Weekend
minggu yang lalu ketika malam mulai terasa menyergap, di beranda
sambil melihat pemandangan malam kota Semarang yang berhias gemerlap
lampu-lampu sambil menikmati segelas milo hangat menjadi keasikan
tersendiri buatku yang tak suka dengan hiruk pikuk keramaian di luar
sana. Tentunya jalan-jalan mulai macet dengan orang-orang yang ingin
menghabiskan malam minggu di luar rumah. Buatku cukup pikiran
menjelajah bersama mimpi dan berimajinasi tentang hal-hal yang
terlintas di pikiran.
Sapaan
dari arah belakang sedikit mengusik dan membuyarkan hayalan yang
sudah membentuk episode dari satu cerita baru. Om ku yang datang hari
ini menjajariku untuk ikut melihat panorama malam dari jendela rumah,
sepertinya om terpukau dengan lampu-lampu malam yang seakan kompak
ingin mengusir kegelapan malam.
"Gimana
ndok kapan...., sekarang sama orang mana....?" tanya om yang
sering aku dengar ketika bertemu dengannya.
Hanya
seulas senyum yang aku tunjukkan untuk menjawab pertanyaannya dan aku
yakin om juga tau maksud dari senyumku itu.
"Masih
sama yang dulu apa sudah ganti...., tidak usah lama-lama nunggu apa
lagi".
"Iya
om, doanya om biar cepet. Masih orang yang sama om". Kalau
masalah cowok sedang dekat dengan orang mana sesekali aku cerita
dengan om, walaupun hanya itu waktu ditanya dan hanya bilang lagi
deket sama orang mana tanpa menyebut nama dan yang lainnya itu
menurutku sudah cukup karena aku juga enggak bisa terbuka dengan om
walaupun om adalah salah seorang kerabat yang menurutku sangat enak
diajak bicara dengan sikap sabarnya dan juga selalu memberikan
masukan yang logis namun memang aku tak bisa terbuka dengan orang ya
tetap saja mulut terasa terkunci rapat.
"Kalau
sudah mantap nunggu apa lagi." Sikap santainya membuatku tenang
dan ingin rasanya bercerita banyak dengannya namun susah bercerita
"Iya
om, nunggu dilamar donk...." Jawabku yang asal nyeplos di iringi
tawa dari kami berdua
"Ya
tunggu apa lagi, sudah pernah membicarakan masalah kaya gini sama
mas'e belum ndok"
Hanya
diam membisu, dan menghela napas panjang. Mungkin om menyadari ada
yang enggak beres sampai-sampai aku menghela napas panjang
disela-sela pembicaraan.
"Enggak
tau lah om, bingung..."
"Menangnya
ada apa, kalau ada masalah coba dibicarakan berdua diselesaikan cari
solusinya biar tidak berlarut-larut"
"Iya
om"
"Kenapa...,
apa dia masih belum yakin denganmu?!"
"Enggak
tau lah om, hanya bisa sabar dan berharap yang terbaik"
"Gak
boleh gitu ndok, kalau memang sudah sama-sama yakin buruan tidak usah
nunggu lama namun kalau masih ada keraguan jangan dipaksa. Makanya
itu coba dibicarakan berdua apa sebenarnya masalah kalian biar jelas"
"Iya
om, antara yakin dan enggak om melihat sikapnya"
"Kalau
memang dia bisa selalu membuat hatimu senang perjuangkan ndok."
"Tapi
enggak sesimple itu om, gimana ya jelasinnya". Diam sesaat "
Sudah hampir 1 bulan ini enggak ada komunikasi om"
"Apa
kalian bertengkar, coba sapa duluan dan minta maaf, kadang maaf bisa
untuk mencairkan suasana ndok"
"Enggak
ada pertengkaran kok om, selama ini baik-baik saja"
"Lalu permasalahannya dimana...."
"Lalu permasalahannya dimana...."
"Enggak
tau om, susah jabarinnya"
Sekali
lagi helaan napas panjang dariku yang terdengar memecah kebisuan
diantara kami
"Ndok
bila dia benar-benar sayang sama kamu dia akan melakukan apa saja
agar bisa dekat denganmu, Enggak ada alasan apa pun yang bisa
menghalaunya. Kamu tau kan cerita bu lik-mu sebelum sama om"
Pikiran
mulai membuka kembali kisah cinta yang di ceritakan bu lik sebelum
jadian sama om bu lik punya 3 kandidat cowok yang saat itu
mendekatinya satu om, satunya orang Semarang dan satunya lagi
temannya. Tidak mudah bu lik menseleksi dan menimbang yang orang
Semarang sudah beda agama bapak juga melarang mungkin bapak punya
penilaian tersendiri degan orang ini gugur, lalu dengan om juga
begitu perbedaan agama menjadi masalah mereka dan karena bu lik
berujar kalau memang om mau dengan bulik ya harus pindah agama dan bu
lik memberikan waktu untuk berpikkir, untuk cowok yang satunya bu lik
sudah tidak srek makanya dengan mudah saja melepas. Namun tak berapa
lama om datang dan bersedia pindah agama, tadinya Om beragama Kristen
kejawen yang sebenarnya tidak jauh-jauh berbeda dengan agama Katholik
seperti yang di anut bu lik, om minta diajak ketika ke gereja dan
mulai beralih agama seperti bu lik dan setelah pindah agama om tidak
menunggu lama meminta agar di ajak ketemu dengan simbah dan om pun
melamarnya. Cinta mereka sangat tulus satu dengan yang lainnya seakan
tak bisa terpisah jauh dalam waktu yang lama.
Teringat
juga bagaimana romantisnya mereka, waktu itu acara nikah mas Iyas
semua sodara pulang dan karena waktu itu aku masih kerja di Surabaya
ketika pulang ke Surabaya nebeng mobil om yang pulang ke Nganjuk
namun tanpa bu lik yang masih di tahan bu dhe untuk tinggal, di
tengah perjalanan bu lik telepon dan menyuruh jonet untuk mengangkat
teleponnya sambil berkata "Paling telepon dari bundamu kangen
ayah" benar saja dengan terang-terangan bu lik mengatakan kangen
dengan suaminya padahal baru hitungan jam mereka terpisah. "Benar
kan, bundamu tidak bisa jauh-jauh dari ayah" iiih romantisnya.
Adalagi waktu itu bu lik sedang sakit dirawat di rumah sakit dekat
rumah, om joko sangat sabar menunggui istrinya bahkan kerja hanya
absen dan kembali lagi ke rumah sakit (maklum saja om PNS yang mudah
saja untuk ijin-inij keluar) bahkan ketika itu bu lik ingin pipis
namun waktu mau aku bantu tidak mau memilih untuk menunggu om datang
katanya sekalian ingin ganti pembalut (waktu itu sedang dapat)
bilangnya "kamu enggak bisa ndok, biar nanti saja sama om mu
sebentar lagi juga datang ini masih perjalanan. Weeeeh sampai om juga
menyiapkan hal terkecil padahal bu lik sebenarnya bisa sendiri kalau
mau. Ketika satu persatu sodara pulang aku pulang paling akhir bareng
mas An dan langsung menuju Jogja untk berja, bu lik berkata "wah
sodaraku pada pulang semua, sepi sendirian" tanpa menunggu lama
om pun menjawab "tenang dik masih ada aku yang selalu setia
menemanimu disini" hikh hikh hikh....sampai segitunya seh.
"Iya
om, bu lik pernah cerita"
"kalau
dia benar-benar sayang kamu dia enggak akan membuatmu menangis, akan
selalu ada buat kamu ndok"
Benar
juga apa yang dikatakan om, apakah pemilik hati tau bila selama dia
menghilang sudah banyak air mata yang mengalir. AKu ingat dia pernah
berujar tidak akan membiarkan orang yang dia kasihi menangis, akan
membuatnya bahagia tak akan membebaninya kalaupun ada masalah sebisa
mungkin akan menyimpannya sendiri ini agar orang yang dia sayangi
tidak ikut-ikutan berpikir yang akan membuatnya bersedih tapi
apakah dengan menghindar aku akan bisa tertawa bahagia..... Mustahil
itu bisa aku lakukan, menyimpan masalah sendiri sama halnya tidak
mempercayai ku. Ya sepertinya begitu
"Sebentar
ya ndok om mau telepon bu lik-mu dulu daritadi om belum sms maupun
telepon pasti bu lik-mu sudah menunggu-nunggu dari tadi"
"Iya
om".
Ketika
menunjukkan foto-foto keluarga mereka terlihat kebahagiaan yang tak
dibuat-buat sungguh membuat iri dan saat terpampang foto mereka
berdua om pun berkata "Malu, sudah tau tapi pacaran terus"
ya keromantisan yang gak pernah pudar dari dulu hingga anak-anaknya
besar. "Ya enggak apa-apa to om malah bagus bisa pacaran terus"
foto-foto yang melimpah dengan kasih sayang dan kebahagiaan.
Ok
lah kalah begitu aku memang sudah pernah merasakan hal yang sama, dan
menunggu hingga ketika lelah dan putus asa mulai datang padaku
akhirnya aku puruskan untuk menyerah namun kau kembali, dan kini
engkau pergi lagi seakan tak mempedulikanku. Aku akan menunggu tapi
jangan salahkan aku ketika lelah ini menderaku kembali dan aku
benar-benar iklas merelakanmu hanya menjadi bayang-bayang, walaupun
itu membutuhkan proses yang enggak sebentar dan akan sangat menyakiti
diriku akan aku coba. Aku bisa minum milo yang rasanya coklat
walaupun dengan resiko pusing dan aku juga bisa membaca komik
walaupun hingga kini belum bisa menceritakan apa yang aku baca, hanya
bisa tau arah tahap dari percakapannya saja dan itu juga memakan
waktu yang lama namun aku coba.
Mungkiin
suatu ketika ketika aku lelah aku akan melakukan hal yang sama
mencoba melepasmu meskipun aku harus merasakan kesakitan.
Saat
ini aku memberikan waktu pada hati dan otakku untuk mencari
pembenaran, dan segala alasan untuk menunggu walau dengan
harapan-harapan yang tak pasti, aku lakukan namun ketika aku bilang
cukup semuanya akan berakhir, tak aku biarkan hati dan otak berkelana
mencarimu karena ketika saat itu tiba logikaku sudah bekerja semua
sudah terkunci rapat. Pulanglah sebelum semuanya terlambat, itu
saja pesanku. Ada banyak cara agar semuanya bisa terjaga bila
memang ada kemauan. Namun semua kembali lagi tergantung individu
masing-masing juga orang lain tak bisa memaksa ataupun melarang.
0 komentar:
Posting Komentar