10/12/14

Punggung yang Sejak Lama Kunanti

Pagi-pagi dari kamar sebelah terdengar keceriaan lagu JKT 48, tumben bener ade perempuanku memutar lagu itu. Sepertinya lagu ini sudah lama tidak terdengar di rumah ini, sambil bermalas-malasan memandangi langit yang sedikit mendung dari jendela yang sudah dari subuh aku buka untuk mempersilahkan udara pagi masuk ke kamar. Apa-apaan ini pagi-pagi sudah berisik, sambil mengingat hari tapi setahuku ini bukan hari sabtu yang sudah menjadi rutinitas pagi-pagi akan terdengar suara berisik dari teman-teman kuliah ade yang selalu menginap di rumah tapi ini rabu bukan sabtu, tidak seperti biasanya yang hingga siang tak terdengar satu suarapun kecuali dialog dari drama korea yang selalu menjadi menu pagi di layar televisi maupun lepi miliknya.

Beranjak dari tempat tidur adalah hal yang harus di lakukan jika tidak ingin berlama-lama merasakan dinginnya malam yang belum seluruhnya menguap terkikis kehangatan matahari pagi. Ketika melewati kamar ade aku melihat seragam putih merah tergantung rapi di pintu dan samar-samar aku mendengar suaranya, benarkah itu suaranya..., ragu. Antara iya dan tidak, apakah aku berhalusinasi karena beberapa hari ini memilirkan bocah kecilku. Tidak. Aku tidak mimpi, ini benar dia yang beberapa hari lalu aku pandangi dari balik jendela tempo hari.

Rasanya lega melihat Putra ada di rumah ini lagi, melihatnya tiduran sambil membawa hp yang berisi lagu-lagu penyanyi favoritnya JKT48, sambil sesekali  menggerakkan tangan dan mengikuti lirik yang sudah pasti dia hafal dengan benar. Ingin mendekapnya namun ada sesuatu yang mendorongku untuk tidak melakukan hal itu lalu aku langkahkan kakiku ke bawah untuk beres-beres rumah berlanjut dengan menikmati segelas teh hangat sambil nonton film drama korea yang kini sudah menjadi agenda rutin jika tidak mendapat jawdal kerja pagi.

Segelas susu, sepiring mangga yang sudah di kupas dan juga cemilan sudah ibu persiapkan untuk Putra, bahkan sudah ditawari ingin sarapan sama apa bayangkan sebegitu pedulinya orang rumah kepadanya. Tak lama Putra pun turun dan main di bawah bersamaku, Aku tak percaya bila ini anak kecil yang dulu selalu ada di rumah ini, yang kemana-mana selalu ikut, selalu di cari bapak ketika seharian tak melihatnya dan selalu tertarik dengan hal yang berbau horror. Bukan sebuah kebetulan sebenarnya karena Putra di titipkan di rumah karena ibunya ada urusan yang takutnya akan memakan waktu lama sehingga tidak bisa jika membawa Putra lagian juga harus sekolah. Putra berubah tidak seceria dulu, aku kehilangan sosoknya yang selalu ceria, kecerewetan dengan segala pertanyaan keingin tahuannya dan pipi buletnya itu kini sudah tidak ada.

Anak kecil ini sekarang menjadi pendiam, tak banyak gerak dan tak terdengar tawa hingga teriakannya seperti dulu. Mas Pupu ku sudah berubah, bahkan dia juga seperti asing di rumah ini, beberapa kali kami sempat saling berpandangan seakan masing-masing saling mencari tau apa yang sedang ada dalam pikiran lawan namun berakhir dengan diam, tak ada sepatah katapun yang keluar dan juga tak ada yang bisa aku lihat dari dirinya begitu tertutup dan dalam. Tak sanggup memandang mata sayu itu, binar mata yang dulu sering aku lihat hilang entah kemana perginya.

Segala macam makanan yang di tawarkan di tolaknya bahkan susu yang sudah di buatkan pun tak disentuhnya lagi, iba melihatnya seperti ini. Dia perasa seperti halnya aku jadi ketika kami hanya berdua tak ada perbincangan yang terjadi bahkan obrolan yang aku mulaipun tak ada tanggapan darinya. Aku ingin mas Pupu yang seperti dulu, anak yang ceria, pintar, aktif, kritis dan keceriaannya itu kini seakan tak pernah ada, mata binar sekarang terlihat sendu menyimpan sesuatu entah apa. Andai aku bisa melihat apa yang menjadi pikirannya sekarang, anak kecil yang kuat dimana harus dewasa sebelum waktunya dan mengerti tanggung jawab yang menantinya. Mas Pupu beli es krim lagi yoo..., mainanmu masih banyak tertinggal disini, foto juga video kelucuanmu juga masih tersimpan rapi.

Keadaan membuat segalanya berubah, tak peduli siapa orangnya tak pernah ada yang bisa melewati perputaran waktu dan segala proses kehidupan yang selalu berjalan seiring denting yang selalu berirama.

Related Posts:

  • Merapi Dalam Ingatan #Diantara Hujan AbuBaru nyampe kantor jam di komputer menunjukkan angka 19.00, yang memang jika hari jumat masuk lebih cepat dari hari biasanya ini karena esok harinya pulang lebih cepat pula. HP ku berbunyi, terlihat dalam layar ternyata bapak… Read More
  • Merapi Dalam Ingatan #Mengungsi Lega juga bisa sampai rumah walau agak sedikit molor dari jam seharusnya. Sepanjang jalan hanya berselimut debu vulkanik dari gunung merapi dan kabut yang mulai memudar. Merasakan sebuah perasaan nyaman dan aman, membayangka… Read More
  • Abu Tokoh Utama Liburan kali ini punya banyak cerita, dari abu yang ikut serta dalam petualangan yang menambah keseruan tersendiri. Dan sepertinya kali ini abu lah yang menjadi tokoh utama sekaligus penyelamatku. Sepertinya penjelajaha… Read More
  • Merapi dalam Ingatan #Hujan Pasir Menyambung pembicaraan tentang hujan abu dari gunung kelud yang meletus kamis kemaren (13/02/2014) banyak pemberitaan baik di media cetak, elektronik maupun di jejaring sosial yang saat ini masih menjadi dan menjadi med… Read More
  • Menjelang Lebaran Hari ini hari terakhir puasa dan juga menjadi hari tersibuk untuk sebagian ibu-ibu yang mempersiapkan hidangan lebaran serta hari terkompak senusantara karena hampir di setiap rumah menu masakannya sama opor ayam dan s… Read More

0 komentar:

Posting Komentar