Kita pastinya pernah donk makan makanan serba asap, mulai dari ikan asap, daging asap, sampai sosis asap. Semua yang diasap biasanya meninggalkan citarasa unik yang membuat ketagihan.
Ikan maupun daging asap ternyata sudah populer sejak pertengahan abad ke-19 hingga kini. Makanan yang di olah lewat proses pengasapan memang memiliki citarasa tersendiri. Jaman dahulu suku Indian tanpa sengaja menemukan cara pengolahan makanan asap karena kejadian unik, daging maupun ikan hasil buruan suku Indian dulunya kerap mengundang lalat, awalnya mereka hanya ingin mengusir lalat saja, suku Indian menumpulkan daging lalu daging di gantung untuk mengeringkan airnya itu ternyata asap ini berguna juga untuk mengawetkan.
Di suku pedalaman Indonesia pun sebenarnya telah mengenal metode pengasapan makanan sejak lama, hasil metode pengasapan untuk mengawetkan dan membuat citarasa makanan menjadi lebih khas akhirnya membuat banyak rumah-rumah pengasapan kian menjamur. Bahkan kini perkembangannya gak cuma ikan dan daging saja yang bisa diolah dengan pengasapan, misal keju, teh, bir, bahan untuk whisky, juga ada sayur-sayuran.
Aneka makanan yang diolah dengan cara diasap ternyata kaya gizi, tapi dengan syarat pengasapan dilakukan secara benar. Bila makanan yang dilakukan pengasapan dengan proses yang tidak benar atau dengan dilakukan dengan suhu yang terlalu berlebihan, terlalu tinggi dan pengasapan yang terlalu lama (lebih dari 2 minggu) tentun saja akan mengurangi kandungan gizi makanan tersebut. Untuk menetralisir makanan asap yang mengandung karbon dioksida yang kita makan bisa menggunakan minuman kopi.
Pengasapan selain membuat makanan menjadi nikmat dan tahan lama, harga makanan asap juga tidak terlalu mahal ternyata, ikan asap harganya berkisar Rp5.000,- sampai Rp9.000,- perpotongnya, tapi walaupun murah tetap harus waspada karena ada saja pedagang nakal yang memasukkan tawas ke dalam proses pengasapan ikan . Ikan yang sudah sudah ditangkap biasanya akan cepat busuk kalau tidak langsung di olah. Bagi pedagang ikan asap yang nakal biasanya merendam dulu ikan ke dalam larutan tawas atau aluminium sulfate. Tawas akan membuat ikan asap menjadi putih, kenyal, ketat, serta mengurangi rasa pahit dan bau amis. Saat di rendam daging ikan akan menyerap unsur logam aluminium pada tawas. Kandungan logam ini tidak akan hilang walau ikan menjalani pengasapan hingga 4 jam lamanya. Sejatinya tawas tidak termasuk dalam bahan pengolahan makanan, biasanya tawas digunakan sebagai penjernih air karena dapat mengendapkan kotoran. Tawas juga merupakan bahan dasar pembuatan deodorant karena memiliki sifat astrigen (astrigen adalah zat yang menyebabkan jaringan biologis berkontraksi atau berkerut, digunakan sebagai obat luar untuk merawat kulit ) dan anti biotik.
Tawas yang mengandung senyawa aluminium ini jika tertelan manusia bisa berbahaya. Kandungan logam aluminium pada tawas juga akan membuat organ hati pada manusia yang berfungsi sebagai alat detoksifikasi rusak parah. Satu lagi kandungan berbahaya yang terdeteksi dalam ikan asap adalah bakteri clostridium perfringens. Racun yang di produksi bakteri clostridium perfringens jika dikonsumsi manusia akan menyebabkan gejala keracunan mulai dari muantah-muntah, diare akut bahkan kematian. Bakteri clostridium perfringens biasanya ada dalam makanan yang tidak segar sehingga rentan terkontaminasi bahkan sebelum dilakukan proses pengasapan, terkontaminasi rentan terjadi saat pendistribusian makanan. Jadi pastikan tetap waspada saat mengkonsumsi ikan asap.
Ternyata gak perlu khawatir dengan keberadaan ikan asap yang mengandung tawas di pasaran sebab sekarang ikan asap yang sehat bisa dibuat sendiri, apalagi setelah ditemukannya proses pengasapan modern yang menghasilkan asap cair. Asap cair merupakan sisa pengembunan uap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, bunga kelapa sawit serta ampas penggergajian kayu. Asap cair efektif menghambat perkembangan bakteri jadi aman digunakan sebagai pengawet makanan alami ketimbang formalin atau boraks.
Bahkan sekarang asap cair di jual bebas di pasaran, tapi harus teliti membeli karena asap cair memiliki tingkatan dan fungsinya berbeda-beda. Asap cair B1 biasanya digunakan dalam pengawetan pangan mentah untuk memperpanjang usia makanan. Biasanya digunakan pada ikan segar, aneka daging atau buah-buahan. Asap cair B2 biasanya digunakan dalam pembuatan mie basah, tahu, bakso, daging dan ikan asap, ikan pindang, ikan asin dan kerupuk. Sementara B3 biasanya digunakan sebagai menambah aroma barbecue pada sosis. Cermati dan teliti sebelum membeli ya. (L)
0 komentar:
Posting Komentar