02/09/14

Abu Tokoh Utama


Liburan kali ini punya banyak cerita, dari abu yang ikut serta dalam petualangan yang menambah keseruan tersendiri. Dan sepertinya kali ini abu lah yang menjadi tokoh utama sekaligus penyelamatku. Sepertinya penjelajahan bukan menjadi prioritas utama, ada sesuatu yang mendorongku kembali ke kota ini, aku ingin merasakan aura kuat yang hadir ketika sampai. Di kota Yogja ini kisah-kisahku bermula, banyak bertemu teman baru silih berganti datang dan pergi, cerita suka duka hingga yang terlihat konyol serta nekat pun ada, di setiap sudut kota ceritaku tertinggal.

Berangkat jam 14.00 setelah pulang kerja di hari terakhir minggu ini (jumat) bersama abu, tak ada yang tau jika aku mengajak abu ikut serta, karena selama ini ketika aku kembali ke kota gudeg menggunakan jasa travel. Kebebasan, menggeber abu menyusuri jalan-jalan yang sarat dengan truk pasir, truk gandeng yang menghabiskan lajur kendaraan serti bus-bus yang tak mau di salip malah dengan angkuhnya memberikan kepulan asap hitam yang bikin kotor.

Entah karena sudah lama ga melewati jalan yang dulu hampir tiap weekend aku lalui hingga aku lupa berbelok. Keraguan ketika berada di daerah Ungaran tepatnya di kawasan Bandungan masih masuk kabupaten Semarang juga sebenarnya, memilih jalan alternatif untuk mempersingkat waktu namun dari mulai belok di jalan menanjak tak ku temukan SPBU yang harusnya ada di sebelah kanan tapi ini ga ada, menemukan SPBU itu pun di sebelah kiri bukan kanan. Jalan semakin menanjak, sedikit curiga tapi tetap saja jalan pikiranku sudah mengatakan kalau ini salah jalan tapi karena keras kepala ya sampai lah ke pasar Bandungan. Untung saja sedikit banyak tau daerah sana (sudah beberapa kali kesana) jadi tau kemana harus membelokkan motor untuk bisa sampai ke jalan raya, kembali ke jalur yang benar. Lumayan juga ingatanku, meskipun sama sekali enggak bisa untuk menghafal nama jalan namun jalan yang sudah terlewati sedikit banyak terekam di otak.

Sore hari memang jalurnya kendaraan besar, namun begitu abu bisa dibilang gesit juga mencari celah agar bisa jalan. Sedikit salip kanan kiri, terkadang mengekor mobil ataupun bus yang ingin menyalip mobil yang ada di depan tapi tetap pakai perhitungan dan keyakinan kok ga asal serobot. Hanya bermodal papan penunjuk arah yang ada di jalan serta mengandalkan intuisi dan memori agar bisa sampai di Yogja. Dan jam 5 sore-an sampai juga di kota Yogja, iiih kota ini sudah banyak berubah, jalan layang di perempatan Terminal Jombor sudah jadi. Abu aku arahkan ke daerah stadion Maguwo, ini karena kos adik sepupuku ada di sekitaran sana, dari kejauhan melihat stadion sepak bola mengingatkan aku pada korban merapi tahun 2008. Dengan mata kepalaku sendiri melihat semuanya hingga membuat kakiku lemas susah untuk melangkah.

Karena lupa tepatnya kos adik sepupu, dulu pernah kesana namun karena takut nyasar dan enggak begitu yakin beloknya makanya aku memilih untuk memberi kabar agar di jemput. Nah benar saja, untung tidak nekat mencari-cari alamat karena memang aku gak mencatat ataupun menanyakan alamat kos yang aku tuju :D kebiasaan cewek ketika kumpul bertukar cerita sampai menjelang malam, mungkin kalau pacarnya ga datang obrolan akan berlangsung sampai tengah malam kali ya.
Penjelajahan kali ini :
~ Waduk Sarmo
~ Kali biru
~ Puncak Suroloyo
~ Menikmati jadi anak kos
~ Menikmati kehidupan tempo dulu

Benar kan hanya beberapa tempat saja yang aku sambangi kali ini ga seperti biasanya. Tapi kali ini aku benar-benar nyaman, tentram dan seperti hidup. Enggak ada HP ataupun alat elektronik lain yang menghubungkan dengan dunia luar, hanya sesekali saja pasang status dan menjawab obrolan teman pas ada sinyal dan pas ingat kalau bawa HP di tas.

Cuti 3 hari benar-benar aku nikmati, dan ketika petualang balik ke Semarang dari rumah Bu Dhe di Klaten abu kembali memainkan kepiawaiannya merajai jalanan. Bermodal jalan pulang melewati kota Boyolali selebihnya mengandalkan papan penunjuk arah dan kali ini agak bingung tapi dikit karena penunjuk arahnya sedikit. Tenang tidak kurang akal, asal jalan mengikuti garis putih seperti yang biasa bapak lakukan ketika mudik menggunakan motor (hahaha ... ) dan ketika menemukan mobil dengan plat nomor H alangkah senangnya itu tandanya aku ga nyasar.

Sedikit sebal juga ketika di perjalanan kepala terasa gatal ga bisa menggaruk (bukan karena kutuan ya) tapi lupa kalau pakai helm ya sudah bisanya hanya mengelus-elus helm yang pas di daerah gatal meskipun ga membuat gatalnya berkurang juga seh. Perjalanan pulang dari desa-rumah melewati begitu banyak lampu merah namun hanya terperangkap lampu merah 2 kali dan sedikit macet di daerah Banaran-Ungaran yang sedang ada perbaikan jalan. Suka... suka... suka... dengan perjalanan kali ini. Berpetualang dengan abu, sedikit ngebut (ampun bu dhe enggak menepati janji) merajai jalanan dan teriakan-teriakan senang di balik helm ketika bisa menyalip dan melihat hamparan sawah di samping kanan kiri.

Ingin melakukan perjalanan lagi dengan abu. Eeeh iya di jalan juga sempat kepikiran begitu tapi juga ingin mengendarai satria ataupun tiger hmmmm..., sepertinya asik juga. Menjelajah dari kota ke kota, apa lagi denganmu, aaah mulai lagi :(
Dia ga dengar dan sepertinya ga baca coretanmu tau ga, IYA tauuuuuu..., hanya sekedar berandai-andai dikit.

Masalah petualangan aku masih punya 1 janji dengan Che untuk melakukan bolang bareng 3x sudah gagal, mungkin lain kali jika Tuhan memberi ijin.


0 komentar:

Posting Komentar