Kadang waktu ngobrol-ngobrol sama teman disela kesibukan kerja merasa bingung mengapa selepas gajian uang bagai numpang lewat langsung masuk pos-pos tinggal menyisakan receh untuk hidup selama sebulan itu pun merti ngirit agar bisa bertahan hingga gajian. Dan setelah mengingat isi dompet yang tak pernah bisa bertahan lama lagi-lagi helaan napas panjanglah yang seakan bisa kita lakukan untuk menyambung rasa pusing dengan ketimpangan antara pendapatan melawan pengeluaran, yang ada besar pasak daripada tiang hingga menyebabkan kapal oleng di tengah lautan. Hehehehe...., perumpamaan yang terlalu di dramatisir ya (ngikut anak-anak jaman sekarang yang menyebutnya galau-dilema).
Lalu ujung-ujungnya melihat kehidupan orang lain, kadang heran juga melihat mereka yang sama-sama kerja dengan pendapatan bisa di bilang ada di bawahku namun bisa menggunakan perhiasan emas komoplit dan lengkap, baju yang sering ganti-ganti (maksudnya di sini sering belanja baju), bisa bangun rumah, bisa beli motor bahkan ada juga yang bisa beli mobil, woooow.... hebat ya. Heran bagaimana mereka mengolah keuangannya sehingga bisa mencukupi kebutuhan bahkan bisa menabung juga.
Tak hanya sekali dua kali keheranan itu muncul dalam obrolan-obrolan singkat, semakin di pikir dan di cermati yang aku dapat kesimpulan mereka menggunakan uangnya sebagian untuk di tabung, tidak mementingkan makan dalam arti mereka makan seadanya tidak bermewah-mewah dan mungkin jajan di luar atau sekedar membeli cemilan untuk di rumah menjadi barang langka, sedangkan kita-kita yang biasa hidup boros ini bagaimana....???! Walaupun tidak menggunakan gaji untuk shooping membeli baju ataupun bersenang-senang memanjakan diri ke salon, membeli barang-barang yang masih in saat ini namun untuk membeli cemilan dan makan seakan menjadi kegiatan wajib. Membeli jajan untuk cemilan di rumah ataupun makan di luar menjadi kebiasaan agenda rutin setelah gajian, sedangkan jika ditelaah membeli jajan saja tak cukup satu atau dua macam namun beraneka makanan ringan menjadi penghuni keranjang belanja dan begitu juga dengan makan di luar sudah pasti uang yang keluar lebih banyak dan kalaupun memutuska untuk memasak sendiri di rumah maka tak cukup hanya memasak sayur bayam atau sup tanpa tambahan yang lain, lauk tambahan(tempe tahu, ikan ataupun daging) dan buah sudah tentunya juga tersaji nah berapa doit yang keluar untuk semua itu....???!!
Bila ingin bisa membeli barang-barang dan memiliki tabungan coba saja hidup seperti mereka. Caranya simple dan gak rumit cukup dengan "setiti" dalam arti kata saat gajian langsung di pos-poskan bagi yang punya tanggungan hutang, biaya hidup sehari-hari, dan jangan lupa untuk tabungan. Usahakan buat satu tabungan yang gak di otak-atik atau jangan di ambil apapun keadaannya dianggap uang yang masuk tabungan uang hilang (tidak ada) jadi jangan di masukkan perhitungan ya. Saat berbelanja belanjalah hanya sesuai kebutuhan saja, seakan menutup mata dengan godaan dari barang-barang di mall ataupun di supermarket sehingga terhindar pernyesalan ketika sampai di rumah atas barang yang sudah dibeli. Uang yang keluar mesti benar-benar kita kontrol, sebaiknya tau kemana dan untuk apa uang itu keluar. Ini tidak mengajarkan untuk pelit ya, hanya saja agar kita lebih bijaksana dalam mengelola keuangan. Ya anggap saja demi kebaikan kita juga nantinya di masa depan.
Bagaimana bila ingin membeli suatu barang...?! Belilah dengan uang kebutuhan sehari-hari dan bila tidak ada dana tersisa maka buatlah pos atau anggaran baru untuk membeli barang yang di inginkan asal jangan mengambil uang dari tabungan yang sudah di rencanakan. Jangan terlalu menuruti ego dan keinginan karena sebagai manusia pastinya selalu punya keinginan-keinginan yang mendorong kita untuk lebih konsumtif. Intinya yang tidak ada jangan di ada-adakan dan mencoba menikmati apa yang kita miliki sekaligus memberi rem terhadap keinginan-keinginan yang tak kita butuhkan. (L)
0 komentar:
Posting Komentar