Hari ini sepertinya menjadi hari makanan buatku. Pagi-pagi sudah sarapan dengan sayur sup yang dimasak ibu dengan cara berbeda antara sayur dan kuah di pisah, katanya agar sayurannya tidak "medok" apa ya bahasa bakunya "medok" mungkin bisa di ibaratkan sayurannya tidak lembek ya semacam itu lah. Like it dengan begini aku tidak perlu bersusah-payah untuk memilah-milah agar wortel tidak terangkut olehku (tidak suka wortel). Walau sudah kenyang namun kebiasaan ngemil tidak bisa absen, meskipun perut sudah kenyang bila belum ngemil berasa ada yang kurang selalu mencari-cari cemilan apalagi di rumah juga selalu tersedia cemilan ya maklum saja keluargaku memang semuanya suka ngemil, seperti gayung bersambut bukan. Kalau begini mana bisa kurus coba, mungkin kurus hanya menjadi impian yang tergantung di surut kamar kali ya cuma di lihat tanpa usaha untuk meraihnya.
Sesampainya di kantor terdapat seloyang pizza dan aku juga mendapat bagian katanya seh dari bu Devi bagian online, alhamdulillah datang-datang sudah dapat rejeki walau hanya dapat bagian satu potong tapi cukup untuk mengganjal perut buat sementara. Sore hari melihat mba Tami membuka dompet yang katanya ingin beli obat buat radang tenggorokannya di supermarket atas, heran ya kerja masih bisa kelayapan ke supermarket ini karena kantorku masih satu atap dengan salah satu supermarket, jangankan ke supermarket kelayapan ataupun muterin kota juga gak ada masalah asal di bagianku ada orang (tidak kosong) menunggu. Setelah sedikit berpikir dan menimbang keputusan akhir aku nitip roti pisang untuk makan malamnya, buat jaga-jaga kalau hujan jika tidak bisa beli makan diluar.
Segelas kopi dan sebungkus roti pisang keju menemaniku main game dan untuk menghangatkan tubuh dari udara dingin dikarenakan hujan yang turun, berharap juga agar ngantuk ini pergi biar mata bening seperti televisi yang mendapatkan sinyal full. Hmmmm....sambil berbincang-bincang dengan mba Tami dan mas Agung, Pak Bowo datang memberi bak pao, masih panas seh tapi perut juga masih kenyang dengan segelas kopi dan roti, tak berapa lama Prima yang dari sholat datang membawa jajan katanya diberi Esti, nah kan dapat makanan lagi tapi bagaimana makannya coba sedangkan perutku masih kenyang. Bakpao bila sudah dingin sudah enggak enak, kalau jajan masih bisa disimpan buat anak pagi, mau dikasihkan orang juga tidak enak masa diberi malah diberikan ke orang lain lagi, gak sopan itu namanya.
Nah dari sinilah cerita aneh ini bermula.
Karena lapar dan memang sudah jam makannya lalu mba Tami menyuruh pak Yus yang memang di kantor menjabat sebagai office boy (OB) untuk membelikan makan pilihan menu jatuh ke mie ayam jakarta, ini juga karena mba Tami lagi gak enak badan kalo sehat pastinya sudah berangkat sendiri dah. Saat menerima uang pak Yus seperti ragu sampai-sampai menerawang uang Rp. 20.000,- Setelah menyelesaikan cucian pak Yus pun bergegas pergi. Yah mesti sabar bila menyuruh pak Yus sudah di jamin pasti lama karena jalannya pelan-pelan. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya pesanan datang juga tapiiiii.... sambil menyerahkan bungkusan plastik hitam pak Yus bilang "uangnya tidak kurang" aku dan mba Tami saling pandang karena di dalam kantong plastik itu ada dua bungkus mie.
Mba Tami : "Pak Yus, mienya kok dua...." Jelas saja bingung karena yang beli cuma mba Tami akunya enggak.
Pak Yus : "Uangnya enggak kurang, pas" Sambil berlalu ke belakang untuk menyelesaikan pekerjaannya
Mba Tami : "Belinya kan satu kok ini ada dua ya...??!
Pak Yus : " Enggak apa-apa..."
Terang saja aku sama mba Tami bingung bercampur bingung, mungkin dikiranya pak Yus aku juga pesan seperti biasanya padahal kali ini aku enggak pesan. Karena sudah di beli ya terpaksa yang satunya aku yang makan, walau masih agak kenyang.
Saat mengintip bungkusan alangkah terkejutnya mba Tami karena mie ayamnya ada pangsitnya, waah kurang donk uangnya, masih mengingat-ngingat harga mie ayam pake pangsit sepertinya Rp. 12.000,- aduh nombok dan mba Tami memberikan uang Rp 6.0000,- kepada Pak Yus, awalnya menolak dan masih kekeh kalau uangnya pas enggak kurang namun dengan sedikit paksaan akhirnya mau juga menerima. Dan ketika mie sudah siap di racik kedalam mangkuk tererereeet tereeeeet...... waaah ternyata isinya bukan hanya pangsit namun ada bakso dan telor separo, waaah ini namanya mie ayam komplit harganya pasti lebih mahal. Kita mengira-ngira harganya Rp 15.000, saat browsing mencari harga mie juga mendapati harga yang sama. Kurang lagi...., mba Tami kembali menyerahkan kekurangan uang kepada pak Yus Rp 5.000,- Lunas.
Masih ngedumel dengan tingkah pak Yus yang nyentrik dan penuh inisiatif ini, dan ini terjadi bukan hanya saat ini namun sudah banyak orang mengalami ide spontan pak Yus. Ini jika yang membeli yang lain pastinya akan melihat harganya dulu bila uangnya tak cukup pastinya akan balik dulu dan bilang uangnya kurang atau kalau enggak akan dibelikan sesuai uang yang di bawa, lha ini bukannya membeli mie ayam biasa malah dibelikan yang komplit jelas saja uangnya kurang udah gitu dibelikan dua pula untung saja ini ga pake lama biasanya bisa ampe lumutan kali nunggu makanan datang. Memang kalau minta tolong membelikan sesuatu kepada pak Yus mesti di tulis untuk mempermudah dan menghindari hal yang tidak di inginkan yaitu keliru. Ya maklum saja Pak Yus sudah tua seharusnya sudah pensiun, dan asal tahu saja ya Pak Yus itu kaya lho ia punya warung nasi kucing di beberapa tempat, punya usaha sarang burung walet, sekarang malah akan membuka usaha lagi warung mie ayam ceker. Walaupun OB ia punya beberapa motor bahkan mobil, hebat kan tapi ya itu hampir seluruh hidupnya untuk bekerja. Bayangin saja bila masuk siang pulang kerja langsung ke warung nasi kucing hingga pagi, di rumah masih membantu istrinya jualan dan sesekali pergi ke suatu tempat untuk mengambil hasil panen sarang burung walet, lalu istirahatnya kapan....?! Istirahatnya waktu di kantor, biasanya di tengah-tengah pekerjaan yang belum beres ia akan tidur hingga kadang hampir waktunya pulang kerjaan belum beres semua sampai kadang kena semprot namun tetap saja begitu tidak berubah.
Karena masih kenyang mie aku makan pelan-pelan biar bisa masuk semua, kasihan kalau di buang tar makanannya nangis. Sambil nonton televisi sesuap demi sesuap perlahan namun pasti, menengok ke mba Tami ternyata mie sudah ludes tak tersisa mungkin karena mba Tami laper kali ya makanya cepat habis. Walau agak lama akhirnya mie ayamku habis juga cuma menyisakan telur ini bukannya enggak suka namun rasa telurnya agak aneh. Perut sudah terisi super full. Ketika Pak Yus ke ruanganku untuk mengambili sisa-sisa gelas-gelas kotor ia menyodorkan secarik kertas sambil berkata "tadinya mau berbohong tapi tidak bisa" mba Tami yang menerima melihat secara seksama kertas itu dan memperlihatkannya kepadaku ooo..., ternyata bill dari pembelian mie ayam dan di situ tertera angka Rp 32.000,- waaaah uangnya masih kurang Rp 1.000,- Sungkan juga memberikan uang sisa kekurangannya, sudah monta tolong malah bayarin dulu, gak enak sendiri deh. Pak Yus juga gitu kurang tidak minta malah bilang kalau uangnya pas :(
Lucu juga seh, sebungkus mie ayam memberi kejutan dari salah order hingga mendorong kita untuk berspekulasi harganya. Untung kita tahu kisaran harga mie ayam kalau enggak pak Yus bisa nombok. (L)
0 komentar:
Posting Komentar