"Permen Bolong Rasa Plong..."
Pada ingat kalinat iklan permen yang satu ini kah, yang sangat terkenal di era tahun 2000an ketika awal-awal kemunculaan permen dengan sedikit rasa pedas nah ini juga salah satunya.
Ada cerita di balik permen yang satu ini, awalnya ketika masa-masa kuliah kalau enggak semester 3 ya 4. Seperti biasa aku lebih banyak mendapat kelas pagi dan waktu itu hari jumat hanya ada satu mata pelajaran yaitu kewarganegaraan yang dosennya sering nerangin sampai bikin ngantuk dan seneng bener buat tugas untuk ngerangkum dan yang paling aneh setiap mahasiswa diwajibkan untuk membeli buku yang kebetulan buatannya sendiri. Ikut kelas besar atau kelas yang dalam satu kelas jumlahnya banyak dan terpisah dari teman-teman se-gank ku yang saat itu berada di ruangan depan dengan dosen yang berbeda. Duduk di deretan ke dua dengan teman di samping kanan kiri tidak begitu kenal memang sesuatu banget bosannya, ngantuk pula. Dan untuk mengusir ngantuk makan permen sepertinya menjadi alternatif terbaik deh ya secara untuk ngerumpi di kelas juga enggak mungkin karena memang tidak kenal betul dengan teman sebelah.
Mendengarkan dosen dengan permen di mulut, lumayan bisa sedikit menghilangkan rasa bosan namun ketika hidung terasa gatal berasa ingin bersin. Haaaaaa...chi ambil nafas ketika ingin bersin tanpa sepengetuanku permen yang aku makan ikut ketelan. Mungkin aku ambil napasnya kepanjangan kali ya sehingga permennya kehisap masuk sampai kerongkongan saja. Bayangin permen yang baru saja aku makan tau-tau tertelan dan tersangkut di tenggorokan, tidak bisa keluar dan tidak bisa masuk hingga napasku kadang tersengal mungkin karena permen yang menghambat jalan pernafasanku. "Aduuuuh..., bagaimana ini" memegang leher terasa ada benjolan yang memang sepertinya permen yang kesangkut, bingung... melihat jam pelajaran masih lama selesainya, tidak bawa minum pula, mau ijin keluar juga takut melihat dosen yang masih asik menjelaskan. Sibuk pandangan lurus ke dosen namun tangan pegang-pegang tenggorokan.
Tak ada yang bisa aku lakukan, berkali-kali berdaham dengan harapan agar bisa memuntahkan namun juga enggak bisa lalu aku coba mengurut-urut leher pas bagian permennya agar bisa turun tapi susah. Lama menunggu akhirnya dosen selesai juga menjelaskan. Pintu di buka segeralah berhamburan keluar aku menengok ke kelas seberang ternyata sudah kosong, "kemana mereka..., langsung pulang saja lah tidak usah mencari mereka" pikirku sambil turun menuju parkiran menggunakan lift.
Tak ada pikiran untuk ke kantin beli minuman dulu sebelum pulang siapa tau permennya bisa ikut hanyut namun langsung saja menuju parkiran motor dan pulang. Memang dasarnya hari jumat memang hanya ada 1 mata pelajaran kewarganegaraan saja, namun biasanya aku ikut kelas teman se-gank yang masih ada kelas akuntansi, ini karena aku juga tidak sekelas dengan mereka ketika pelajaran akuntasi dan dosen penampu mata pelajaran akuntansiku tidak begitu mengenakkan bila menerangkan dan terlalu banyak soal yang mesti di kerjakan makanya aku ikut kelas lain biar bisa benar-benar ngerti apa yang diajarkan.
Sampai di rumah aku cerita sama ibu kalau ada permen di tenggorokan yang tidak bisa keluar ataupun masuk, lalu saran ibu dikasih minum yang banyak namun tetap saja masih ada, makan nasi tapi sepertinya gagal juga makan cemilan pun masih sama, tapi kok malah tambah sakit ya setelah aku rapa ternyata permennya berubah arah, yang tadinya posisi menyamping sekarang malah melintang. Kembali aku mencoba urut-urut tenggorokan biar permennya kembali ke posisi awal ya sukur-sukur bisa masuk.
Butuh kesabaran penuh dengan sedikit usaha sambil menahan rasa sakit akhirnya permen kembali ke posisi awal dan agak sedikit turun. Ketika mengurut-urut telpon rumah berbunyi, ternyata teman-temanku telpon dan menanyakan kenapa di tunggu di lantai bawah tempat biasa nongkrong kok malah pulang, ya aku cerita saja kejaadian permen nyangkut eeeh malah di ketawain sama mereka. Ketika bicara dengan mereka seakan suaraku tercekik yang semakin lama semakin habis dan hilang berganti dengan sengalan karena sesak napas, maka dari itu aku minta ijin untuk memutus sambungan telepon karena sesak napas.
Sakit dan aku menyerah tak tau lagi harus berbuat apa, lalu aku buat tidur saja ternyata bisa tidur juga dan bangun-bangun permennya sudah hilang, horaiiii...horai...horaaaaiii.....Akhirnya permen itu pun hilang tertelan, tapi bagaimana prosesnya aku gak tau, mungkin ketika tidur produksi air liur meningkat dan membasahi kerongkongan lalu mengikis permen sedikit demi sedikit hingga permen itu pun hilang tertelan. Hmmmm..., sepertinya begitu tapi yang terpenting permen itu sudah hilang dan sejak saat itu aku gak mau lagi makan permen bolong rasa plong bahkan dalam jangka waktu yang agak lama sepertinya aku enggak mengunyah permen deh (segala jenis permen). Baru akhir-akhir ini saja aku mengunyah permen yang dulu menjadi sedikit masalah buatku, itu pun juga karena rasa tertarik dan harganya yang murah, hehehehe....(L)
Pada ingat kalinat iklan permen yang satu ini kah, yang sangat terkenal di era tahun 2000an ketika awal-awal kemunculaan permen dengan sedikit rasa pedas nah ini juga salah satunya.
Ada cerita di balik permen yang satu ini, awalnya ketika masa-masa kuliah kalau enggak semester 3 ya 4. Seperti biasa aku lebih banyak mendapat kelas pagi dan waktu itu hari jumat hanya ada satu mata pelajaran yaitu kewarganegaraan yang dosennya sering nerangin sampai bikin ngantuk dan seneng bener buat tugas untuk ngerangkum dan yang paling aneh setiap mahasiswa diwajibkan untuk membeli buku yang kebetulan buatannya sendiri. Ikut kelas besar atau kelas yang dalam satu kelas jumlahnya banyak dan terpisah dari teman-teman se-gank ku yang saat itu berada di ruangan depan dengan dosen yang berbeda. Duduk di deretan ke dua dengan teman di samping kanan kiri tidak begitu kenal memang sesuatu banget bosannya, ngantuk pula. Dan untuk mengusir ngantuk makan permen sepertinya menjadi alternatif terbaik deh ya secara untuk ngerumpi di kelas juga enggak mungkin karena memang tidak kenal betul dengan teman sebelah.
Mendengarkan dosen dengan permen di mulut, lumayan bisa sedikit menghilangkan rasa bosan namun ketika hidung terasa gatal berasa ingin bersin. Haaaaaa...chi ambil nafas ketika ingin bersin tanpa sepengetuanku permen yang aku makan ikut ketelan. Mungkin aku ambil napasnya kepanjangan kali ya sehingga permennya kehisap masuk sampai kerongkongan saja. Bayangin permen yang baru saja aku makan tau-tau tertelan dan tersangkut di tenggorokan, tidak bisa keluar dan tidak bisa masuk hingga napasku kadang tersengal mungkin karena permen yang menghambat jalan pernafasanku. "Aduuuuh..., bagaimana ini" memegang leher terasa ada benjolan yang memang sepertinya permen yang kesangkut, bingung... melihat jam pelajaran masih lama selesainya, tidak bawa minum pula, mau ijin keluar juga takut melihat dosen yang masih asik menjelaskan. Sibuk pandangan lurus ke dosen namun tangan pegang-pegang tenggorokan.
Tak ada yang bisa aku lakukan, berkali-kali berdaham dengan harapan agar bisa memuntahkan namun juga enggak bisa lalu aku coba mengurut-urut leher pas bagian permennya agar bisa turun tapi susah. Lama menunggu akhirnya dosen selesai juga menjelaskan. Pintu di buka segeralah berhamburan keluar aku menengok ke kelas seberang ternyata sudah kosong, "kemana mereka..., langsung pulang saja lah tidak usah mencari mereka" pikirku sambil turun menuju parkiran menggunakan lift.
Tak ada pikiran untuk ke kantin beli minuman dulu sebelum pulang siapa tau permennya bisa ikut hanyut namun langsung saja menuju parkiran motor dan pulang. Memang dasarnya hari jumat memang hanya ada 1 mata pelajaran kewarganegaraan saja, namun biasanya aku ikut kelas teman se-gank yang masih ada kelas akuntansi, ini karena aku juga tidak sekelas dengan mereka ketika pelajaran akuntasi dan dosen penampu mata pelajaran akuntansiku tidak begitu mengenakkan bila menerangkan dan terlalu banyak soal yang mesti di kerjakan makanya aku ikut kelas lain biar bisa benar-benar ngerti apa yang diajarkan.
Sampai di rumah aku cerita sama ibu kalau ada permen di tenggorokan yang tidak bisa keluar ataupun masuk, lalu saran ibu dikasih minum yang banyak namun tetap saja masih ada, makan nasi tapi sepertinya gagal juga makan cemilan pun masih sama, tapi kok malah tambah sakit ya setelah aku rapa ternyata permennya berubah arah, yang tadinya posisi menyamping sekarang malah melintang. Kembali aku mencoba urut-urut tenggorokan biar permennya kembali ke posisi awal ya sukur-sukur bisa masuk.
Butuh kesabaran penuh dengan sedikit usaha sambil menahan rasa sakit akhirnya permen kembali ke posisi awal dan agak sedikit turun. Ketika mengurut-urut telpon rumah berbunyi, ternyata teman-temanku telpon dan menanyakan kenapa di tunggu di lantai bawah tempat biasa nongkrong kok malah pulang, ya aku cerita saja kejaadian permen nyangkut eeeh malah di ketawain sama mereka. Ketika bicara dengan mereka seakan suaraku tercekik yang semakin lama semakin habis dan hilang berganti dengan sengalan karena sesak napas, maka dari itu aku minta ijin untuk memutus sambungan telepon karena sesak napas.
Sakit dan aku menyerah tak tau lagi harus berbuat apa, lalu aku buat tidur saja ternyata bisa tidur juga dan bangun-bangun permennya sudah hilang, horaiiii...horai...horaaaaiii.....Akhirnya permen itu pun hilang tertelan, tapi bagaimana prosesnya aku gak tau, mungkin ketika tidur produksi air liur meningkat dan membasahi kerongkongan lalu mengikis permen sedikit demi sedikit hingga permen itu pun hilang tertelan. Hmmmm..., sepertinya begitu tapi yang terpenting permen itu sudah hilang dan sejak saat itu aku gak mau lagi makan permen bolong rasa plong bahkan dalam jangka waktu yang agak lama sepertinya aku enggak mengunyah permen deh (segala jenis permen). Baru akhir-akhir ini saja aku mengunyah permen yang dulu menjadi sedikit masalah buatku, itu pun juga karena rasa tertarik dan harganya yang murah, hehehehe....(L)
0 komentar:
Posting Komentar