09/08/14

Inginku...

Cita-citamu apa ?

Pertanyaan dari jaman dulu hingga saat ini masih ada dan masih sama yang muncul ketika menginjak bangku sekolah.

Aku dari kecil ingin jadi guru, mungkin melihat bu dhe dan tante yang kebetulan berprofesi sebagai pendidik, ditambah setiap hari yang berinteraksi dengan pembimbing di sekolah. Dulu aku berpikirnya jadi guru itu enak, tugasnya hanya mengajar, bisa ketemu anak-anak kecil lalu bermain-main dengan mereka dan ketika liburan sekolah tiba guru-guru juga menikmati libur panjang itu. Awalnya aku kira alasannya itu namun suatu ketika berpikir ulang ketika di sekolah di suruh mengarang dengan judul cita-citaku yang nantinya satu-persatu di panggil ke depan kelas untuk membaca karangan mereka dan di nilai. Jawaban teman-temanku beraneka ragam ada yang ingin jadi polisi, guru, dokter, sopir, pilot, guru, ... Namanya anak kecil yang masih labil suka terpengaruh teman, ketika mengarang sempat beberapa kali ganti-ganti judul gara-gara melihat judul dari tulisan milik teman yang terlihat indah terangkai. Tapi ketika membayangkan apa saja tugasnya satu persatu judul yang sudah tertulis rapi di buku ku hapus sampai buku tulisku menjadi hitam karena sudah beberapa kali mengalami penghapusan yang kurang bersih di tempat yang sama bahkan hampir bolong.

Aku ga ingin jadi dokter karena aku mudah jijik dan gak tega melihat orang-orang yang kesakitan, ga mau jadi polisi karena tergolong anak penakut, jadi pilot takut ketinggian, dsb... Argumen yang mematahkan semuanya hingga satu yang tersisa guru, ya aku ingin jadi guru. Keinginanku ini masih berlanjut hingga aku kuliah, namun yang menjadi pertanyaan sekarang berubah ingin jadi guru apa? Mengingat dan menimbang hal apa yang bisa aku andalkan namun rasanya gak ada yang bisa di jadikan patokan karena semua mata pelajaran buatku biasa-biasa ga ada yang istimewa dan ga ada yang aku mahir kerjakan. Dari sanalah muncul keinginan menjadi guru TK, sempat juga waktu kuliah ingin melamar jadi guru kebetulan melihat beberapa lowongan di sebuah TK dekat kampus, pikirku untuk cari pengalaman seandainya keterima bisa ambil kelas sore karena kelas pagi jadwalnya akan bentrok mengingat jadwal sudah ditentukan oleh universitas bukan memilih sendiri seperti di beberapa universitas lain. Namun keinginanku ini tidak mendapat ijin orang tua terutama bapak. Bapak ingin aku kuliah yang bener, lulus dengan cepat dan gak mengecewakan karena menurut bapak ketika sekolah ataupun kuliah bekerja paruh waktu membuat konsentrasi akan terbagi, apalagi ketika sudah memengang uang hasil jerih payahnya sendiri maka kuliah akan di nomor duakan karena merasa sudah bisa mendapatkan uang, kuliah enggak begitu penting lagi.

Hingga saat ini pun aku masih memegang impian itu, namun tak ada keberanian untuk melangkah kesana. Gak yakin apakah aku benar-benar bisa membuat anak-anak kecil itu terkesima hingga mau mendengarkan omonganku dan apakah aku punya kesabaran lebih menghadapi tingkah anak-anak yang masih semaunya sendiri berlarian kesana kemari.

Sebenarnya banyak impian yang aku buat, sepertinya semua berhubungan dengan anak-anak;
1. Ingin buat taman bacaan
2. Ingin buat pondokan buat anak-anak belajar dan berkreasi
3. Ingin mengabdikan diri ke daerah-daerah terpencil (menjadi sukarelawan), apalagi membaca artikel teman-teman tentang guru yang di perbantukan di daerah pedalaman, salut buat mereka. *angkat dua jempol*
4. Ingin memberi bekal keterampilan seperti membuat kerajianan ataupun membuat sofenir kepada ibu-ibu rumah tangga agar mereka bisa membantu perekonomian keluarga.
5. Ingin buat penitipan anak.

Poin terakhir ini yang menurutku paling gila dan sangat aku inginkan. Bermain dengan anak-anak sepanjang hari, melihat mereka tumbuh kembang yang semakin hari semakin bertambah kepandaiannya. Membayangkan saja sudah bisa bikin senyum- senyum sendiri.

Mungkin ini semua hanya menjadi impian yang akan aku pandangi karena aku tak tau meski berada dimana dan tak ada keberanian untuk memulai. Aku tak yakin dengan diriku sendiri. МΑΑF ....

0 komentar:

Posting Komentar