Cara beda in kepekaan perasaan dari hasutan setan sama yang bukan itu bagaimana ya....
Kalau konteksnya adalah hasutan makhluk lain (dalam hal ini adalah makhluk halus) maka jelas ada semacam bisikan yang bukan dari diri sendiri (diluar diri). Yang diluar diri biasanya tidak mudah untuk dikontrol. Sedangkan bisikan yang dalam diri sendiri itu dibedakan dari bisikan yang ada di dalam kepala adalah pikiran (otak depan, kiri, kanan atau tengah). Sedangkan perasaan atau nurani atau naluri itu berada diantara dada dalam (kiri, kanan atau tengah). Soal kepekaan ini sama seperti ketika merasakan panasnya api atau dinginnya es (alamiah). Jadi cobalah bedakan melalui penjelasan saya tesebut. Mudah-mudahan bisa dipahami dengan mudah dan jelas supaya tidak was-was atau khawatir tentang perbedaannya.
Kenapa yang dari dalam masih di sekat-sekat seperti dalam pikiran (otak depan, kiri, kanan, tengah) begitu juga dengan naluri
Iya sebab memang berbeda antara pikiran yang satu dengan pikiran yang lain. Ibarat satu rumah masing-masing punya ruang dan kamar sendiri-sendiri. Pikiran sendiri tidak hanya satu suara. Makanya sedetik bisa berpikir ini dan sedetik berikutnya bisa berubah pikiran. Bahkan pada kondisi tertentu dalam kepala itu bisa ramai seramai pasar swalayan, apabila sedang kacau atau terjadi pergulatan dalam diri.
Sedangkan perasaan hati atau nurani antara kanan dan kiri itu berbeda namun satu cabang dan tujuan.Yang disebelah kiri lebih dekat ke jantung, yang sebelah kanan lebih dekat ke organ hati. Apabila sedang terjadi perasaan tidak enak semisal "trataban" itu datangnya ditengah dekat dengan ulu hati.
Bisikan yang tidak mudah dikontrol adalah yang datang dari luar diri. Contoh mudahnya adalah apabila seperti dibisikin dari telinga sebelah kanan atau kiri. Ketika bisikan direspon masuk oleh belahan otak maka jadilah kepikiran. Dalam hal ini pikiran tempat berpikir-pikir. Apapun akan dipikirkan karena memang tugas pikiran adalah berpikir-pikir. Lalu hati atau perasaan nuranilah yang menimbang rasa. Apabila ada bentrok antara pikiran "bernalar logika" dan kondisi tidak logika/diluar logika. Maka yang terjadi adalah kebingungan, was-was, kekalutan dan ataupun ketakutan-ketakutan atas bayang-bayang. Seketika seseorang bisa saja berhalusinasi. Karena dirinya sendiri menciptakan imagi atau gambaran-gambaran negatif/pikiran negatif dan perasaan tak menentu. Bisa saja halusinasi seperti itu justru lebih dipercayai sebagai insting padahal bukan.Efeknya menjadi mimpi buruk dikehidupan nyata maupun mimpi buruk dikala sedang tidur.
Dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologis seseorang. Dan perubahan mendasar satu-satunya terlihat dari kharakter/temperamen sehari-hari yang menjadi berbeda. Berbeda perasaan, beda dipikiran dan beda dalam ucapan maupun tindakan/perbuatan.
Berati kepekaan ku termasuk di dalamnya ga mas, secara terkadang bisa merasakan emosi lawan bicaraku, kadang juga ada pertentangan tapi selama ini sepertinya enggak ke arah negatif seh bahkan tak jarang kaya mengarahkan ke arah yang baik, kaya ga boleh jahat sama orang lain, kaya ada tuntunan gitu.
Menilik dari kondisi tesebut, nampaknya wajar saja. Akan tetapi hanya perlu pengontrolan aja. Sehingga tidak menimbulkan efek berlebih. Dalam hal ini saya hanya menyarankan agar kamu lebih menguasai diri sendiri.
Menguasai diri sendiri seperti apa mas
Melawan ketakutan-ketakutan dan bayang-bayang diri sendiri. Karena kadangkala sengaja atau tidak justru itu memicu adanya kecenderungan menutup diri. Takut pada bayang-bayang dan angan-angan atau gambaran-gambaran buruk tentang yang akan terjadi atau tentang was-was. Jangan jangan.... (misalnya kayak gitu).
Kalau pikirku malah susahnya ngontrol emosi ya. Ketakutan dan bayang-bayang diri sendiri tu misalnya seperti apa
Emosi, prasangka adalah bagian dari pikiran (bagian atas yaitu kepala). Ketakutan dan bayang-bayang misalnya takut gagal, takut tidak berhasil, takut ditanya macem-macem dll.
Trus ngatasinya gimana mas
Ngatasinya adalÀh cobalah bersantai dan mulai berdamai dengan diri sendiri. Menikmati suasana dan mulai menerima apapun kondisinya. Supaya tidak terjadi pergolakan didalam diri. Menghirup nafas dengan kebebasan dan kelonggaran.
Buat dirimu senyaman mungkin.
Lalu kalau perbincangan antara naluri dengan otak gimana tu.... Iya, kadang ada kehawatiran yang berlebihan dari sesuatu hal seh tapi akhirnya bisa kontrol, biasanya kaya ada peredam gitu
Naluri dan belahan otak kadang tidak sepaham. Jadi kadang sering terjadi kesalah pahaman. Apabila terjadi perdebatan antara pikiran dan naluri maka bisa salah dalam mengambil tindakan atau kurang tepat dalam memutuskan suatu perkara.
Seringnya perdebatan hal yang ga begitu penting seh mas, dalam menyikapi masalah yang masih jadi ganjalan. Kalau ambil keputusan insyaallah masih bisa dipertanggung jawabkan ga ada unsur ragu. Sering juga kaya ada dorongan suruh ini, itu ga ada penjelasan buat apa tapi suatu ketika terjawab. Kaya mimpi juga gitu seringnya mimpi berupa potongan-potongan tapi kadang mimpi itu terjadi nyata.
Iya itu, makanya pinter-pinter mengontrol diri sendiri. Bawa relaks, enjoy aja.
Yeeee emang gitu, kadang juga heran sendiri kok. Udah rileks tapi sering datang juga. Trus kadang juga kaya tiba-tiba otak nangkap sesuatu dan itu juga bisa terjadi. Kalau kaya gini gimana mengontrolnya...
Yang datangnya tiba-tiba tanpa dipelajari anggap aja sebagai anugerah "kepekaan atas isyarah bathin". Jadi lebih enjoy dan bukan bagian dari suatu beban moralitas ataupun beban pikiran. Sehingga lebih bisa menikmati hidup dalam arti yang bebas dan merdeka, seutuhnya menjadi diri sendiri.
Hu um, lha kalau ga jadi diri sendiri mau jadi siapa, emang mau ada yg diajak tukeran (piisss).
0 komentar:
Posting Komentar