18/12/19

Coba sapa hujan



Bulan ini sudah beberapa kali turun bujan yang termasuk deras. Sore ini juga hujan turun cukup lebat dan lama. Melihat langit abu-abu dan hujan yang menutup sebagian pandangan rasanya ingin lompat keluar dan hujan-hujanan walaupun sebenarnya air hujan sekarang tidaklah cukul baik untuk tubuh mengingat begitu banyak pencemaran yang terjadi di alam.

Gereged, mengingat bagaimana dulu saat mencintai hujan hingga berharap hujan cepat turun ketika melihat langit sudah tak biru lagi lalu beberapa tahun belakangan sedikit menghindari hujan yang terlihat menyeramkan yang datang tanpa kenal kompromi datang bersamaan dengan petir dan angin kencang. Dan sekarang entah bagaimana lagi aku mendiskripsikan hujan di otakku, yang terpintas hanyalah kenangan masalalu ketika bersama abu menerobos hujan bahkan terkadang dengan sengaja menunggu hujan datang hanya untuk merasakan jaruhnya air membasuhi tubuh walau sedikit menyakitkan ketika terkena kulit langsung, tapi itu sungguh menyenangkan. Tak jarang menerobos banjir yang memang kota ini sangatlah terkenal dengan banjirnya walaupun hujan sebentar tapi di beberapa tempat sudah disulapnya menjadi kolam renang dadakan.

Hujan..., hujan yang selalu bisa membius lalu membawaku kemasa lalu. Memandang hujan dari balik jendela, ada hayalan yang hadir begitu saja untuk bisa menikmati hujan bersamamu, di dekat jendela dengan secangkir teh hangat menikmati hujan dan berbagi cerita dan canda, hmmmm... sepertinya itu menyenangkan dan itu adalah salah satu mimpi yang sudah tertulis di catatan bintangku.

Semakin menerobos melihat lurus ke depan di tengah hujan nan jauh disana yang aku lihat hanyalah kosong dan hampa. Apakah benar hujan sekarang seekstrim itu sampai tak dapat mengenali dan terlihat suram. Tak dapat menikmati hujan secara khusus, yang aku inginkan adalah berada di bukit jauh disana. Aku inginkan kebebasan bercengkrama dengan alam (ajak aku bolang donk). Mereka memanggil walaupun ku tak ada keberanian untuk datang mendekatinya. Aku yang sudah tak punya tenaga kecuali hanya kenangan tentang hujan. Hujan yang tak lagi berpihak padaku. Hujan yang kini tak mengenal musim, seperti hatiku yang tak pernah lelah menjerit dalam kebisuan.(17/12/19)

::
Kangen bedhal, sapa ilalang n langit biru.

Related Posts:

  • Kemarau Panjang Musim kemarau yang berkepanjangan membuat rumput, pepohonan dan tanaman lainnya kering meranggas. Musim hujan yang tak kunjung tiba, udara di siang hari semakin panas oleh polusi dan semakin tergusurnya tanaman oleh beton… Read More
  • Yang tak lagi sama Tempat ini tak lagi sama, bahkan berbeda banget dengan yang dulu. Tak ada lagi rumah kayu berdinding gedeg, tak ada lagi rentetan pohon jati yang daunnya berserakan mengotori pekarangan, tanaman sayur dan buah di pekaranga… Read More
  • Duniaku diantara keramaian Sore, karena punya tujuan mencari adaptor untuk pompa asi yang hilang karena kecerobohanku yang tidak teliti saat mengambil barang di pelanggan. Ternyata tidak mudah mencarinya, atau mungkin saja aku yang tidak tau tempat… Read More
  • Menunggu dan Menjaga Yaaah beginilah resiko tinggal di daerah dataran tinggi. Tanah padas yang susah untuk mendapatkan sumber air terlebih di musim kemarau panjang begini air susah. Jam segini (20:59) air baru mengalir, itupun harus susah pay… Read More
  • Pagi di langitku Pagi ini langit terlihat begitu indah. Semburat emas dari timur mulai terlihat menyambut mimpi-mimpi anak manusia untuk segera di raih. Walaupun langit sedikit terlihat abu, namun pancaran mentari tak bisa menutupi keel… Read More

0 komentar:

Posting Komentar