10/09/14

Tak Berdaya

Di kantor (08/09) minggu ini mendapat giliran masuk jam 10 siang. Ketika sampai di kantor membuka BBM ada pesan masuk dari mba Tami yang menanyakan aku masuk jam berapa sekaligus memberikan kabar jika anak mas Agung masuk rumah sakit, karena memang jumat kemaren mba Tami memutuskan masuk pagi berhubung sore mesti menjemput anaknya pulang les, hari jumat itu ia pulang sebelum rapat penentuan shift untuk seminggu ini digelar sehingga mba Tami ga tau siapa yang masuk jam setelah dia.

Tak lama setelah aku datang mba tami dan beberapa teman di bagian lain berangkat ke rumah sakit, jangan tanya ya kenapa aku ga ikut cukuplah aku jaga kandang saja :D

Sore hari kepalaku sedikit pusing dan kakiku yang masih bengkak mulai nyut-nyutan. Karena ga ingin ada yang tau diam-diam aku olesi counterpain di bagian mata kaki kanan banyak banget dengan harapan biar agak mendingan tapi ga ada hasil malah sakitnya menjalar hingga ke betis dan merambat ke kaki kiri. Jalan sedikit sempoyongan seh kalau di perhatikan juga terpincang-pincangnya kelihatan banget (kali ini aku menyadari sendiri karena sempat nabrak tembok pas di tikungan, malah dua kali pula). "Aaah besok ga usah masuk aja, mau pijat. Pokoknya kali ini harus pijat" ide mulai muncul, ini setelah aku lihat telapak kaki bagian kanan dan pinggir-pinggirnya sudah mulai semakin membiru serem juga lihatnya. Berarti pijatan yang aku lakukan belum sepenuhnya sempurna, namanya juga baru belajar ngeles dikit :D Awalnya seh tadi pagi mau bolos tapi ga enak makanya nekat berangkat.

Pulang kerja aku langsung mencari ibu yang berada di kamar yang masih asik menonton acara televisi kesukaannya. "Ibu aku ga kuat, kakiku sudah biru-biru semua besok pijitin ya terserah siapa yang mau mijat, mbah Bejo juga gapapa wes" dengan muka pasrah sambil memperlihatkan telapak kakiku yang membiru. "Besok kan masih masuk, mau pijat jam berapa...?" Tanpa ibu "libur..." Ibu bertanya dan di jawab sendiri jadi aku tinggal meng "iya" kan saja sambil berlalu ke kamar.

***


Pagi menjelang siang ibu memanggil mbah Bejo untuk mengurut kakiku yang terkilir, habisnya enggak ada tukang pijat lain. Setelah di pijat lumayan kaki sudah enggak begitu sakit, biru-biru di telapak kaki juga sudah hilang tinggal di bagian tengah pas mata kaki saja yang masih perih, aku takut ada tulang yang cidera. "Kalau keseleo seratus urat ngumpul jadi satu, makanya sakit, tapi selama di gerakkan sudah enak dijamin sembuh" itulah yang dikatakan mbah Bejo dan karena sudah agak lama makanya sudah tidak begitu sakit ketika di urut meskipun dengan resiko urat-urat sudah mulai kaku. Kaki setelah di urut malah jadi panas padahal sebelumnya dingin mungkin karena peredaran darah sudah lancar. Masuk akal bukan. Setelah mbah Bejo pulang ibu sempat mengatakan "sekarang kalau jalan pasang mata" yaaah meskipun meng iya-kan namun aku ga bisa janji karena berjalan benar itu bukan keahlianku.

Namun setelah di pijat aku merasa tulang-tulang malah jadi sakit semua, antara linu dan pegal buat berbaring sakit duduk pun ga enak. Badan jadi sakit semua dan parahnya badan mulai panas, aku coba buat rebahan sekedar untuk merilekskan badan tapi sumpah badan linu ga ketulungan, sakit. Ketika bapak pulang dan mendapati aku hanya tiduran di kamar bapak pun bertanya "libur to benk?" Aku jawab dengan anggukan " lha kenapa...?" Sakit, aku ga bilang kalau habis di pijit. "Di periksain piye...?" Sekali lagi hanya gelengan sebagai tanda tidak kesetujuanku. Aku hanya ingin tidur enggak mau apa-apa. "Makan yang banyak, yang sehat gitu lho" bapak pun pergi setelah menanyakan keberadaan adik-adikku, paling juga mau ngecek. Kalo yang ini kebiasaan bapak dari dulu pulang kerja absen nanyain satu-satu.

Menjelang malam demam enggak kunjung hilang malah bertambah disertai pusing, mata pegal sampai kepala terasa nyut-nyutan. Entah suhu badan berapa karena mencari termometer enggak ketemu jadi hanya aku kompres dengan sapu tangan saja untuk sedikit menghalau panas, pikirku mungkin tensi rendah tapi ketika aku tensimeter enggak tekanan darah normal 116/82 hanya saja memang detak jantung lebih cepat dari biasa 131 ini rekor sampai aku sendiri saja bisa mendengar dengan jelas detak jantungku yang berdentang ga karuan, lalu apa gerangan yang membuat badan sakit hingga ke tulang dan kepala pusing menjalar ke demam ini....

Sudah aku kompres tapi demam enggak turun juga, badan menjadi lemas dan kepala semakin pusing. Pokoknya badan enggak enak banget ingin bisa tidur biar ga ngerasain sakit tapi sekit ini tak memberikan kesempatan barang sejenak untuk memejamkan mata. Ingin tidur sama ibu biar kalau pas malam ada yang jagain tapi..., ya biarlah tubuh ini aku sendiri yang jaga. tidur tak nyenyak entah berapa kali aku terbangun karena rintihan, inilah sebenarnya yang aku hawatirkan kalau sakit selalu merintih meskipun sedang tidur.

Badan panas tapi dingin, ditambah linu-linu hampir di semua tulang maupun persendian. Akhirnya aku pun pindah tidur di bawah (di lantai) dengan beralas selimut menuruti pikiran yang mengatakan begitu. Meskipun beberapa kali terjaga dari tidur tapi lumayanlah setidaknya aku bisa merasakan tidur dan anehnya tulang-tuang yang tadinya linu ga ketulungan perlahan sedikit berkurang. Dan pagi ini bangun tidur aku merasakan badanku lemas luar biasa, tak ada selera untuk makan ataupun sekedar ngemil bahkan untuk bangun pun tak ada niat. Ayo sehat ell ga boleh sakit-sakit lagi.

ya habis ini sehat terus selamanya. Insyaallah...

0 komentar:

Posting Komentar