08/08/15

Perkenalan

Bertemu dengan orang baru, bicara basa basi untuk mencari ritme pembicaraan yang pas. Ketika sudah menemukan nada yang cocok pembicaraan pun semakin mengasyikkan namun ketika tidak menemukan ritme yang sesuai maka akan terhentilah semuanya sampai disana.

Saling mengenal kepribadian satu sama lain, membuka diri tentang apa yang disuka ataupun yang tidak. Perlahan mengendorkan simpul yang terikat mati, namun pembicaraan yang itu ituu saja terlihat monoton dan membosankan. Mungkin ini hanya terjadi padaku, dan jika hal tersebut mulai terjadi maka simpul yang tadinya mulai kendur pun kembali terikat kuat.

Sangat tak mudah menyelami hati orang lain namun bagi orang sepertiku yang lebih individual dan selalu penasaran dengan hal yang menggelitik pikiran dan lebih suka berfikir tak begitu menyukai hal yang teramat simpel karena itu membuat otakku tak berpikir, teramat sangat membosankan. Aku lebih suka diskusi, membahas sesuatu yang mengarah ke perbedaan untuk mencari titik temu dari kesimpulan perbincangan yang sudh terjadi.

Aku orang yang berpikir beberapa langkah di depan dengan mempertimbangkan plus minusnya. Karena otakku sepertinya dirancang begitu.

07/08/15

awanku berubah

Melihat kapas putih di langit biru kenapa sekarang berbeda ya....????

Jika dulu awan putih terlihat indah dan membentuk berbagai macam imajinasi lucu seperti kepala mickey, berbagai makanan, atau bentuk binatang hingga tak pernah bosan mendongak ke atas untuk menikmati dan mengira-ngira bentuk apa yang dibentuk  awan sebelum tertiup angin. Bahkan tak jarang di manapun tempat mencari gumpalan putih yang membentuk kepala mickey di langit.

Tapi sekarang berbeda melihat awan ga lagi terlihat lucu, yang membentuk seribu imajinasi berbeda dalam pikiran setiap orang. Sekarang melihat awan gambar yang muncul seperti penampakan-penampakan makluk yang menyeramkan seperti kepala naga, kepala raksasa bertaring, perpaduan dua binatang, makanya sekarang jarang menikmati gumpalan awan yang berhembus beriringan mengikuti arah angin, jika melihatpun tak menghabiskan waktu lama seperti biasanya. (07/07)

Cemilan oh Cemilan


Satu kebiasaan buruk, menimbun cemilan. Entah karena aku doyan ngemil atau karena kebiasaan dari kecil yang selalu di sediakan cemilan, tapi mungkin juga suka ngemil karena terbiasa dari kecil. Ya dulu namanya juga anak kecil setiap bangun tidur yang dicari ibunya sementara namanya ibu pagi adalah jam sibuk untuk menyiapkan sarapan jika di ributi kapan makanan bisa tersaji di meja makan sementara bapak jam 07.00 teng sudah berangkat. Bayangkan bagaimana ribetnya ditambah anak kecil ga cuma satu. Ada hubungannya ga seh... ya sebenarnya cemilan ada untuk mensiasati agar anak-anaknya diam dan agar mau doyan makan saja seh awalnya tapi karena sudah menjadi kebiasaan makanya sampai sekarang selalu ada cemilan di rumah meskipun seringnya roti kering.

Namun sekarang sudah banyak warung jadi bisa menimbun sendiri makanan yang disuka. Sambil nonton tv atau mendengarkan mp3 tau corat coret bahkan bbm an tak henti mengunyah. Kebiasaan buruk yang dipeliha namun menyenangkan. Cemilan rasa strawberry dan keju andalan. Hehehehe.... (05/07)

Barisan Semut


Sore itu ketika kembali ke kamar untuk bersih-bersih tiba-tiba saja melihat barisan semut yang sangat banyak sudah membuat jalannya hingga ke dinding kamar dan setelah di telusuri ternyata si semut masih berpesta makanan ringan yang belum habis aku makan. Pikirku karena jajan rasanya gurih cenderung asin dan penutupnya sudah rapat pastinya aman sehingga hanya aku taruh di lantai begitu saja. Ketika aku angkat kaleng di bagian atas diantara tutupnya sudah penuh dengan semut. Aku perhatikan hingga kepikiran "paling isinya aman, tidak bisa masuk" namun ketika tutupnya aku buka di dalamnya sudah penuh semut.

Dan beberapa saat setelah melihat kejadian itu, ada hal yang bisa aku tangkap dan bisa dijadikan renungan ataupun di jadikan contoh.
* Dimanapun berada semut bisa menemukan makanannya. Yang artinya dimanapun kita berada tak perlu hawatir kelaparan karena selama kita mau berusaha niscaya akan menemukan cara agar bisa makan untuk bertahan hidup. Selama ada kemauan dan tekat kuat dimanapun makanan (rezeki) itu akan luluh dan bisa kita dapat.
* Meskipun sudah tertutup rapat namun semut masih bisa menerobos masuk. Ketika kita merasa sudah tak bisa lagi berpikir untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan maka saatnya menggunakan pikiran untuk membuat celah meskipun itu hanya kecil namun dari sanalah akan menemukan pencerahan. Dari hal kecil kita akan meraih sukses.
* Tak pernah mengenal kata menyerah, ketika sudah di usir dengan mengusik apa yang dikerumuninya atau dengan mengetuk-ngetuk bahkan meniup agar gerombolan semut-semut itu cepat pergi namun semut akan berusaha kekeh untuk berada disana hingga merasa tak sanggup bahkan terkadang rela mengorbankan nyawanya untuk secuil rempah-rempah yang didapatnya untuk makan koloni juga ratunya, kalaupun pergi akan membawa rempah-rempah seberapapun dia bisa dapatkan. Selalu mencari dan menjaga apa yang sudah di dapat dengan sebaik-baiknya.
* Mencari makan untuk ratunya. Sementara kita berjuang untuk orang-orang yang kita sayangi selain untuk diri sendiri tentunya.
* Ketika mendapatkan sumber makanan akan memberi tahu temannya yang lain. Sebaiknya kita ga pelit berbagi kebisaan ataupun berbagi rejeki kepada orang-orang di sekitar kita.
* Ketika mendapat rempah-rempah yang cukup besar melebihi badannya mereka akan tetap berusaha dengan menggelendingkan atau bekerja sama mengangkatnya dengan teman yang lain. Pekerjaan akan terasa lebih ringan dan lebih menyenangkan jika dikerjakan bersama-sama.
* Saat berjalan dan berpapasan dengan temannya mereka akan saling menyapa. Tentunya dengan bahasa dan cara semut, kita pun juga begitu jika lewat ada orang lagi duduk-duduk minta permisi, menanyakan kabar atau sekedar say hello kepada orang yang dikenal.
* Semut tak pernah lelah mencari makanan dan menimbunnya. meskipun persediaan makanan di sarangnya sudah banyak tetap mencari persediaan makanan untuk kelompoknya.
* Ketika jalan yang mereka lewati di hadang maka mereka akan mencari jalan lain dan menandai dengan baunya agar teman-teman yang lain tahu jalan yang aman dilalui. Jika sudah tak bisa lewat maka mereka akan mencari sumber makanan lain, ini sama saja mereka ga mau mengambil resiko membahayakan teman-temannya yang lain.

Tak ada salahnya bukan untuk belajar dari semut, makluk dengan ukuran kecil yang memiliki solidaritas tinggi, tak kenal menyerah dan putus asa, berjuang untuk kelompoknya. Masih mau mengeluh dan bermalas-malasan....., ga malu dengan semut ell. bagai toyoran di jidat dan membentur tembok... sedikit keliyengan dah. (04/07)

buah ciplukan


Waktu kecil sering banget mencari buah yang satu ini. Ciplukan. Berhubung dulu di kampungku masih banyak kebun, tanah kosong yang dibiarkan oleh pemiliknya hingga banyak ditumbuhi rumput juga tanaman liar yang kadang kita juga ga tau namanya. Dan ciplukan menjadi salah satu tanaman yang tumbuh dengan subur.

Ciplukan, buahnya kecil yang terlindungi oleh kulit yang elastis dan menggembung dengan lubang kecil di pucuknya. Buah ciplukan jika masih muda berwarna hijau namun jika sudah masak warnanya kuning. Bentuknya kecil ya kurang lebih sebesar kacang atum dan rasanya enak, ada manis, sedikit asem pokoknya enak deh. Ada keunikan tersendiri dengan buah ciplukan ini, ketika ingin memakannya kita biasanya memecahkan kulitnya dengan meniup kulitnya terlebih dulu agar ga ada yang gopeng karena tergencet jari ketika memetiknya lalu menekan ciplukan ke dahi atau telapak tangan yang akan mendapat bunyi seperti balon pecah namun ini hanya pelan saja.

Namun di jaman sekarang buah ciplukan sepertinya sudah langka, bahkan mungkin juga sudah punah karena setelah dewasa aku belum pernah sekalipun menjumpainya. Masa kecil yang penuh kenangan, banyak cerita indah yang pernah dilewati bersama teman-teman sebaya. Kebahagiaan yang sederhana dan tak mungkin kita dapat di jaman yang serba canggih ini.

Mercon Busi


Ada yang tau ga dengan gambar ini....???!

Mungkin yang lahir di tahun 70-80an kenal dengan benda yang satu ini. Berasa tua banget ya jika melirik ke arah kalender yang sekarang depannya terpampang angka 20xx

Yang mengalami masa-masa itu berbanggalah, permainan sederhana hasil dari kreatifitas anak kecil meskipun terkadang bisa dibilang membahayakan. Petasan busi, petasan yang satu ini lain dari pada yang biasanya untuk membuatnya hanya dibutuhkan busi motor yang sudah ga kepake lalu salah satu ujungnya di kasih rafia ini agar petasan bisa sedikit bermanufer ketika dimainkan dan bubuk mesiu (benar ga ya namanya, hehehhe...)

Untuk memainkannya juga mudah, busi yang sudah diisi bubuk mesiu dilempar ke atas sifat busi yang berat akan segera jatuh dan disinilah peran rafia agar busi tidak meluncur dengan cepatnya ke tanah, lalu tunggu hingga menyentuh tanah untuk berbunyi. Dooooor... suaranya mantep dah bisa bikin kaget malah kadang sampai bikin tetangga keluar dan marah-marah karena kebisingannya memekakkan telinga.

Tapi hati-hati ya dalam memainkan jangan sampai lemparan busi mendarat di kepala sendiri. Untuk menghindari jangan melempar lurus ke atas tapi sedikit condong kalau ga setelah melempar lari menghindari pendaratan juga agar tidak kaget sendiri dengan bunyinya yang keras, lebih amannya bila dimainkan di tanah lapang biar kagak kena genting tetangga. (13/03)

06/08/15

semu yang terlihat nyata

A ; kamu yakin sayang dengan pria itu
B ; (terdiam sesaat) entah lah... aku juga ga tau apa aku benar-benar menyukainya
A ; bagaimana seh kamu, sudah jalan bareng, sering menghabiskan waktu bersama, kalau bbm an sampai berjam-jam tapi belum paham juga dengan perasaan sendiri
B ; ya memang gitu kenyataannya, gimana donk....??!
A ; kamu tu memang aneh. Kalau aku perhatikan kamu sebenarnya tidak mencintainya, yang kau rasakan hanya perasaan sesaat ketika kau sendirian dan menemukan seseorang di tengah keterasingan.
B ; maksudnya....
A ; begini. Dikala kamu tersadar setelah beberapa waktu sibuk dengan duniamu sendiri dan menyadari sudah tidak ada orang di sampingmu lantas dalam sepi kau mencari-cari seseorang dan kebetulan dia melintas di depanmu. Mungkin saja dia tersesat ketika mencari rumahnya atau hanya sekedar jalan-jalan lalu ketika dia menyapa dalam hati masing-masing mulai timbul ketertarikan. Entah ini siapa yang mulai dan selebihnya kalian mulai dekat dan dekat.
Ketika dia sadar bahwa ia harus segera pulang, kau mulai gelisah ingin menahannya namun juga kasihan bila ia kemalaman di jalan.
B ; mungkin juga seperti itu. Jika dia hanya bertamu lalu apa aku punya hak untuk menahannya pergi...
A ; nah itu yang membuat aku salut. Kamu ga pernah memaksakan orang lain untuk menurutimu. Bahkan kau lebih memilih untuk memendam semuanya sendiri walaupun dengan resiko akan sakit.
A ; bisakah kau sekali-kali tegas, katakan tidak bila nantinya akan menyakiti dan menyusahkanmu. Jangan semua yang datang kau persilahkan masuk, jangan yang mengiba kau kasihani bahkan suka rela menawarkan diri membantu meskipun ia tak membutuhkan pertolongan. Sudah tau dimanfaatkan tapi masih saja baik.
B ; (tersenyum dan menghela napas panjang) lalu apa kesimpulannya. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya....???
A ; kamu sudah tau apa yang harus kamu perbuat. Bahkan aku yakin kamu sudah tau sebelum mereka melakukan itu dan akibat yang ditimbulkannya padamu, jadi belajarlah untuk mengelak. katakan 'tidak' bila itu memang tak baik.
Dan satu lagi aku yakin bahwa kamu ga sungguh-sungguh menyayanginya, kamu hanya butuh teman yang bisa mengeksplor apa yang kamu ingin lakukan.
B ; iya kamu benar. Kenapa aku tak pernah bisa menyembunyikan apa pun darimu. Apa pun yang aku lakukan, yang menjadi inginku bahkan kau tau apa yang aku rasakan.
A ; sampai kapan pun kamu ga akan bisa menyembunyikan apa pun dariku. Karen aku adalah detak dari semua pemikiranmu (hati kecilku) (22/06)

Tempat Menyepi yang Aman

Secara tak terduga ataupun direncana sebelumnya, di bulan februari awal aku datang ke kelenteng Sam po kong setelah sekian lama tak datang kesini. Aneh juga jika dipikir-pikir awal cerita pergi ke kelenteng sam po kong hanya ingin main, seperti ada desakan untuk ke tempat ini dan setelah beberapa kali gagal akhirnya hari itu sampai juga datang kesana, sendirian pastinya.


Bulan februari tahun ini sepertinya menjadi bulan terberatku, rasa kehilangan, cemburu, uring-uringan sekaligus galau juga dilema menjadi satu. Datang kesana untuk mencari ketenangan, ga tau juga kenapa memilih kelenteng sampokong yang aku pikir hanya di tempat ini yang tiket masuknya murah dan aman dibanding aku kongko di pinggir jalan atau tempat lain yang belum tentu nyaman. Ketika kaki melangkah masuk kedalam area kelenteng rasanya adem.

Di sana aku hanya duduk di bangku merah yang ada di bawah pohon sambil mendengarkan musik mp3 dan mencoba menjabarkan pekat dalam otak dalam barisan aksara. Meskipun banyak orang yang mondar mandir namun tak pernah sekalipun aku terusik dengan kehadiran mereka. Sepertinya aku sudah punya dunia sendiri hingga tak mempedulikan mereka. Sekedar duduk-duduk dibangku panjang warna merah itu sudah cukup membuat pikiranku yang kalut perlahan mengendur... mengendur hingga yang aku rasakan teduh dan nyaman. Aku menyukai tenpat ini.

Entah sudah berapa kali aku datang ke tempat ini di tahun ini, bahkaa tak jarang tiap hari bisa aku datang ke tempat ini ketika pikiran lagi kacau dan ada waktu luang. Di tempat ini benar-benar aku mendapatkan ketenangan sepenuhnya, selama aku berada dalam dilema akut yang aku sendiri pun tak mengerti jalan pikiran dan apa yang menjadi permasalahan hingga membuat aku kacau. Ketika bersih-bersih tas tanpa disengaja mendapatkan lembaran karcis yang tersimpan di salah saku kecil, memang ada beberapa karcis yang masih tersimpan dan banyak juga yang sudah terbuang.

Seperti candu, terbiasa menyepi di tempat ini ketika sedang puyeng, menenangkan diri atau bisa dibilang ngademin pikiran. Bersantai, mencari inspirasi lalu corat coret menuangkan apa yang menjadi pikiran dalam sebuah tulisan. Air mineral dan jajan, biasanya seh beng-beng namun seiring waktu jajan yang aku bawa berfariasi.

Kali ini pulang kerja mumpung masuk pagi, sebelum pulang menyepi dahulu di kelenteng sampokong. Berhubung pengen cilok, mampirlah ke penjual cilok dan meluncur ke kelenteng sampokong.  Duduk di bangku baris pertama, mengeluarkan bekal, bolpoin dan kertas meneruskan coretan di kantor yang belum selesai, sambil menikmati cilok, air mineral dan tak lupa aerphone di telinga. Oh ya ada juga biskuit yang aku bawa dari rumah. Kebiasaan buruk menyetok makanan dirumah yang tak jarang aku gunakan untuk bekal untuk dimakan di kantor, di sela-sela pekerjaan.

Dan tadi siang menjelang sore aku kesana lagi, kali ini bekal beda lagi yaitu onde-onde mungil yang aku beli ketika mampir di toko buku sebelum ke kelenteng sampokong. Coretan, jajan, dan mp3 lengkap bukan..., tapi sayangnya kali ini aku gagal menyepi. Bukan karena tempatnya ramai ( memang hari ini lebih rame dari hari biasanya pas aku kesana) namun otakku masih jalan-jalan ke banyak tempat, entah rumah siapa saja yang di datanginya sampai-sampai membuat kepalaku nyut-nyutan. Aku tak mampu menerjemahkan pikiranku dalam bait kalimat, kata yang sudah terteta rapi, alur yang sudah tersusan semuanya berantakan terombang-ambing oleh angin yang datang.
Baru kali ini sampokong tak memberiku kenyamanan pikiran.

Sedari awal hanya ngemil sambil dengerin mp3, tak ada coretan yang bisa aku buat. Tak sampai menunggu senja menyingsing kembali keperaduan, mendung yang membuat jingga enggan menunjukkan kecantikannya senja terbuai hangat peluk awan yang berwarna abu-abu. Rasa-rasanya ada orang yang mendekat dan berdiri di belakangku..., ini terjadi beberapa kali. Sedikit horror ya, hiiiiii.... malas aaah, kalau sudah begini pilih kabur dah, pulang adalah pilihan terakhir dan aku pun beranjak meninggalkan bangku merah namun ingat jangan pergi meninggalkan sampah, buang sampah pada tempatnya. Bukannya takut tapi rasanya belum siap dengan hal-hal seperti ini, ya aku tau jika sosok yang mendekatiku itu baik beliau menyapa sekedar berbincang denganku, hanya ingin menemani saja tak mengganggu, akan tetapi manggil-manggil seperti waktu itu sampai dibuat bingung hilang konsentrasiku. Makanya milih pulang saja lagian juga sudah sore, kebetulan tadi belum pamitan jika pulang kerja mampir 'menyepi' di kelenteng sampokong.

Sudah beberapa kali aku mengalami hal seperti ini, pada hal di awal-awal kesini ga ada firasat ataupun yang tampak aneh, cuma akhir-akhir ini saja aku di bayang-bayangi oleh sosok yang suka muncul di belakangku. Aku menangkap sosok seorang pria dewasa yang gagah dan tampan, kadang manggil-manggil tapi kemunculannya yang tiba-tiba sering membuat kaget. Pernah dalam perjalanan pulang aku bertanya dengan diriku sendiri siapa sosok yang sering mengagetkanku dari belakang ketika berada di kelenteng sampokong dan dalam pikiran seperti ada yang bilang jika ia sosok yang ada di dalam patung yang ada disana tapi entah beliaunya sendiri atau penjaganya juga kurang tau. Ada gambaran yang terlihat nyata di otakku. Andai bisa berkonunikasi mungkin akan aku tanyakan siapa ia sebenarnya, tapi seram ga yaa....

Orangnya terlihat baik, berwibawa, kulitnya putih dalam ukuran cowok, sering tersenyum tanpa berkata apa-apa, baik, dan melihatnya teduh adem rasanya tapi ya sedikit merinding juga mungkin karena belum terbiasa namun apakah benar ia sosok yang ada dalam patung yang ada disana... 



★Ell

05/08/15

Sendal Tali Pink

Bila mau tidur jangan lupa berdoa. Sebuah himbauan yang tentunya sejak kita masih kecil sudah diajarkan oleh orang tua dengan tujuan agar ketika tidur tidak bermimpi yang aneh-aneh.

Sepertinya aku tadi enggak berdoa sebelum tidur lagi setelah sholat subuh. Aku mimpi sedang pergi bareng-barang dengan teman kantor ga tau tujuan ke mana namun waktu itu aku satu mobil dengan Prima, Esti, bu Rena dan satu orang pria yang berperan sebagai sopir. Naik mobil bagus warna hitam dan di tengah perjalanan mobil kita berhenti, naluri sebagai seorang cewek yang suka selfi kami pun turun dan dan berfoto-foto hingga mobil yang kita tumpangi meninggalkan tanpa menunggu kami berlari mengejar namun yang mampu kembali ke mobil hanya bu Rena sedangkan yang lain kempis-kempis kecapek-an hingga akhirnya menyerah, menunggu mobil rombongan yang lain lewat tapi ga sabar nunggu hingga kita memutuskan untuk naik becak. Tidak ada kehawatiran malah kami menikmati perjalanan diatas becak yang kita naiki bertiga.

Melewati jalan perkampungan yang sempit kami masih sempat berfoto-foto. Prima yang ingin berfoto bersama namun ga mau mengambil hp nya sepertinya memang ga ingin menggunakan hpnya dan memintaku untuk meminjamkan hpku padahal hp kita sama namun tetap saja dia ga mau menggunakan hpnya, begitu juga aku yang ga ingin hpku digunakan orang lain hingga memberi usul untuk menggunakan hpnya Esti. Tapi tetap saja berujung hp ku yang aku kasih ke Prima dan mulai berfoto bersama. Baru satu jepretan mata kita sudah di suguhkan oleh pemandangan di samping kanan dimana anak-anak lagi bermain. Begitu bahagia, lalu aku ingin mengambil foto anak-anak yang lagi bermain di jalan dan beberap anak yang ada di teras rumah. Namun hp ku kan di bawa Prima sedangkan di minta tidak boleh dia yang akan mengambil gambar anak-anak itu namun rasa tidak puas dengan hasil fotonya selam ini lah yang akhirnya dengan tanpa ijin mengambil hp prima yang ada di tas ransel. Ga sulit nyarinya karena tas itu tepat berada disampingku aku mengambil hp namun ketika tangan baru masuk ke tas tiba-tiba kantong luar pembungkus tas robek berantakan sepertinya sudah lama banget hingga jika tersenggol sedikit akan hancur. Mungkin ini alasan ga mau menggunakan hpnya, takut plastik luarnya hancur.

Hp pink. Sedikit heran juga antara ingin mengembalikan tapi ingin memotret momen indah yang jarang di jumpai. Tanpa sepengetahuan Prima aku mengambil foto pemandangan di sekitar beserta tingkah polah anak-anak kecil yang menggemaskan. Prima masih asik mengambil gambar dengan arahan Esti. Aku hanya mengambil beberapa gambar lalu menaruh hp pink itu kembali ke tas.
Esti : "Anak-anaknya ngegemesin"
Prima : "Iya lucu-lucu"
Esti : "Itu yang sebelah sana cepet foto in, aku suka dengan anak kecil"
.........
Pembicaraan mereka seperti dialog yang tak bisa berhenti sambil sibuk foto sana sini. Setelah mengambil beberap foto aku pun menaruh kembali hp pink itu ke tas tapi melihat plastik pembungkus yang sudah lapuk kini berantakan hingga isi di dalamnya terlihat semua aku pun menegur dan memberitahu ke pemilik tas namun bukan terkejut atau mengumpulkan isinya malah cuek saja membiarkan semuanya berantakan. Esti yang melihat pun ikut berkomentar sambil memunguti melihat temannya itu disanalah jiwa Prima tergerak dan ikut mengambil barang-barang yang berantakan di luar untuk di pindahkan ke saku yang lain.

Pak berhenti tiba-tiba menyuruh tukang becaknya berhenti dan kami bertiga turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot. Di angkot aku duduk tepat di depan pintu menyuruh pria yang tadinya di depan pintu untuk masuk. Bergelantungan seperti seperti kernet angkutan umum. Kadang berdiri berpegang pinggiran atap bagian dalam angkot lalu duduk di bawah, disana aku merasa senang. Sementara yang lain ada di dalam masih bisa bercanda dan melanjutkaa salfi dan aku sudah ga peduli dengan yang mereka lakukan. Hingga di tengah perjalanan aku melihat tepian pantai, dari kejauhan melihat birunya air laut dengan karang terjal juga suara ombak yang menjanjikan kedamaian.

Akhirnya kami ketemu dengan mobil rombongan yang kami tumpangi lagi berhenti untuk menunggu rombongan yang lain. Kami pun kembali ikut mobil rombongan karena sedikit seram juga melihat jalan yang harus di lewati. Seperti di puncak rolkoster dimana turunan curam sudah menanti di depan mata, iya kalau rem angkot bagus kalau remnya blong usai cerita. Pantai bukan tujuan perjalanan hanya kebetulan lewat. Mobil kembali melayu di jalan turunan yang sangat curam, kita menanti di pinggir pantai. Dan ketika sudah sampai di pantai si sopir turun menuju warung yang ada di pinggir pantai untuk mencari kopi sementara yang lain masih tetap di mobil sambil makan perbekalan yang dibawa.

Tiba-tiba aku membuka pintu dan meeghambur ke luar, menuju tepian pantai di sela-sela lapak para pedagang. Mencari-cari sesuatu hingga mata terpana dengan birunya air laut dan lamunan pun pudar dengan sapaan penjual yang menawarkan dagangannya "cari apa mbak..." melihat sekeliling lapak penjual namun ga ketemu yang aku cari "enggak bu, ini mau buang sampat. Tempat sampahnya dimana ya?!." jawabku menanggapi tawaran dari si ibu penjual. "Itu disebelah sana" jawab si ibu penjual sambil menunjuk ke arah pinggir tanah lapang. Melihat yang di maksud si ibu aku pun berlari untuk membuaag sampah yang dari tadi aku pegang. Dari sana aku melihat tempat sampah di dekat mobil kami yang kami tumpangi. Gila disana yang lebih dekat ada kenapa ga melihat rutukku kepada diri sendiri.

Aku melihat teman-teman yang lain pada turun dari mobil berjalan menuju ke warung. Memandangi kemana mereka pergi yang arahnya ke warung-warung sekitar sana, aku tak mengikuti mereka dan tiba-tiba tersadar jika tadi aku turun dari mobil dengan telanjang kaki tidak memakai alas kaki. Entah dari awal aku ga mengenakan alas kaki atau memang tertinggal ketika turun dari mobil untuk buang sampah. Banyak juga penjual sofenir dan langkahku menuju ke salah satu toko penjual asesoris.
"Mba sendal ada ga" tanyaku kepada penjual yang ada di depanku.
"Sebelah sana silahkan pilih, murah saja. Banyak model yang bisa dipilih silahkan mba yang mana..." kata penjual
Aku melihat beberapa cewek yang sedang memilih-milih barang, "model seperti apa yang dicarinya dari tadi milih ga selesai-selesai" rutukku dalam hati melihat tingkah cewek yang ada di depanku. Melihat mereka sedang memilih sendal membuatku pusing.

Mataku tertuju pada sandal warna abu-abu yang agak mengkilat dengan hak yang lumayan tinggi. Aku ga suka modelnya tapi aku ingin beli yang ini.
"Mba yang ini berapa" tanyaku
"Dua puluh lima mba" jawab penjualnya
"Mahal bener. Ini awet ga..."
"Barang disini kualitas bagus, saya jamin"
"Lima belas saja ya"
"Wah belum dapet mba"
"Pasnya berapa..." tanyaku sambil meneliti sendal yang aku incar itu
"Dua puluh. Itu juga sudah murah mba"
Belum juga membayar aku melihat ada garis di sendal sebelah kiri di bagian kiri pas di sambungan talinya.
"Ada yang lain ga, ini sudah seperti ini. Tar kalau putus gimana"
"Dijamin, nanti kalau putus saya ganti" penjual itu meyakinkanku
Dan aku pun membayar dan memakainya. Baru juga telapak kaki, masuk tali sudah putus. Sesuai perjanjian aku minta di ganti tapi sudah ga ada stok yang aku suka. Lalu si embak penjual itu menawarkaa sendal tali-tali tanpa hak dan lebih ringan tapi bagus.

Aku pun mengikutinya mengaabil sandal yang di maksud. Bagus dengan tali serempang, ringan tapi ada yang ga aku suka yaitu warnanya pink. Namun berhubung tidak ada lagi sendal yang aku suka maka terpaksa menerima. Tapi ada satu masalah lagi aku ga bisa cara memakainya.
"Mbak ini cara pakainya gimana....???"
Si mbaknya mengajari terlebih dulu menjembreng sendal yang talinya elastis dan memasukkan kakiku dan mengaitkkan tali yang terjuntai di belakang ke arah depan hingga membentuk selempang.
"Cara mengaitkanny gimana mba?" Tanyaku lagi
"Tinggal dimasukkan saja mba"
"Kaya gini"
"Begitu boleh kaya gini juga bisa. Ya suka-suka saja mba yang buat nyaman gimana". Mba nya menjelaskan panjang lebar sambil mengajari cara mengaitkan.

Melihat teman-teman yang menuju ke satu warung yang cukup besar dan ada yang berteriak jika disuruh kumpul aku pun pergi dengan tergesa-gesa sambil membawa sendal yang kaitannya terlepas hingga menuju kesana dengan telanjang kaki dan sendal aku tenteng di tangan kiri. Di bangku bawah pohon depan warung aku mencoba memakai sendal yang belum berhasil cara mengaitkannya tapi kali ini aku berhasil mendapatkan cara agar kaitannya tidak mudah terlepas lagi. Lalu aku pun berjalan menuju rombongan yang lain tapi baru dua langkah kaki ku terhenti ketika melihat seseorang yang sudah lama tak berjumpa. Melihatku ia berjalan mendekat ke arahku sementara aku hanya terdiam terpaku. "Benarkah yang aku lihat" masih ga percaya dengan yang aku lihat.
"Ada apa kamu berdiri disitu..." seseorang pria dengan wajah ceria penuh semangat, tubuh tegap potongan rambut cepak namun sekarang agak putihan dan sedikit gendut.
Dan seketika itu tangisku pun pecah, aku merindukanya, aku pun berlari menghambur untuk memeluknya. Tangisku semakin kencang sudah tak peduli dengan orang-orang di sekitar sana. Pria itu memelukku sambil tertawa kecil. Dalam dekapan hangat beliau menenangkanku dalam tangis. Aku pun terbangun dengan tangis dan air mata membasahi pipiku. Masih terisak melihat kamar sudah terang dengan matahari yang masuk menerobos kaca jendela.

Seketika kenangan lama memenuhi pikiranku. Bagaimana begitu perhatiannya beliau kepadaku, yang selalu memperhatikanku, mendukung keputusanku dan juga mengajarkanku untuk berani. Masih ingat bagaimana kami berdua menelusuri ruangan gelap dan menerka-nerka setiap ruangan yang belum sepenuhnya jadi. Almarhum pak Nardi, semoga senyumnya sebagai tanda bahwa beliau sudah tenang dan bahagia disisiNya. Ketika mengurai mimpi ini pun air mata masih berjatuhan. Bapak ku yang baik tenanglah di surga aku percaya engkau selalu menjaga dan melindungi anakmu yang nakal namun yang sangat kau sayang ini. Terima kasih karena engkau bukan hanya rekan kerja namun juga orang tuaku. (30/06)


Coretan yang lalu

08/07/15

Virus Batu Akik

Demam batu akik yang melanda seantero nusantara sepertinya itu juga yang sekarang menjangkiti bapak. Sejak mudik beberapa waktu lalu sebelum ramadan kini aku sering melihat bapak lagi menggosok batu akik.

Awal mula waktu mudik, kakak sepupuku yang di Palembang waktu itu juga pulang. Dia memang penggila akik, bahkan istrinya pun suka mengeluh karena waktu week end sering di tinggal untuk mencari batu akik di sungai sampai badannya sedikit terlihat kurus dan juga tak seputih dulu, kalah putih dengan kakaknya padahal diantara cucu si mbah kakak ku yang satu itulah kulitnya terputih diantara yang lain, dulu aku menjadi urutan ke dua tapi sekarang merosot juga. Tak main-main sampai di rumah bu dhe pun yang berjualan alat tulis sekarang juga jual akik dari yang masih kepingan batu, sudah terasah bahkan yang sudah jadi juga ada. Dan ketika disana ya para pria mengerubuti batu akik, telaten kakak menjelaskan tentang batu akik dari asal terbentuknya, cara melihat asli enggaknya sampai cara membuatnya mengkilap agar indah di pakai.

Adik lelakiku yang ga tau sama sekali dengan batu akik karena memang ga pernah mainan akik saja sampai di buat bingung saking banyaknya dan semua terlihat bagus. Dari datang kerjanya senteri akik berulang-ulang tak ketinggalan bapak, om, juga kedua kakakku tapi kakakku yang satu seh cuma ikut-ikutan ngerubuti saja tidak sampai terinveksi virus batu akik. Sepertinya baik bapak juga adik lelakiku membawa satu cincin, ya memang kami di suruhnya pilih yang disuka.

Selepas beberapa minggu setelah hari itu, pulang kerja aku melihat bapak lagi asik gosok batu akik dengan batang pring disanalah aku merasa kalah. Ternyata bapak kena virus akik juga, bahkan bapak sudah punya beberapa batu yang sudah jadi. Dan beberapa hari yang lalu ketika pulang kerja ya kira-kira jam 22:20 di depan rumah terparkir motor pikirku mungkin pak RT lagi main ke rumah tapi di teras aku melihat beberapa orang bapak-bapak lagi jongkok dan ngelihati ke arah bawah. "Apa yang mereka lakukan...." Tapi mendengar sekilas pembicaraan mereka dan di otak ketika ada pertanyaan itu langsung terjutu pada akik. Dan benar saja ketika bangun sahur tanpa sengaja kaki ku menendang baskom ibu terisi rendaman batu akik, banyak.... ternyata bapak minta kiriman dari kakakku yang di palembang ini aku lihat dari resi pengiriman yang tergeletak di meja kerja bapak. Aaaaaaah mas An kau menularkan virus batu akikmu pada ayahku. Hikh hikh hikh.... ga di kantor ga di rumah selalu melihat batu warna wari seperti permen fox. (08/07)

07/07/15

Mereka yang Peduli

Beruntungnya berada diantara mereka yang peduli

:: Miss You
Suara telpon berdering, dan ketika aku angkat terdengar suara wanita yang sepertinya begitu bahagia. Seperti seorang kekasih yang sudah tak lama jumpa, seperti pacar yang diajak berkencan terdengar begitu sumringah. "Jangan kamu baca pikiranku..." satu kalimat menggelitik, padahal ga ada niatan sedikitpun untuk menyelami pikirannya namun ucapan itu sepertinya membuatku tersadar hingga merespon dan mendapat pembenaran. "Ga melihatpun aku tau bagaimana suasana hatimu saat ini" Yang pasti ada kelegaan dan kegembiraan yang tak bisa terucap. Miss you... entah berapa kali kata itu terucap dan itu bukan basa basi, namun sebuah ungkapan dari hati yang sangat tulus.

:: Non
"Non..." Sapaan yang datang setelah beberapa kali tak terindahkan kini mendapat jawab. Ada kehawatiran dan keinginan untuk bisa ngobrol dan bercengkrama seperti dulu. Tak ada yang bisa dilakukannya kecuali menunggu semuanya kembali seperti semula, memberikan waktu untukku sendiri. Membutuhkan keberanian untuk menyapaku kali ini, ya mungkin takut mengganggu hingga selama ini memutuskan untuk membiarkanku sampai aku yang akan mengabarkan bahwa aku sudah kembali. Namun hingga batas waktu aku masih tak bergeming, masih menikmati penyepianku.

:: Ngalah
" Ben ga ngilang terus..." ketika membaca balasan dari obrolan di bbm seperti tersentak. Mendadak merasa bersalah. Ingin aku mengobrol seperti dulu namun rasa malas seperti memenjara pikiranku, masih ingin menyendiri di duniaku tak ingin di ganggu siapa pun dan tak ingin banyak berinteraksi dengan siapa pun, hanya ingin menyendiri dan menyepi. Mencari kedamaian dan lebih mengenal diri sendiri. Pada awalnya mungkin ia kaget dengan perubahan sikapku yang tiba-tiba enggak untuk ngobrol berlama-lama namun setelah aku perjelas akhirnya kau memahami juga sekelumit kebiasaan anehku.

:: Jangan terlalu lama pergi, cepatlah kembali

:: Ada banyak sapaan yang belum aku baca dan aku balas.


Tak pernah aku duga sebelumnya ternyata ada banyak orang yang menghawatirkanku, bukan kata-kata clise ataupun pemanis bibir saja yang mereka ucapkan namun sebuah ungkapan dari hati yang terlihat begitu tulus. Aku terlalu sibuk dengan diriku hingga melupakan orang-orang yang ada di sekitarku namun bolehkan aku melanjutkan proses ini hingga akhir... berikan aku waktu sedikit lebih lama lagi dan ketika semunya sudah berjalan seperti yang seharusnya maka aku akan kembali, kembali menjadi diriku seperti yang kalian kenal. (07/07)

02/07/15

bukan korban iklan


Bukan korban iklan melainkan korban web. Ketika googling tanpa sengaja menemukan artikel yang membahas produk yang satu ini yang di mix dengan beberapa makanan lain dengan penyajian yang cukup menggoda hingga sepulang kerja menyempatkan diri mampir ke mini market untuk membeli cemilan yang satu ini.

Glasstine, produk dari monde yang sudah memiliki banyak produk yang dikenal dan disukai oleh masyarakat luas. Biskuit karamel "Glasstine" merupakan produk baru yang di lempar ke pasaran beberapa bulan yang lalu.

Dan menurutku rasanya ya lumayan lah, ringan cocok untuk cemilan minum teh atau kopi ketika bersantai menikmati senja atau pada saat malam hari sambil melihat bintang di langit. Seperti produk monde lain yang identik dengan susu namun ini ada sedikit perbedaan yaitu adanya karamel di atasnya. Mungkin perlu kreatifitas untuk penyajian kali ya agar rasanya nendang, okah dah kapan-kapan di mix dengan jajan yang lain. (02/07)

18/06/15

seberapa muat perut dapat menampung


Awal puasa, berbuka di kantor. Kali ini membawa bekal dan memasak sendiri. Selain mengingat warung yang pastinya di jam berbuka puasa bakal rame, tidak ada yang dititipi sementara jika minta tolong juga sungkan karena mereka juga pasti sibuk menyiapkan untuk berbuka dan yang pasti alasan utama masih dalam rangka pengiritan (alasan yang tepat untuk poin terakhir).

Sengaja membuat menu tanpa nasi karena perut beberapa minggu ini masih bermasalah , kudu makan sayur agar kebutuhan serat untuk tubuh terpenuhi biar sehat terus (sok bener dikit). berhubung penjual sayur yang lewat setiap pagi yang dapat dipastikan ada cuma sayur bayam maka menu kali ini tentang bayam. Sebelum berangkat masak buat bekal dulu, masak yang mudah-mudah saja ya. Kali ini buat omlet bayam dan oseng bayam. Simple, cepat dan murah meriah sekaligus menyehatkan. Sedikit garam, sedikit minyak dan tanpa msg.

Seberapa banyak perut dapat menampung....???!

Menu berbuka puasa, air putih, teh panas dengan sedikit gula dan es campur yang terdiri dari irengan (cao), kolang kaling, nanas, kelapa muda yang dikasih sirup dan susu kental manis. Dan tak lupa bekal yang aku buat sendiri dari rumah. Ini masuk kategori kalap ga seh.... mudah-mudahan saja enggak ya. Bukan kalap tapi maruk. (18/06)

Harus Bagaimana...?!

Inikah sebenarnya yang dirasakannya 'malu kepada tetangga-tetangga karena aku'
Aku juga sebenarnya tidak ingin seperti ini namun apakah daya skenario yang ditulis Tuhan sudah seperti ini, apakah aku harus berontak atau kah banding kepada Tuhan....???
Apa hak ku hingga berani menjatuhkan ketidak adilan atas kuasaNya sementata nafasku saja Dia yang memiliki.


Rasa yang tak biasa

Uluran Tanganmu

Bisakah aku pinjam tanganmu sebentar saja, bukan untuk aku gigit namun untukku genggam agar rasa takut ini hilang. Tak pernah aku merasakan ketakutan seperti saat ini selama hidupku, namun satu pesan singkat dari orang yang tak aku kenal sudah membuatku berkidik gemetar. Padahal aku juga tak tau siapa dia yang mengirimkan sebait pesan tak bernama ini.

Malam semakin larut namun mata masih asik menikmati keremangan lampu di sudut ruang yang tak begitu luas. Cerita panjang pun mengalir dengan sendirinya disela perbincangan yang sedari tadi berlangsung dengan sedikit perdebatan dan kelucuannya. Dia mendengarkan cerita yang mengalir dari deretan aksara yang aku ketik di bbm, entah ia mengerti atau enggak terus saja cerita berlanjut hingga akhir.

Namun sepertinya ia menyimak setiap kata yang terucap dan menanggapi ceritaku dengan bijak. Tak banyak yang ia ucapkan namun kata yang diucapkannya sedikit banyak sudah menolongku, dan tangan itu juga ia ulurkan kepadaku untuk ku raih. Genggaman tangan yang nyaman, tanpa disadari sudah melunturkan rasa takutku lalu menggantinya dengan kenyamanan yang selalu ia tawarkan kepadaku.

Dia..., yang saat ini selalu meminjamkan bahunya disaat lelah mendera, meminjamkan tangannya untuk menopangku dan sudi mendengarkan ceritaku dan yang seperti tak berujung juga sudi menyediakan tisu dikala air mata ini mulai membasahi sudut nataku. (22/02)


Thx mas Mumo

Seperti Ayah

Malam minggu hanya di rumah sibuk dengan 2 hp, bbm sambil mencari orderan. Bagai menyelam sambil mencari ikan, ya meskipun belum mujur namun setidaknya sudah bisa membuat orang lain sejenak mendengarkan penjelasan tentang produk yang aku pasarkan.
Menemani bapak melihat sinetron yang tak pernah di lewatkan "tukang bubur naik haji" dan dilanjut dengan "7 manusia harimau"
"Cerita 7 manusia harimau benar ada lho benk, tapi disini sudah banyak tambahannya ga murni seperti cerita sebenarnya".
Iya aku juga pernah mendengar dan sepertinya juga ada bukunya deh.
"Tiap malam bapak lihatnya ini (sinetron 7 manusia harimau) sambil nungguin kamu pulang" duuuuh terharunya mendengar bapak bicara begitu. Selalu menungguku pulang ketika mendapat giliran masuk sore.

Ting tiiing ting.... Suara penjual wedang ronde langganan bapak pun datang. Asiiiik... Di malam yang mulai dingin ada penjual wedang ronde, baru juga bbm an sama mas Mumo tentang wedang ronde sekarang sudah ada di depan mata hmmmm, nyami....

Segelas wedang ronde hangat sambil ngemil beberapa jajan yang didapat dari syukuran tetangga baru. Inilah nikmatnya dunia, seadanya namun bila bisa mensyukuri dari setiap apa yang di dapat akan berkah buat semuanya. Hanya berdua, karena ibu belum pulang pengajian, adik lelakiku menikmati weekend dengan tidur sedangkan adik perempuanku belum pulang dari kampus.

Benar saja jika aku pulang malam biasanya bapak menungguin aku, dulu nunggunya sambil duduk di lincak (bangku yang dibuat seadanya yang ada di bawah pohon) berhubung disana sudah menjadi markas anak-anak abg dan banyak sampah bekas jajanan mereka sekarang bapak nunggunya kalau tidak duduk di depan rumah dekat mushola ya nonton televisi dengan pintu yang masih terbuka, dan ketika aku sudah datang baru deh pintu di tutup. Itulah kebiasaan bapak, jika tidak ketika pulang kerja selalu mencari anak-anaknya bila salah satu tidak ada ya akan ditanyakan dimana keberadaannya.

Ya itulah orang tuaku, meskipun hidup seadanya namun baik ibu maupun bapak tidak pernah sedikitpun melepaskan perhatian mereka kepada anak-anaknya. Aku ingin seperti bapak yang bisa apa saja, bekerja keras untuk keluarga meskipun sakit tak pernah dirasa, ga pernah mengeluh, meskipun pendiam dan omongannya agak tajam namun perhatian, memikirkan segala sesuatunya hingga hal terkecil selalu dipikirkan dan peka terhadap sekitarnya, bisa benerin apa saja dan mereka rasa agar bisa berhasil oh ya jika lagi benerin sesuatu entah genting, motir atau apa lah selalu aku menjadi asistennya, sambil cerewet sana sini pastinya hehehehehe...

Dan sepertinya diantara kita bertiga akulah yang mewarisi sebagian besar sifat bapak, termasuk sifat pemarahnya, bahkan hidung kita pun sama bengkoknya (ini yang bilang dr. Gatot ya) kalau ini mah penyakit, harusnya ga boleh.


#2
Mengobrol dengan bapak, tentang bunga tidur (mimpi) juga hal-hal yang pernah bapak ataupun aku alami. "Heran..., kok ada ya manusia jahat seperti itu" itulah kata yang beberapa kali  terdengar. Ya kalau dirasa-rasa mengapa mereka sejahat itu, bahkan orang yang sudah dikenal baik dan sering kita bantu (bukan maksud untuk meminta imbal balik) namun masih saja tega mencelakakan. Sebelum berbuat, apa ga berpikir panjang sebelum jahat kepada orang lain ya.


Setiap tindakan yang kita lakukan selalu ada imbal baliknya, bila kita berbuat baik kepada orang lain tidak seketika itu juga kita mendapat hal yang sama dan belum tentu juga orang yang kita tolong yang membalas namun dikala terdesak dan membutuhkan pertolongan kebaikan yang sudah kita lakukanlah yang akan menolong dan yang menolong bukan bisa saja orang lain. Lalu bagaimana jika berbuat jahat ya akan ada sendiri balasan dari hasil kelakuannya itu. (21/02)


Ciretan yg tertinggal

14/06/15

Tradisi Mudik Sebelum Ramadan #2



Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan akhirnya sampai juga di desa kelahiran bapak, namun langsung menuju ke pusaran terlebih dahulu karena nanti jika sudah sampe di tempat bu dhe bisa kelupaan saking asiknya ngobrol. Kalau tujuan awal sudah terlaksana tinggal santai ngobrolnya. Dan kali ini satu keberuntungan karena kedua kakak sepupuku pulang dari perantauan, asiiiik ada oleh-oleh. Hmmmm... makin tampan dan tambah putih saja kedua kakak ku ini. Di rumah bu dhe juga sudah ada kedua ponakan kecilku Anggel dan Nail yang tambah lucu dan menggemaskan, tapi masih kurang dua yang ga hadir (Jonas, Noah ante datang).

Setiap ngumpul selalu rame dengan cerita yang seakan tak ada habisnya. Meskipun kami sudah menyebar di berbagai kota yang berbeda dan sibuk dengan urusan masing-masing namun ketika bertemu seperti sekarang semua lenyap yang ada hanya kebersamaan. Ga ada istilah jaim-jaiman, masih ramai seperti dulu, hanya saja sudah tidak seheboh biasanya namun masih saja saling jahil. Kelucuan dari kedua ponakan yang pinter dan ga bisa diam menjadi hiburan tersendiri, sementara yang cowok sibuk dengan urusan batu akik, sedangkan yang cewek memilih bermain dengan ponakan-ponakan yang begitu aktif dan menggemaskan.

Kali ini ada pemandangan lain, di depan rumah aku bisa melihat petani yang lagi sibuk memanen padi. Kebetulan rumah bu dhe seberang jalan raya sudah sawah, bila musim tanam tiba bakal melihat luasnya hamparan permadani hijau yang menyejukkan mata. Sungguh luar biasa meskipun matahari sudah ada di atas ubun-ubun namun mereka masih saja semangat menyelesaikan hasil panennya untuk diangkut ke rumah.

Lumayan juga berada di rumah bu dhe dan saatnya undur diri gantian menuju tempat kelahiran ibu. Sebenarnya masih enggan pisah dengan ponakan juga belum cerita-cerita dengan kakak-kakakku karena sejak datang mereka sudah pada sibuk dengan batu-batu warna arni itu. perjalanan kurang lebih 1½ jam untuk sampai ke desa ibu. Aku sangat menikmati perjalanan karena mata ini dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah, awan di langit biru juga kegiatan masyarakat menjelang ramadan. Di tempat kelahiran ibu masih sangat kental suasana pedesaannya. Aku masih mendengar suara alat-alat tenun, suara sapi di depan rumah juga tanaman yang sering di jumpai yang menjadi pagar, ciri masyarakat pedesaan. Sejuk dan teduh, semilir angin dari dedaunan tertiup angin yang tumbuh di sekitar pekarangan masih sama seperti ketika aku kemari sebelum-sebelumnya.

Entahlah aku sangat menyukai suasana pedesaan bahkan seperti sudah melekat dalam diriku, angin, langit, dan pepohonan itu sudah cukup menyeretku ke masa lalu seperti aku tertarik ke suasana pedesaan yang sangat damai dan tenang. Aku selalu merindukan hal itu.

Selain ke makan leluhur ibu sebenarnya ibu ingin menepati janji beberapa waktu lalu ketika pergi ke desa sendiri bahwa salah seorang sodaranya ingin melihat anak dan suaminya, makanya kali ini mampir ke Jalin juga penjadi tujuan utama, karena mengingat sodaranya ini sudah sakit strok bahkan sudah "ngobrok" (maaf, buang air besar ataupun ngompol di celana) namun masih kuat jalan meskipun dengan bantuan kayu sebagai penyeimbang. Bahkan waktu ke sana beliau di rumah sendirian istrinya sedang ke warung untuk membeli obat. Memang biasanya mereka hanya berdua sementara anak-anaknya sudah berumah tangga dan tinggal di kota lain. Mengunjungi 3 rumah di tempat yang agak berjauhan cukup memakan waktu dan kami pun pulang dengan barang bawaan yang cukup menyita bagasi. Sudah cukup sore kami pulang, perkiraan sampai rumah jam 7 malam, semoga ga ketinggalan untuk nonton motogp.

Udara di luar panas namun hijaunya daun yang bergoyang-goyang sepertinya sedikit mengobati gerah di badan. Ya sepertinya begitu karena aku kan di mobil jadi ga ngerasain langsung, melihat sawah ingin rasanya jalan di pematang dan duduk-duduk di pingirnya (satu hal yang dulu sering aku lakukan dan sampai sekarang itu menjadi hal indah dalam hidupku, sawah). Sesekali kamera hp ku mengabadikan hamparan sawah yang dilewati juga beberapa hal yang menurutku bagus. Kebiasaan yang selalu ada, mungkin terlihat aneh buat sebagian orang apa bagusnya sawah, awan, dan beberapa hal lain ya entahlah aku suka saja. Perjalan pulang sepertinya lebih berat dibanding waktu berangkat karena harus melewati jalan yang macet panjang, bukan padat merayap namun sudah berhenti di tempat. Dan sampai di rumah bukan langsung bersih-bersih badan tapi hal utama yang aku lakukan adalah menyalakan televisi dan nonton motogp. Untung belum selesai ya meskipun sudah kelewat beberapa lap tapi lumayan lah dari pada harus melihat siaran ulangnya di youtube.

Oh ya ada yang sedikit mengganggu pikiranku, ketika melihat foto-foto jepretanku selama seharian ini ada satu foto yang membuatku berpikir bahkan sampai melihatnya berkali-kali, membandingkan sampai memperbesar agar lebih jelas. Di mana dalam foto itu seperti ada 2 titik hitam seperti mata. Awalnya mungkin itu noda di kaca mobil tapi di foto sebelumnya tidak ada noda sama sekali, mungkin daun kering yang lepas dari ranting dan terbawa angin..., bisa saja begitu tapi jika daun akan ada warna atau setidaknya bukan hitam begitu lagian ini dua titik hitam jaraknya berjauhan sedangkan aku ingat betul pohon di tepi jalan berjajar beberapa pohon dan ada jarak baru ada deretan pohon lagi. Jika itu blur dari daun yang terbang kenapa jaraknya begitu jauh dari pohon...?! Setiap melihatnya membuat sedikit gejolak dalam tubuhku yang sepertinya terusik dengan titik hitam itu. (14/06)


Tradisi Mudik Sebelum Ramadan

Satu tradisi yang biasa dilakukan sebelum ramadan salah satunya adalah ziarah ke makam leluhur. Dan keluarga kami melakukannya di hari minggu sebelum ramadan, karena di hari kerja semuanya pada sibuk dengan urusannya masing-masing. Berangkat ketika fajar menyingsing untuk menghindari kemacetan dan agar bisa beristirahat lebih lama sehingga pulang juga tidak terlalu malam sampai di rumah.

Kali ini agenda ga hanya ke tempat makam leluhur juga mengunjungi beberapa keluarga ibu yang kebetulan tidak begitu jauh dari tempat kelahiran bapak. Mungkin kurang lebih 2 jam perjalanan untuk sampai ke tanah kelahiran ibu.

Bias jingga mulai terlihat di ufuk timur memberi degradasi yang apik di antara birunya langit dan gumpalan awan yang beriring-iringan tertiup, angin yang sedikit dingin menusuk kulit di pagi ini. Perjalanan pagi memang menyenangkan, sempat juga melewati sunmor (sunday morning) di daerah Salatiga yaitu seperti pasar dadakan yang hanya ada di hari minggu pagi sampai menjelang siang yang di gelar di lapangan meskipun sekarang sudah meluap berderet di pinggir jalan mengingat begitu banyak pedagang dan pembeli yang tak mau melewatkan momen itu.

Selain pasar dadakan di perjalanan juga sempat merasakan sedikit kemacetan karena ada kecelakaan truk berisikan karung-karung (entah isinya apa) terguling di arah sebaliknya yang memakan sebagian bahu jalan sehingga membuat lalu lintas sedikit tersendat. Kecelakan sebelum jembatan bila dilihat dari arah truk. Karena mobil yang berjalan melambat, aku yang tadinya memejamkan mata masih ngantuk karena harus bangun pagi dan ga tidur lagi seperti biasanya terbangun dan mencari tau apa sebenarnya yang terjadi,  entah ini hanya halusinasi atau memang benar saat melewati jembatan yang di bawahnya sungai kalau ga salah aku melihat menangkap sosok yang tak terlihat di samping jembatan di seberang arah berlawanan. Ga begitu jelas hanya terlihat bagian kepala saja, kepalanya dipenuhi bulu berwarna hitam dan memiliki tanduk sedang tersenyum melihat ke arah truk yang terguling.

Ingin bertanya kepada adik lelakiku yang duduk di sebelahku atau setidaknya mengatakan apa yang baru saja aku lihat tapi niat itu aku urungkan, dan ketika melihat truk yang terguling barulah tahu bahwa kemacetan disebabkan oleh truk ini. "Apa sosok yang aku lihat tadi senyum dengan truk yang terguling, tapi mengapa....?!" Permainan otak, pertanyaan yang datang ditujukan untuk diriku sendiri dan anehnya seperti mendapat penjelasan dengan kebingunganku bahwasanya memang sosok yang aku lihat itu sedang tersenyum melihat ke arah truk yang terguling tapi bukan menjahili atau ingin berbuat jahat dengan mencelakakan pengguna jalan, hanya memperingatkan jika muatan truknya berlebih dan membahayakan dirinya juga pengguna laen. Dan mata ini pun seperti di tunjukkan dengan karung-karung yang berserakan semua di pinggir jalan. Bagai sebuah pembuktian bila penjelasan itu tidak mengada-ada. Entahlah aku masih belum percaya dengan yang terjadi barusan, tapi ingin mengklarifikasi tentang kebenaran juga sama siap masa ya sama adikku, iya kalau dia mau jawab kalau malah ditinggal tidur bagaimana....

Selama perjalanan masih kepikiran, tapi semakin di pikir juga ga menemukan penjelasan pastinya. Memilih untuk menyerah dan membiarkan segala kebingungan mengendap di dasar otak.

***

BERSAMBUNG...

04/05/15

Yongsa ~ Come Back #2

Y : " Aku mau cerita, tapi rada-rada isin" 
A : ' Cerita apa. Sejak kapan tau isin" 
Y : " Gak jadi ding. Hehehe..." 
A : " Tuh kan. Padahal kalau aku langsung cerita lho" 
Y : " Jadi kamu bilang kalau aku gak punya isin? Gitu??????" 
A : " Biasanya kan gtu. Langsung terjang ga peduli yang lain. 
Y : " Bukan gitu, aku inget banget kata-katamu waktu itu. Kalau gak salah kek gini --> diskusi apapun ayoo, asal jangan tentang agama dan politik. Mungkin ini arahnya ke agama, jadi aku urungkan saja" 
A : "Kan bisa ngupas luarnya. Kalau sudah masuk ke dalam kan susah juga. Agama itu keyakinan, ilmu pasti secara pengetahuanku cuma cetek daripada salah malah repot semua." 
A : "Buruan pulang yoo udah malam lho. Maennya dilanjut besok lagi" 
Y : " Aku sudah sampai. Hehehe...." 
A : " Ya sudah buruan rehat. Ngobrolnya dilanjut besok saja, Aku sudah ngantuk soal'e lagian besok masuk pagi juga. Met rehat yoo, Tidur yang berkualitas ya."
 Obrolan pun terhenti, dia cerita aku tidur...
Y : " Jadi gini. Dulu aku pernah bilang kan ke kamu kalau aku jarang sholat bahkan gak sholat. Waktu itu hidup yang ku jalani blangsak, ya meski tidak terjerumus dalam hal negatif. Tapi memang bener-benar edan. Trus aku merenung, kenapa ya aku ko' selalu kacau, gak tenang bahkan jauh dari arah sukses. Terbesit dipikiranku tentang perkataan dari seseorang --> carilah akhiratmu maka dunia akan mengikutimu.
Disitu aku memutuskan untuk berani mengerjakan sholat. Udah berjalan lumayan sih. Singkat cerita, di setiap sujudku selalu aku panjatkan banyak doa untuk orang tua, diriku dan kehidupanku (gak aku sebutkan disini, heheh), trus agar aku dibukakan jalan untuk berhasil. Bisa membantu memberi dan berbagi. Perubahan itu aku rasakan banget, bahkan ini jalan sudah terbuka, namun aku dipertemukan kembali sama orang-orang yang tidak sholat 5 waktu secara ajaran. Mereka sholat, namun aku tidak mengetaui tentang sholat yang mereka kerjakan. Jik aku kumpul dengan mereka, kemungkinan aku lemah lagi bahkan bisa jadi aku meninggalkan sholat. Jalanku sedikit demi sedikit terbuka, namun harus berhadapan dengan mereka. Kenapa tuhan membukakan jalan untuku, namun dengan cara seperti ini, ini kan sama saja dengan menjauhan aku dengan tuhan. Aku belum mengerti skenario hidupku ini" 
Y : " Iya. Met rehat juga. 
A : " Met pagi yoo"

Pagi Hari

A : " Pernah ga berpikir tentang proses. Bila jalan yang kamu lalui mulus-mulus saja trus apa iya kamu bisa belajar, bisa dewasa, bisa lebih memahami hidup. Aku juga sering berpikir kenapa begini, banyak orang jahat yang ga pernah mau bebasin aku, hanya inginkan aku menderita tapi coba lihat lebih ke dalam dari sebuah peristiwa yang kita alami tentu ada makna yang terkandung di dalamnya. 
Bahkan untuk berbuat baik saja masih ada gangguan lho, misal ya sholat kadang udah waktunya tapi masih ngulur-gulur waktu tar dulu tanggung, tar dulu filmnya bagus, masih malas dsb... Iya kan itu juga aku rasain. 
Disaat kamu sudah mulai bermetamorfosis ada gangguan dari orang lain, anggap itu untuk menguji apakah kamu layak naik tingkat dan lolos uji, jadi jangan sampe goyah ({})
Tumbuhlah menjadi pohon yang kokoh dan rindang meski berada di tempat yang gersang"
Y : " Iya juga ya, hahaha. Mungkin aku terlalu serius dalam hal ini" 
A : " Hahahaaa.... Jangan pernah lupa buat melihat dari sisi yang lain. Terlebih pada sisi yang sedikit orang liat" 
Y : " Dalam pikirku kecil, Tuhan sedang mengajakku bercanda, duuuh"
 
A : " Lalu..." 
Y : " Lupa sih enggak, bahkan lirik sana sini tapi belum dapat celah." 
A : " Buatlah celah sendiri" 
Y : " Ya akunya terlalu agak pura-pura serius" 
A : " Hahahaha... Kalau ga ada celah. Mending jadi diri kamu apa adanya aja deh. Kamu nyaman ga yoo jadi serius" 
Y : "Nah ini nih beberapa hal yang masih dalam perdebatan diri. 'Apa adanya' atau 'ada apanya'. You know kan, 2 hal itu sangat berpengaruh (bukan fisik/benda/barang yg dimiliki). Gak tau apa itu serius? 
A : " 2 kalimat yang mirip tapi berbeda arti. Meskipun masih saling berhubungan. 
Y : " Terkadang, aku jenuh dengan apa adanya aku, bukan berarti aku tidak bersukur dengan keadaanku. Namun, aku tau Tuhan memberikan kita pilihan untuk bisa lebih dari apa adanya saat ini, yup menjadi ada apanya." 
A : " Saat jenuh itulah waktu yang tepat untuk melompat sebenarnya. Tapi sampai sekarang pun aku ga tau apa yang aku cari jadi mau melompat kemana pun bingung". 
Y : " Contoh kecil dan sederhana. Si A, orang biasa. dari kecil dia bodoh. Sampai dewasa masih bodoh. Sehingga dia tidak memiliki apa-apa. Sedangkan si B, juga orang biasa, dari kecil dia bodoh, namun beranjak dewasa dia menjadi cerdas. Dia pun mempunyai beberapa 'apa-apa' Perbedaan dari keduanya itu adalah (salah 1nya) --> yang 1 mempertahankan 'apa adanya' dan yang 1 menciptakan sesuatu agar 'ada apanya'." Ya sama, entah gimana jalurnya ya jalani aja." 
A : " Mungkin hanya belum menyadari 'ada apanya' yang ada dalam diri Terkadang butuh orang lain untuk bisa menyadari apa yang kita punya" 
Y : " Bisa iya bisa tidak. Pernah liat iklan --> lampaui dirimu, di tipi? Nah itu salah 1 penggebrak untuk menciptakan 'ada apanya'. Keren banget dah tuh iklan.

PEnasaran kan iklannya cari sendiri ya... 

SEKIAN

Yongsa ~ Come Back

Y : " Sedang apa km disana? '
A : " Lagi ga ngapa-ngapain , kamu gi apa...?"
Y : " Gi kangen kamu. Hehehehe.... Ini serius" 
A : " Aseeek " 
Y : " Masih kerja apa udah bebas? Udah lamapun gak mesra-mesraan " 
A : " Bebas. Pulang jam 2 kok " 
Y : " Aahhaa..." 
A : " Hu um, lama pake buanget " 
Y : " Brarti masuk pagi terus nih? " 
A : " Enggak 1 mingguan " 
Y : " Oh, gt to " 
A : "Hu um... Kmu gi apa ik " 
Y : " Gi muter-muter Jogja dari tadi jam 10an sampe sekarang belum pulang. Ini mampir maem. 
Y : " Kamu sudah maem? ......*perhatian ceritanya* 
A : "Ikuuuuuuuuuut..., Kemana saja ik. Masih kenyang tadi pulang mampir beli bubur " 
Y : "Imogiri, gunung api purba. Trus paling lama kongkow di rumah pohon" 
A : " Rumah pohon mana ik...?" 
Y : " Selama di Jogja, baru tau ada rumah pohon" 
A : " Nglanggeran sampe pol apa ga. Rumah makan itu ya...?! 
Y : " Kalau rumah pohon mah di daerah SMK 2 Jetis " 
A : " Jetis tu mana ?" 
Y : " Tugu ngalor. Yasalam. -___- " 
A : " Ngalor tu mana...?" kan ga tau arah " 
Y : " Tugu arah ke Monjali, tapi dari tugu deket kok. Duuuh.
Jangan percaya kalau bilang deket jalan juga bisa gempor lah, kalau dari mirota kampus baru bisa dibilang deket.

Y : " Kamu itu udah pernah lama tinggal di Jogja, masih gak ngerti juga. Durhakaaaaaaaa" 
A : " Lha ya yang warung bambu itu bukan. Apa hubungannya durhaka sama ga ngerti arah " 
Y : " Tanya sama mbah gel wae lah " 
A : "Hahahhaaa.... Simbah lagi mudik ga bisa di ganggu " 
A : " Huuuuuuuu... Maunya nanya sama kamu kok " 
Y : " Tadi sempet bincang-bincang lansung sama yang punya nya. Dijelasin sejarah terbentuknya rumah pohon" 
A : " Critain..." 
Y : ' Itukan terbuat dari bambu, di jelasin juga tentang filosofi bambu. Tapi belum kelar. Di bangunan bambu paling atas terdapat semacam mushola, beeeeeeeh sejuknya joooos. Ampe aku dikasih buku karya diya ( pak dewo)" 
A : "Bisa liat merapi kan. Kok bisa" 
Y : " Bisa dong " 
A : " Gimana critanya bisa gitu...?" 
Y : " Beliau pembudidaya kunyit hitam. You know lah, harga kunyit hitam. Beeeeeh... Pokoknya ceritanya panjang hingga bisa ketemu pak dewo, cerita ini itu" 
A : " Pelit aaah. Ga mau cerita. Udah selesai belum makannya" 

Y : " Udah. Lama kita gak perang, gak tau kenapa aku menghidari perdebatan walaupun itu tentang pengetahuan" 
A : "Lha knapa....? Lagi bosan ya" 
Y : "Gak tau kenapa alasannya, malah lebih memilih nyimak. Bosen sih enggak, gak tau saja sih" 
A : "Aneh. Padahal kalau pas perang asik tu" 
Y : "Lah bukankah aku udah aneh dari dulu? Piyee too" 
A : " Sapa yang bilang. Berati alasannya lagi males kalau ga emang ga menyukai bahan obrolan or menginginkan tema laen. Iya ga" 
Dari sini kepekaanku sudah mulai bekerja seperti bisa menebak mengapa bisa seperti itu.
Y :" Seru sih, seruu bangeeet. Terkadang kepingin perang kayak dulu, otak bener-benar liar positif, tapi disisi lain menahan terhenti untuk diskusi. Pan dulu kamu yang bilang kalau aku aneh. Piye to. Bukan malas atau tidak menyukai materi obrolan. Susah ngejelasinnya" 
A : " Trus apa... Ya emang dulu kamu anah tapi sepertinya sekarang sudah normal deh" 
Y : " Terakhir aku debat ama seseorang, bener-benar nguras energi, capek banget. Disitulah aku mulai berhenti" 
A : " Kenapa gitu' 
Y : " Embuhlah..." 
A : "Kamu kehabisan kata. Apa hanya muter-mutet ga ketemu sadikitpun persamaan" 
Y : " Bukan kehabisan kata, jasad bisa mati tapi otak (ide) akan selalu hidup" 
A : " Karena mempertahankan cara pandang yang beda" 
Y : " Muter-muter sih gak begitu, dipertengahan selalu ada cabang, dan di cabang ada cabang lagi. Gak ketemu" 
A : ' Hahahaa... Kalau kaya gitu sampe lebaran monyet juga ga bakal kelar lah" 
Y : " Nah itu dia. Malah koyo cah cilik kae loh aku ki. Duuh. -____- 
Mau bilang 'emang masih kecil kan..' tapi niat itu aku urungnya pasti akan ada pembelaan bahwa dia bukan lagi cowok sudah masuk ke jenjang diatasnya. Istilah yangsedikit nyeleneh dan juga pernah menjadi bahan perdebatan.

A : "Hahahaha... Trus mutung ya" 
Y : " Ngguyu terus" 
A : " Liatin kamu aneh tau ga" 
Y : " Ora mutung lah. Perang perbedaan kalau gak ketemu titik tengah trus jadi searah itu rasanya gimanaaa gituu. Tuuh kan bilang aneh lagi. Hadeh' .
Pasti akan hilang geregednya dan menjadi malsa untuk melanjutkan.
A : " Lha kok dari bercabang-cabang banyak kok tiba-tiba jadi searah. Tapi memang cuma kamu lawan perang yang tangguh. Yang lain seringnya pada ngalah kalau ngeyelnya udah keluar" 
Y : " Biasanya sih memang nyabang tapi bisa klop lagi, tapi ini 1 materi bisa nyabang 2, trus dari 2 itu masing-masingnya nyabang lagi jadi banyak, biasanya dari cabang-cabang itu nanti ada kaitanya sehingga bisa klop. Lah pas waktu itu bener-bener nyimpang tapi memang masuk akal banget sih persimpangannya itu. Padahal kalau dipikir pendek sudah klop dari awal, tanpa harus bercabang......." #langsung kram otak* -___- 
 Y : " Aku belum tangguh yongsa, masih harus banyak belajar lagi." 
A : " Hahahhaa..... Bisa kram otak juga to" 

Y : " Hahahaa, kamu itu termasuk orang yang ngeyel, keukeuh. Ajib dah. Ada kaitanya gak sih orang yg ngeyel itu dengn sifat egois?
Kaya yang ngomong enggak saja to yongsa, bukannya kita cermin....
A : " Lha buktinya cuma kamu yoo yang ngeyelnya sampe ubun-ubun ga pernah mau bilang 'iya deh aku ngalah'....
A : " Kagak tau. Tinggal ngeyelnya kaya apa dulu lah. Bisa juga orang yang ngeyel ingin semua berjalan sepeti apa yang diinginkannya" 
Y : " Masalahnya banyak yang bilang aku itu egois, maunya menang sendiri, bla bla bla " 
A : " Ya seperti ngeyel dengan mempertahankan pendapat. Tapi selama ni ga pernah maksain keinginan kita kan. Orang kan ada kelemahan dan kelebihan. Aku sampe teman ada yang bilang 'kalau ga ngeyel bukan aku', ada juga 'klo udah bilang pokoknya' ga bisa di ganggu gugat
Y : " Bisa iya bisa tidak, tapi terkadang aku mempertahankan pendapatku bukan karena aku menginginkan berjalan seperti apa yang aku mau, tapi memang harus berjalan seperti ini. Gitu~ 

A : " Lha iya" 
Y : "Hahahaa..... Emang kamu tuh gitu." 
A : " Tapi kan ga semua orang berpandangan sama. Bisa aja mereka menganggapnya lain. Iya kan" 
Y : " Iya juga sih." 
A : ' Lha ya. Kita ngeyel kan juga ga sembarang ngeyel ada dasar Kalau ada yang balik ngeyel juga bisa jawab 
Y : " Nah itu dia, ada yang mendasari untuk ngeyel. Pffffftttt"

BERSAMBUNG