hati memberiku kado yang sangat istimewa.

12/10/14

Terima Kasih Untuk Sayap-Sayap Kecilmu

Ketika ingin memutuskan untuk berhenti sejenak memilih untuk memenjarakan aksara-aksara yang tak pernah ada habisnya bermain di pikiranku namun juga tak pernah memberikan ending cerita disetiap episodenya. Berada di dasar lautan yang terdalam bersama gelap yang terlihat meskipun kelopak mata ini sudah terbuka maksimal, napas pun perlahan mulai tersengal hingga membuat pandangan kabur inilah yang perlahan menyadarkan otakku memberi respon untuk bergerak.

Setelah memilih memberi ruang untuk menata hati yang sudah seperti benang kusut yang tak berbentuk. Kini babak baru dimulai, ketika aku memiliki keberanian untuk mengiklaskan, ketika aku sudah bisa meninggalkan tempat untuk menunggumu kembali, disaat aku sudah bisa merelakan dan mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan yang selama ini aku genggam erat hingga tercecer dimana-mana ke dalam kotak pandora perlahan hati ini sedikit tenang.

Memang benar mengiklaskan itu sulit apalagi ketika aku benar-benar sudah bernafas untuknya sungguh teramat sangat sulit melepasnya apalagi ketika tak ada satu orangpun berada disisiku benar-benar setengah mati rasanya. Namun kembali mengenali dirisendiri, mengandalkan dirisendiri dan berkaca dari dirisendiri inilah yang membuatku bangkit hingga perlahan aku bisa mengiklaskannya pergi. Biarkan sayap-sayap yang aku pinjam itu kembali kepada pemilik yang sesungguhnya tiada guna juga aku memaksakan terbang dengan sayap yang bukan milikku sendiri, sayap yang tak sesuai ukuranku akan merusak sayap indah itu dan akan melukai diriku juga. Aku percaya suatu saat sayap-sayapku akan datang dan mengenaliku sebagai pemilik yang sesungguhnya.

Terucap maaf untuk luka yang telah aku buat untukmu, teruntuk semua hal tentangmu yang tak bisa aku pahami dan terima kasih untuk segala waktu, perhatian, kasih sayang dan segala kenangan yang sungguh sangat mengesankan disetiap detik kebersamaan kita.

Maaf bila aku ingkar untuk menunggumu kembali, karena lelah ini tak bisa aku ajak kompromi selalu merajuk dan membujuk kakiku untuk melangkah pergi. Terima kasih untuk cinta yang luar biasa, izinkan aku untuk membuka hatiku untuk yang lain. Aku akan selalu mendoakanmu mendapat yang lebih baik dariku begitu juga aku, berikan sepenggal doamu untukku memulai. Aku tak tau siapa berjodoh dengan siapa namun biarlah aku kali ini berjuang untuk yang lain.

Cinta tak pernah salah,
cinta selalu indah untuk dikenang
dan cinta akan selalu menjadi tokoh utama dalam setiap perjalanan hidup anak cucu adam.