Satu tradisi yang biasa dilakukan sebelum ramadan salah satunya adalah ziarah ke makam leluhur. Dan keluarga kami melakukannya di hari minggu sebelum ramadan, karena di hari kerja semuanya pada sibuk dengan urusannya masing-masing. Berangkat ketika fajar menyingsing untuk menghindari kemacetan dan agar bisa beristirahat lebih lama sehingga pulang juga tidak terlalu malam sampai di rumah.
Kali ini agenda ga hanya ke tempat makam leluhur juga mengunjungi beberapa keluarga ibu yang kebetulan tidak begitu jauh dari tempat kelahiran bapak. Mungkin kurang lebih 2 jam perjalanan untuk sampai ke tanah kelahiran ibu.
Bias jingga mulai terlihat di ufuk timur memberi degradasi yang apik di antara birunya langit dan gumpalan awan yang beriring-iringan tertiup, angin yang sedikit dingin menusuk kulit di pagi ini. Perjalanan pagi memang menyenangkan, sempat juga melewati sunmor (sunday morning) di daerah Salatiga yaitu seperti pasar dadakan yang hanya ada di hari minggu pagi sampai menjelang siang yang di gelar di lapangan meskipun sekarang sudah meluap berderet di pinggir jalan mengingat begitu banyak pedagang dan pembeli yang tak mau melewatkan momen itu.
Selain pasar dadakan di perjalanan juga sempat merasakan sedikit kemacetan karena ada kecelakaan truk berisikan karung-karung (entah isinya apa) terguling di arah sebaliknya yang memakan sebagian bahu jalan sehingga membuat lalu lintas sedikit tersendat. Kecelakan sebelum jembatan bila dilihat dari arah truk. Karena mobil yang berjalan melambat, aku yang tadinya memejamkan mata masih ngantuk karena harus bangun pagi dan ga tidur lagi seperti biasanya terbangun dan mencari tau apa sebenarnya yang terjadi, entah ini hanya halusinasi atau memang benar saat melewati jembatan yang di bawahnya sungai kalau ga salah aku melihat menangkap sosok yang tak terlihat di samping jembatan di seberang arah berlawanan. Ga begitu jelas hanya terlihat bagian kepala saja, kepalanya dipenuhi bulu berwarna hitam dan memiliki tanduk sedang tersenyum melihat ke arah truk yang terguling.
Ingin bertanya kepada adik lelakiku yang duduk di sebelahku atau setidaknya mengatakan apa yang baru saja aku lihat tapi niat itu aku urungkan, dan ketika melihat truk yang terguling barulah tahu bahwa kemacetan disebabkan oleh truk ini. "Apa sosok yang aku lihat tadi senyum dengan truk yang terguling, tapi mengapa....?!" Permainan otak, pertanyaan yang datang ditujukan untuk diriku sendiri dan anehnya seperti mendapat penjelasan dengan kebingunganku bahwasanya memang sosok yang aku lihat itu sedang tersenyum melihat ke arah truk yang terguling tapi bukan menjahili atau ingin berbuat jahat dengan mencelakakan pengguna jalan, hanya memperingatkan jika muatan truknya berlebih dan membahayakan dirinya juga pengguna laen. Dan mata ini pun seperti di tunjukkan dengan karung-karung yang berserakan semua di pinggir jalan. Bagai sebuah pembuktian bila penjelasan itu tidak mengada-ada. Entahlah aku masih belum percaya dengan yang terjadi barusan, tapi ingin mengklarifikasi tentang kebenaran juga sama siap masa ya sama adikku, iya kalau dia mau jawab kalau malah ditinggal tidur bagaimana....
Selama perjalanan masih kepikiran, tapi semakin di pikir juga ga menemukan penjelasan pastinya. Memilih untuk menyerah dan membiarkan segala kebingungan mengendap di dasar otak.
***
BERSAMBUNG...
0 komentar:
Posting Komentar