17/11/13

Kota Lama Semarang


Kota Semarang Jawa Tengah telah berkembang menjadi salah satu pusat kekuatan ekonomi di nusantara. Letaknya strategis, membuat ibu kota propinsi Jawa Tengah ini menjadi salah satu kota terpenting sejak Zaman pemerintah kolonial Belanda. Saat menyusuri kota ini jejak kejayaan masa lampau terekam sangat jelas. Perkembangan kota Semarang dipengaruhi oleh fungsinya sebagai kota pelabuhan sejak Zaman kolonial. Terjadi akulturasi budaya antara pendatang dengan pribumi. Akulturasi ini tampak jelas di kawasan kota lama, kawasan cagar budaya peninggalan pemerintah Belanda masa silam.

Dahulu kota lama merupakan pemukiman para pendatang yang ingin masuk ke Indonesia. Di awali oleh bangsa Portugis pada abad ke-17. Perkembangan kota lama di awali dengan perjanjian antara VOC dengan Sunan Amangkurat (masa kerajaan Martaram) tahun 1678. Belanda pun mulai membangun kawasan kota lama ini, kota lama pertama kali di tata sebagai sebuah kota secara modern. Penataan oleh orang-orang Belanda sudah menerapkan pembagian kota, peraturan, administrasi semua itu di tata dengan benar yang dimulai dari kota lama.

Untuk mengobati rindu pada kampung halaman, orang-orang Belanda yang membangun kota lama ini pun membangun kawasan sesuai dengan negara mereka. Kawasan kota lama pada abad 18 lalu merupakan pusat perdagangan sekaligus benteng pertahanan Belanda. Konsep bangunannya yang mengadopsi seni arsitektural negeri kincir angin, membuat kawasan ini di juluki Little Netherland.

Dengan banyaknya pembangunan, banyak penataan arsitektur terhadap gedung-gedung serta penataan kotanya. Penerapan kota dengan titik central yang biasanya di tandai dengan keberadaan gereja atau istana. Kota lama menghadirkan Gereja Immanuel sekarang di kenal dengan Gereja Belenduk di tengah kota. Ciri lain dari adaptasi arsitektural gaya berupa menara-menara gereja belenduk yang pada awalnya di rancang lebih tinggi dari pada bangunan di sekitarnya. Perpaduan arsitektur juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk bangunan serta daun-daun pintu, pilar-pilar dan jendela-jendela yang ada di kota lama. Arsitektur di kota lama banyak merupakan suatu percampuran antara arsitektur dari gaya portugis dengan gaya melayu.

Dengan pesatnya laju perekonomian di kota lama, kawasan ini menjadi padat. Satu persatu para penghuninya yang jengah dengan kepadatan mulai meninggalkan kota lama untuk mencari tempat tinggal di luar kota lama dengan melintasi jembatan berok yang menjadi batas kota. Dari waktu ke waktu semakin banyak warga yang pindah dari kota lama sampai pada akhirnya kawasan ini hanya menjadi kawasan perkantoran dan perindustrian yang ramai di siang hari. Karena banyaknya warga yang keluar dari kota lama, di tambah pembangunan alun-alun baru secara perlahan pusat kota pun berpindah ke kawasan simpang lima.

Saat ini kawasan kota lama hanya menjadi tempat bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang kosong. Bangunan ini di jadikan obyek wisata bagi mereka yang ingin berfoto, atau sekedar menikmati suasana kolonial zaman dulu. Kini sisa-sisa kejayaan kota lama menjadi pusat kota hanya dapat kita lihat dari tugu nol kilometer yang ada di seberang kantor pos.

Kurangnya perkembangan dalam pengelolaan perdagangan dan perekonomian wilayah kota lama membuat sebagian pemilik bangunan yang ada di wilayah ini pergi meninggalkan bangunan mereka dan membiarkannya kosong. Bangunan-bangunan yang dahulunya megah dan berada di pusat kota, kini hanya menjadi bangunan kumuh yang tak berpenghuni.(L)


0 komentar:

Posting Komentar