14/06/14

Perhatian Ketika di Perantauan

Pagi-pagi bangun tidur masih bermalas-malasan mengingat hari ini weekend. Huuuuft..., seenggaknya bisa sedikit meregangkan otot dan membujuk kejenuhan ini agar menyingkir pergi jauh-jauh dari hidupku. Belum beranjak dari tempat tidur namun pikiran sudah entah pergi kemana, dan tiba-tiba saja teringat dengan Ibu yang jaga kos ketika di Surabaya dulu (tahun 2008),  lupa namanya biasanya hanya dipanggil ibu sama kita-kita, semoga beliau selalu sehat dan diberi umur panjang (big hug). Diantara kita bertiga (aku, Esti dan Prima) hanya aku yang dekat sama beliau mungkin karena aku masuk malam sehingga banyak waktu yang terlibat kontak fisik dengan ibu dibanding Prima dan Esti, mengingat pagi adalah normalnya orang-orang beraktifitas tapi dengan yang lain juga enggak tuh.

Pertama kali melihat sedikit takut juga secara bila dilihat sekilas ibu terlihat galak, tapi perkiraanku salah ibu baik bahkan sangat baik denganku. Sering memasakkan air panas untuk mengisi teremos mengingat waktu di Surabaya aku belum bisa minum air putih sehingga hari-hariku dipenuhi dengan minum teh ataupun minum air sirup yang penting air minum ada warnanya. Namun entah mengapa bagi para cowok ibu tak disukai sedikitpun dan ibu juga gak akrab dengan mereka.

Banyak aktifitas yang aku habiskan dengan ibu, ketika pulang kerja sering ibu ke kamar untuk menanyakan apakah sudah makan dan mengajak untuk memasak bareng ini berawal  kalau siang saat malas mencari makan dikarenakan cuaca yang sangat panas hingga memilih meminjam dapur untuk membuat mie instan atau menggoreng telur mengingat ketika pulang juga dibawain lauk dari rumah, menawarkan diri untuk membeli jus yang ada di seberang jalan (jusnya enak lho, mantap deh) tapi seringnya aku berangkat sendiri sekalian mempelajari keadaan sambil mengunggu antrian yang beli banyak dan jus strowberry menjadi andalan kalau enggak ya jus mangga.

Dari seringnya hilir mudik ke dapur untuk membuat makan siang inilah aku bisa lebih kenal dengan ibu, bahkan kalau siang aku diajak ibu untuk masak bareng ya sekedar membantu menggoreng atau membuat racikan bumbu atau memotong sayur yang akan diolah kadang juga membantu mencuci piring sambil cerita-cerita walaupun terkadang enggak ngerti juga dengan apa yang ibu maksud mengingat logat dan beberapa kosakata yang takku mengerti artinya namun cerita-cerita mengalir saja terus. Ngobrol mulai dari ngomongin dua satpam yang jaga di depan, tentang penghuni kos yang sudah gak disana hingga yang baru masuk, cerita tentang kampung halamannya, ketika ibu masih muda, keluarganya, membahas masakan, banyak banget deh initinya ngerumpi. Sempat heran dan bertanya-tanya juga dengan diri sendiri mengapa hanya aku yang langsung bisa dekat dengan ibu padahal awal-awal yang sering kontak fisik dengan ibu ya Esti sama Prima. Mungkin ibu kasihan kali ya melihat aku hanya sendirian di kamar tanpa teman, merana.... 

Ibu sangat baik denganku, banyak membantuku ketika berada di perantauan. Aku suka kegiatan masak bareng dengan ibu, kadang juga sedikit protes bila melihat ibu sedikit jorok, dan membandingkan apa yang dilakukannya dengan cara ibuku di rumah ketika memasak tapi ibu juga kadang bawel ketika yang aku lakukan salah dan banyak nanya, hehehehe..... Ibu gak marah kok malah ketawa-ketawa, pernah juga memuji kalau aku pinter yeee yeee yeeee horeee..... selesai masak ibu mencuci peralatan masak aku membantu membersihkan dapur trus makan bareng dan setelahnya menyuruhku tidur. Tak jarang ibu juga mrnyuruhku membawa semangkuk sayur ataupun lauk plus sepiring nasi yang barusan dimasak untuk makan kita bertiga. Memang seh masakan ibu rasanya kagak karuan ga ngalor ga ngidul rasanya anehlah menurut kita-kita dan karena Prima dan Esti pulangnya sore maka mereka berdualah yang mendapat jatah menghabiskan. Sebagai anak kos lumayan lah mendapat lauk gratis meskipun rasanya seadanya mengingat warung juga jauh dan parahnya kagak ada kendaraan yang digunakan untuk mondar-mandir. Biasanya massakan ibu dipadu dengan lauk yang dibawa dari rumah untuk menyamarkan rasa.

Menurut cerita ibu, majikan atau yang punya tempat kos ini orangnya sangat pelit, apalagi anaknya tu lebih pelit lagi kalau memberi uang belanja peritungan dan kalau beli-beli sesti di catat uang dibelikan apa saja komplit dengan harganya padahal ibu juga mesti membeli daging untuk anjing peliharaan mereka. Karena tak tega seringnya ibu membeli daging dari uang pribadinya sendiri yang didapat dari mencucikan baju orang-orang yang kos disana. Sepertinya tak hanya anjing yang ibu manjakan kita bertiga pun juga dimanjakannya, sering pas makan siang bareng setelah memasak ketika makan bareng ibu memberikan lauk entah itu tempe, ikan ataupun ayam kepadaku sedangkan ibu makan hanya menggunakan sayur tanpa lauk tambahan. Gara-gara seperti ini ni seringnya aku ribut sama ibu gak bisa kalau seperti ini, makanya aku kembalikan lauknya dan lari ke kamar makan dikamar biar enggak dikembalikan lagi tapi lama-lama ibu paham makanya memilih untuk diparo tapi tetap saja bagian banyak dikasih aku, kalau ibu lengah ya aku kembaliin kadang juga aku sembunyiin di bawah nasinya biar gak ketahuan sebeluma ku tinggal kabur ke kamar. Tak hanya lauk, sebenarnya kalau ibu punya jajan entah itu buat sendiri ataupun beli ketika habis dari pasar kadang mengetuk pintu kamarku dan memberi jajan pasar buatku.

Aku juga pernah ikut ibu ke Pasar Kayoon, mengingat kos yang tidak begitu jauh maka berangkat jalan kaki. Tempatnya seh seperti pasar-pasar lain yang sedikit becek dan bermacam-macam aroma, lumayan lama juga mengikuti ibu menyambangi pedagang-pedagang untuk membeli bahan-bahan yang akan diolah dan setelah selesai pulangnya naik becak. Kalau mau jalan bisa tapi mengingat hari sudah panas makanya lebih memilih naik becak sekalian jalan-jalan katanya sebenarnya naik becak malah memutar memgingat daerah Surabaya banyak jalan satu arah sehingga jarak yang tadinya dekat bisa menjadi jauh.

Nah gara-gara ngikut ibu ke pasar ini lah menjadi masalah baru buatku, ketika melewati Embong Cerme di depan hotel Tanjung Indah, ibu sempat disapa oleh seorang pria kagak tau namun sepertinya mereka saling kenal. Tapi sapaan itu tak sekedar sapaan biasa, menurut penuturan ibu setelah momen naik becak, pria yang menyapanya tadi siang meminta ibu untuk mengenalkannya padaku, karena ibu tau pria itu orangnya gak bener makanya enggak ditanggapi permintaan itu dan imbasnya pria itu dari siang mondar-mandir di depan kos terus. Syereeeem..., apalagi menurut cerita-cerita kalau orang Surabaya itu nekat-nekat semakin keder donk untuk keluar rumah. Lalu bagaimana berangkat kerja ni, secara pria itu tak henti mondar-mandir sampai Prima dan Esti ketika pulang dan tau ceritanya ikut hawatir. Satu-satunya jalan ya telepon teman suruh jemput. Sementara waktu kalau berangkat aku diantar mengingat jalan yang sudah mulai gelap dan jalan menuju kantor juga bisa tergolong sepi hanya mobil dan motor saja yang berseliweran.

Ibu memang baik tapi kita bertiga paling anti sama ibu ketika sudah mulai awal bulan, karena ibu bakalan mengedor pintu tiap penghuni kos muter membawa kwitansi menagih pembayaran kos. Nah kan kalau sudah gini aku sementara waktu memilih ngendon di kamar saja, sampai kosnya dibayar Esti sebagai penanggung jawab, selama ini gak pernah seh menagih uang kos padaku tapi tetap saja gak enak kalau di ketuk buat massak bareng baru mau. Meskipun kos dibayar kantor tapi tetap saja administrasinya lama mesti nunggu transferan dulu dari Bali mengingat dulu kantor pusatnya ada di Bali.

Meskipun ibu sudah tua tapi dandanannya kagak kalah dengan anak muda, pernah aku diajak masuk kamarnya dan disana baju-baju banyak pake banget deh, disetiap sudut ada tumpukan baju dan barang termasuk barang yang di kasih penghuni kos sebagai kenang-kenangan. Di dalam kamar aku melihat rokok dan botol minuman keras pas aku tanya ibu malu-malu menjawab kalau itu punya dia, yang di konsumsi sesekali.

Di Surabaya banyak suka duka yang aku alami, tapi yang paling sulit adalah menghilangkan kejenuhan dan kangen keluarga di rumah, untung saja masih ada teman-teman yang sering sms memberikan semangat agar bertahan dan memang meski bertahan karena ini pilihanku, lebih tepatnya pelarian yang aku lakukan :(

Karena sudah membahas Surabaya aku kupas tuntas saja deh semuanya sekalian nostagila biar skalian melownya. Penasaran Klik disini

0 komentar:

Posting Komentar