18/06/15

Seperti Ayah

Malam minggu hanya di rumah sibuk dengan 2 hp, bbm sambil mencari orderan. Bagai menyelam sambil mencari ikan, ya meskipun belum mujur namun setidaknya sudah bisa membuat orang lain sejenak mendengarkan penjelasan tentang produk yang aku pasarkan.
Menemani bapak melihat sinetron yang tak pernah di lewatkan "tukang bubur naik haji" dan dilanjut dengan "7 manusia harimau"
"Cerita 7 manusia harimau benar ada lho benk, tapi disini sudah banyak tambahannya ga murni seperti cerita sebenarnya".
Iya aku juga pernah mendengar dan sepertinya juga ada bukunya deh.
"Tiap malam bapak lihatnya ini (sinetron 7 manusia harimau) sambil nungguin kamu pulang" duuuuh terharunya mendengar bapak bicara begitu. Selalu menungguku pulang ketika mendapat giliran masuk sore.

Ting tiiing ting.... Suara penjual wedang ronde langganan bapak pun datang. Asiiiik... Di malam yang mulai dingin ada penjual wedang ronde, baru juga bbm an sama mas Mumo tentang wedang ronde sekarang sudah ada di depan mata hmmmm, nyami....

Segelas wedang ronde hangat sambil ngemil beberapa jajan yang didapat dari syukuran tetangga baru. Inilah nikmatnya dunia, seadanya namun bila bisa mensyukuri dari setiap apa yang di dapat akan berkah buat semuanya. Hanya berdua, karena ibu belum pulang pengajian, adik lelakiku menikmati weekend dengan tidur sedangkan adik perempuanku belum pulang dari kampus.

Benar saja jika aku pulang malam biasanya bapak menungguin aku, dulu nunggunya sambil duduk di lincak (bangku yang dibuat seadanya yang ada di bawah pohon) berhubung disana sudah menjadi markas anak-anak abg dan banyak sampah bekas jajanan mereka sekarang bapak nunggunya kalau tidak duduk di depan rumah dekat mushola ya nonton televisi dengan pintu yang masih terbuka, dan ketika aku sudah datang baru deh pintu di tutup. Itulah kebiasaan bapak, jika tidak ketika pulang kerja selalu mencari anak-anaknya bila salah satu tidak ada ya akan ditanyakan dimana keberadaannya.

Ya itulah orang tuaku, meskipun hidup seadanya namun baik ibu maupun bapak tidak pernah sedikitpun melepaskan perhatian mereka kepada anak-anaknya. Aku ingin seperti bapak yang bisa apa saja, bekerja keras untuk keluarga meskipun sakit tak pernah dirasa, ga pernah mengeluh, meskipun pendiam dan omongannya agak tajam namun perhatian, memikirkan segala sesuatunya hingga hal terkecil selalu dipikirkan dan peka terhadap sekitarnya, bisa benerin apa saja dan mereka rasa agar bisa berhasil oh ya jika lagi benerin sesuatu entah genting, motir atau apa lah selalu aku menjadi asistennya, sambil cerewet sana sini pastinya hehehehehe...

Dan sepertinya diantara kita bertiga akulah yang mewarisi sebagian besar sifat bapak, termasuk sifat pemarahnya, bahkan hidung kita pun sama bengkoknya (ini yang bilang dr. Gatot ya) kalau ini mah penyakit, harusnya ga boleh.


#2
Mengobrol dengan bapak, tentang bunga tidur (mimpi) juga hal-hal yang pernah bapak ataupun aku alami. "Heran..., kok ada ya manusia jahat seperti itu" itulah kata yang beberapa kali  terdengar. Ya kalau dirasa-rasa mengapa mereka sejahat itu, bahkan orang yang sudah dikenal baik dan sering kita bantu (bukan maksud untuk meminta imbal balik) namun masih saja tega mencelakakan. Sebelum berbuat, apa ga berpikir panjang sebelum jahat kepada orang lain ya.


Setiap tindakan yang kita lakukan selalu ada imbal baliknya, bila kita berbuat baik kepada orang lain tidak seketika itu juga kita mendapat hal yang sama dan belum tentu juga orang yang kita tolong yang membalas namun dikala terdesak dan membutuhkan pertolongan kebaikan yang sudah kita lakukanlah yang akan menolong dan yang menolong bukan bisa saja orang lain. Lalu bagaimana jika berbuat jahat ya akan ada sendiri balasan dari hasil kelakuannya itu. (21/02)


Ciretan yg tertinggal

0 komentar:

Posting Komentar