17/04/15

Curug Lawe


Selain kebun teh Medini, di tempat ini juga ada keindahan alam yang tersembunyi di dalamnya dan itu adalah air terjun yang diberi nama curug lawe. Untuk menuju ke Curuk lawe Medini  ini hanya bisa di akses dengan berjalan kaki saja. Namanya juga ngasal jika disini ada air terjun, berjalan menyusuri kebun teh dan bertemulah papan menunjuk arah keberadaan Curug Lawe, karena tujuan awalnya ingin kesana. Info dari masnya jika disini ada air terjun dan juga goa, mendengar hal itu langsung saja meminta untuk kesana. Namun berhubung si mas juga belum tau arah yang sebenarnya maka berjalanlah kita menyusuri jalan setapak diantara rimbunnya pohon teh, sedikir ragu juga ketika ada pertigaan tapi kita tetap memilih berjalan lurus dan kali ini feeling yang salah ternyata jika dilanjutkan terus akan menuju ke jurang.

Kebetulan di dekat kita berdiri ada seorang bapak-bapak yang lagi mencari rumput, lumayan jauh juga sebenarnya karena kita bertanya sambil teriak-teriak seperti tarzan. Ternyata arak kita salah, seharusnya di pertigaan tadi mengambil arah kanan bukannya lurus, berbalik arah tapi tak kembali. Jetika berjalan diantara pohon teh sebaiknya tangan ke atas ini menghindari agar tangan ga terhores ranting-ranting yang sudah mulai menjadi batang pohon ataupun kena tumbuhan perdu yang tumbuh diantara pohon teh. Selain itu berjalanlah dengan hati-hati jalan tak selamanya lurus dan terkadang harus melewati kubangan juga aliran air yang entah dari mana asalnya.

Tak berapa lama berjalan lirih terdengar suara air terjun, wah senangnya dan benar saja air terjun. Waaaaah.... indah banget. Melihat itu sempat juga berteriak, (bener-bener katrok ya) air terjunnya tinggi dengan debit air yang deras. Kita berhenti sejenak untuk menikmati sambil mengabadikan air terjun yang kita lihat dari kejauhan.

Karena ingin segera sampai kesana kita pun berjalan menyusuri setapak yang sepertinya sering di lewati orang. Jalan yang masih seadanya dengan bertumpu akar dan bebatuan juga tanah yang dibuat berundak yang sedikit licin, mungkin karena embun dari rumput dan pepohonan yang ada di sekitar sana sehingga membasahi tanah dan membuat licin. Menurut si mas di hutan ini (karena hanya ditumbuhi pohon dan rerumputan) masih banyak hewan-hewan liar yang berkeliaran seperti kera, gareng pong, belalang, lintah bisa juga ular. Ternyata tidak hanya hewan-hewan tadi yang ada di sini namun juga aku menemui ulat di tengah jalan. Hiiiiii.... Spontan langsung berteriak dan lari, sumpah dah bikin kaki lemes liatnya sampai mas yang berjalan di depan seketika berhenti dan melihat apa yang terjadi, untung masih bisa ngerem kagak sampe nyusruk ke semak-semak.



Kembali kita dihadapkan dengan persimpangan jalan, melihat jalan ke arah kiri yang sedikit menurun dan tak terlihat jalan setapak, mungkin karena terturup ilalang sehingga kita memutuskan mengambil jalan satunya yang ke arah kanan. Hanya jalan setapak kecil yang berada di pinggiran dari sana kita bisa melihat air terjun yang indah, tapi sepertinya jalan ini bukan menuju ke arah air terjun melainkan ke atas air terjunnya, namun barhubung sudah separoh jalan sehingga kita tetap kemutuskan untuk melanjutkan perjalanan, sampai titik penghabisan. Kebetulan sekali mungkin di atas bisa lebih santai dan lebih tenang pikir kita seh begitu, ini juga untuk menenangkan agar terhindar rasa kecewa (ciiie bahasanya) karena ketika melihat ke arah air terjun terdengar juga teriakan-teriakan dari pengunjung yang sepertinya sudah lumayan ramai.

Di perjalanan tak hanya suara air terjun yang mendominasi, juga suara burung dan sesekali suara gareng pung dan serangga lain yang hidup disana. Masih terlihat alami dan terjaga keasriannya mudah-mudahan akan seperti ini meskipun sudah banyak yang tahu, namun begitu kita harus berhati-hati karena jalan ini hanya kecil dan sedikit licin. Jika mau kesini aku sarankan gunakan alas yang tidak licin ya biar lebih bebas dalam berherak.

Sempat aku sedikit takut melihat jalan yang ada di depan meskipun di tepian jurang namun karena tertutup rumput dan banyak pohon yang tumbuh disana sehingga menghilangkan kesan seram tapi kali ini tidak ada rerumputan yang melindungi sehingga aku meminta mas untuk berjalan di depan dan menuntunku, maklumlah phobia ketinggianku belum sepenuhnya sembuh.

Lama berjalan akhirnya kita menemukan sungai yang jernih dan sepi. Ketika memegang air yang mengalir diantara belukar rasanya dingin tapi segar. Pengen nyebur seketika tapi ga bawa ganti sehingga berpikir ulang untuk nyebur. Kita hanya duduk di atas batu bercerita sambil sesekali kaki memainkan gemericik air yang sangat menggoda untuk berendam. Menikmati suasana yang sangat langka di dapat untuk di abadikan dalam jepretan kamera hp. Bayangkan berada di aliran air hanya ada beberapa orang saja disana, sekali melintas bapak-bapak setengah baya yang memikul potongan kayu yang berasal dari hutan.

Duduk di atas batu sambil bercerita dan ngemil wafer coklat yang aku bawa dari rumah sebagai bekal, lumayan sebagai pengganjal perut dan minumnya tetep air mineral. Agar minumnya juga segar maka di rendam dulu di antara batu dan ternyata benar air dalam botol ikut dingin dan segar ketika di minum tapi enggak bau kaki juga kok (salah naro ternyata)

Karena keinginan nyebur terlalu tinggi dan kapan lagi bisa merasakan berendam di air pegunungan apa lagi tempatnya tenang tanpa ada gangguan akhirnya kita pun memutuskan untuk nyebur, dingin tenang dan asik lah pokoknya. Pura-pura mencari batu akik seperti yang lagi tran saat ini. Hahahaha....

Badan sedikit menggigil meskipun matahari sudah berada di atas kepala namun belum ada keinginan untuk keluar sari air, sepertinya kulit kaki sudah mulai berkerut namun masih betah berada di air. Ada perasaan damai disana sehingga enggan untuk enyah dari tempat itu, namun berhubung waktu sudah mulai sore dan takut nanti kemalaman di jalan sehingga mau ga mau kita pun beranjak dari air dan terduduk lagi di batu besar seperti ketika pertama kita kesana, ini agar air di celana kita sedikit menyusut dan setelah itu kita pun pulang dengan pakaian yang masih basah.


Masih menyisuri jalan yang sama ketika berangkat, namun sepertinya perjalanan pulang terasa lebih mudah dan lebih cepat dibanding ketika kesana. Di tengah perjalanan masih saja sempat-sempatnya salfi disana sini. Sempat juga aku mengabadikan beberapa tanaman liar dan yang paling menggemaskan.


Ketika sampai di kebun teh matahari sudah tak nampak dan kabut juga mulai datang mengutupi pemandangan di sebagian kebun teh Medini. Tapi sebelum pulang kita sempatkan kembali ke warung untuk meneguk secangkir teh untuk menghangatkan badan udara disana sudah mulai dingin. Lumayan menghangatkan dan setelah itu saatnya kembali melibas jalanan bebatu dan menuju ke kandang. (05/04)

0 komentar:

Posting Komentar