Berangkat pagi di kala musim hujan mulai datang itu perlu perjuangan tersendiri, beda acara kalau bangun langsung berangkat kagak pake mandi itu cuma butuh secuil kemalasan yang terbuang (memang dasarnya malas mandi pagi jadinya cari alasan). Sebelum jam 6 harus sudah sampai kantor bila tak mau kena potong. Jangankan sarapan untuk membuat segelas teh panas pun tak sempat, sebenarnya bukannya tak sempat namun karena bangunnya mepet dan ga mau ribet makanya milih buat di kantor saja meskipun rasanya sudah tak senikmat seduhan teh di rumah.
Minggu ini aku kalah cepat dengan pak Kawit, bapak yang satu ini kedisiplinanya masih terjaga walaupun sudah pensiun dari TNI. Baru datang sudah ditawari makan, sekalian saja daripada nanti kesusahan minta tolong buat beli makan, terlebih kalau hujan datang. Walaupun begitu ketika makan juga harus nunggu sampai kerjaan selesai.
Kali ini menu sarapan sama seperti kemaren nasi gudeg, ga di rumah juga di kantor menu utama gudeg. Sedikit perubahan jika minggu-minggu lalu menu pagi pecel sekarang gudeg. Tapi yang sekarang lupa request nasi separuh. Inilah bukti kebaikan orang-orang di sekelilingku, kalau ga nawarin beli makan ya sering ngasih sesuatu bahkan kalau ga keliatan juga di tanyain kaya satpam dan beberapa pekerja gedung lainnya aku sudah balik ke semarang sejak dua tahun lalu tapi kadang masih ditanya "lama ga keliatan kemana...?!" Ya mungkin mereka baru ada kesempatan tanya sekarang kali. Jika papasan selalu saling menyapa, ini sebenarnya cuma untuk menghormati mereka namun malah menjadi kebiasaan setiap keremu selalu saja ada interaksi yang terjadi meskipun banyak yang ga aku kenal namanya.
Pagi ini ga hanya bisa nitip beli sarapan tapi juga mendapat segelas teh hangat sebelum aku minta, jarang-karang OB membuatkan teh kalau ga di suruh, tapi selama aku masuk pagi sering dapat tuh, bahkan kalau masuk middle ataupun sore kalau yang jaga pak Yus juga mendapat segelas air putih meskipun akhirnya ga aku minum karena sampai sekarang belum bisa minum air putih pakai gelas kaca, ga enak juga sudah susah-susah bawain tapi enggak di terima, kalau yang lain sudah hapal kalau aku selalu bawa botol air minum sendiri kalau kerja.
Selain mendapat segelas teh hangat aku juga mendapat oleh-oleh beruba dodol yang bahan dasarnya bukan dari kelapa namun dari waluh. Sayur yang biasa dibuat kolak. Manis namun juga rasa waluhnya tetep terjaga, semakin kreatif saja ya kuniler di negeri ini, dulu ubi yang dibuat berbagai macam jajan sekarang gantian waluh.
Tidak sampai disitu, siangnya kita makan pizza. Kalo yang ini bukan mendapat rejeki dari orang namun kita sendiri yang iuran untuk membeli pizza. Ini gara-gara dengar hari jumat besok ada yang mau ke pizza hut, mengingat bos-bos pada pergi sehingga bisa bebas kemana pun suka. Dan karena sudah lama tidak makan-makan masa ya makan cuma gorengan terus sekali-kali naik tingkat lah. Lagian juga sekarang sudah ga ada yang di palak makanya hasil kesadaran sendiri iuran untuk beli pizza. Ok, lain waktu kita pesta lagi teman kalau ada rejeki ya. Janji
Inilah untungnya punya teman-teman yang bisa gantian. Karena tidak mudah mendapatkan teman yang bisa saling toleransi antara satu dengan yang lainnya di tempat kerja, seringnya malah saling sikut, seling menjatuhkan dan saling cari muka di depan bos. Kalau yang ini sudah seperti sodara sendiri, bahkan kalau dipikir-pikir waktu kita lebih banyak dihabiskan bersama di kantor ketimbang dengan keluarga, sodara ataupun teman di tempat lain. Bayangkan jika kebersamaan dari awal kerja hingga sekarang, dari "babat alas" kantor berdiri hingga pindah nama sampai juga pindah kepemilikan masih saja sama-sama. Sudah 10 tahun kita bekerja bersama, bosan ga bosan juga seh sebenarnya jadi sedikit banyak sudah tau sifat masing-masing bahkan kadang saling berbagi cerita, berbagi keluh kesah bersama yang berujung dengan kata SABAR..., dinikmati saja, ga usah terlalu dipikir malah bikin pusing. (3/12)
0 komentar:
Posting Komentar